Hikmah

Kisah Hidup Abdullah Ibnu Mubarak, Menggali Ilmu dari 4.000 Guru

Ahad, 7 Januari 2024 | 05:00 WIB

Kisah Hidup Abdullah Ibnu Mubarak, Menggali Ilmu dari 4.000 Guru

Ulama. (Foto ilustrasi: NU Online/Freepik)

Abdullah ibnu Al Mubarak bin Wadlih Al Handzali Al Marwazi, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Ibnul Mubarak, adalah seorang ulama besar yang lahir di kota Marwa, Khurasan, pada tahun 118 H. Dalam kitab Siyar A'lam an-Nubala, Syamsuddin az-Zahabi, Jilid 8, halaman 379, dijelaskan bahwa Ibnu Mubarak merupakan ulama terkemuka pada masanya, yang dikenal dengan keilmuannya yang luas, kesalehannya, dan sifat zuhudnya.


Ayahnya, Al Mubarak, berasal dari Turki, sedangkan ibunya berasal dari Khwarezmia (sekarang Khiva) yang dulunya termasuk bagian Khurasan atau sebelah barat Uzbekistan. Ibnul Mubarak lahir dari pasangan suami istri yang taat dalam menjaga dan mengamalkan nilai-nilai ketakwaan agamanya. 


Ibnul Mubarak tumbuh menjadi anak yang cerdas dan gemar belajar. Sejak kecil, ia sudah mempelajari ilmu agama dari ayahnya dan ulama-ulama lainnya di Marwa. Ia juga berguru kepada ulama-ulama besar di berbagai kota di dunia Islam, seperti Basrah, Baghdad, dan Damaskus.


Guru pertama yang ditemui Ibnul Mubarak adalah Rabi' bin Anas al-Kharasyi. Ia berusaha untuk menemuinya di penjara dan mendengar sekitar 40 hadits darinya. Kemudian, melakukan perjalanan pada tahun 141 H dan mengambil hadits dari para tabi'in yang ditemuinya. 


Menurut catatan Syamsuddin az Zahabi, dalam kitab Siyar A'lam an-Nubala, Ibnul Mubarak berguru kepada banyak ulama, bahkan lebih dari 4.000 orang. Sementara Imam bin Hanbal menuturkan bahwa Ibnul Mubarak adalah ulama yang sangat giat mencari ilmu. Ia rela merantau ke berbagai negeri untuk belajar kepada para ulama. Sebagian besar hidupnya dihabiskan untuk menimba ilmu. Imam Ahmad bin Hanbal juga berkata, "Pada zamannya, tak ada seorang pun yang lebih giat menimba ilmu melebihi Ibnu Al-Mubarak." Ibnu Al-Mubarak pernah belajar kepada 4.000 orang guru di berbagai negeri.


Di antara gurunya dari kalangan tabi'in lainnya, seperti Sulaiman at-Taimi, 'Ashim al-Ahwal, Humaid at-Tawwal, Hisyam bin 'Urwa, al-Jariri, Ismail bin Abi Khalid, al-A'masy, Buraidah bin Abdullah bin Abi Burdah, Khalid al-Khudhari, Yahya bin Sa'id al-Anshari.


Kemudian Ibnul Mubarak juga pernah berguru pada Abdullah bin Aun, Musa bin Uqbah, Ajlajah al-Kindi, Husain al-Mu'allim, Hanzhalah as-Sadusi, Huyawah bin Syarih al-Misri, Kahmas, al-Auza'i, Abu Hanifah, Ibnu Juraij, Ma'mar, at-Tsauri, Syu'bah, Ibnu Abi Dzi'b, Yunus al-Ili, al-Hammadan, Malik, al-Laits, Ibnu Lahi'ah, Hisyam, Ismail bin 'Iyasy, Ibnu 'Uyainah, dan Baqi' bin al-Walid.


Semasa hidupnya, Ibnul Mubarak banyak melakukan perjalanan dan mengembara hingga ia meninggal dunia dalam pencarian ilmu. Ia pernah mengunjungi berbagai kota di Irak, Suriah, Hijaz, dan Yaman. Saat mengunjungi Irak, ia berguru kepada para ulama besar seperti Sufyan ats-Tsauri, Malik bin Anas, dan Abu Hanifah. 
 

Di Suriah, ia berguru kepada para ulama besar seperti Yahya bin Sa'id al-Ansari, Abu Hazim al-A'raj, dan Malik bin Dinar. Di Hijaz, ia berguru kepada para ulama besar seperti Urwah bin Zubair. Di Yaman, ia berguru kepada para ulama besar seperti Syu'bah bin al-Hajjaj dan Hammad bin Zaid.


Kesaksian Tabi'in tentang Abdullah Ibnu Mubarak

Berdasarkan penuturan para ulama semasanya, sosok Ibnul Mubarak digambarkan sebagai ulama dan ahli hadits yang sangat mulia akhlaknya. Ismail bin Iyas, seorang sahabatnya, memuji Ibnul Mubarak karena sifat-sifat baiknya, terutama kedermawanannya. 
 

Dalam sebuah riwayat, Ismail bin Iyas menceritakan sosok Ibnul Mubarak. Ismail berkata, "Tidak ada orang lain di dunia yang seperti Ibnul Mubarak. Saya tidak tahu ada sifat baik apa pun yang Allah ciptakan kecuali Dia telah memberikannya kepada Abdullah bin al-Mubarak. Teman-teman saya pernah bercerita kepada saya bahwa mereka pernah menemaninya dari Mesir ke Makkah. Ibnu al-Mubarak memberi mereka makan roti kismis, padahal dia berpuasa sepanjang tahun.
 

Pada sisi lain dikisahkan bahwa Ibnul Mubarak dikenal sebagai seorang ulama saleh dan zuhud yang senantiasa bersikap rendah hati. Tak pernah merasa lebih baik dari orang lain, meski sesungguhnya ia pribadi yang mulia dan terhormat. Keutamaannya diakui oleh banyak orang. Ali bin Shiddiq, melalui kesaksian Ali bin Zaid al-Fara'idi menyebut Ibnul Mubarak sebagai sosok paling mulia yang pernah ditemui. Hal serupa diungkapkan Abu Asma', ulama hadits lainnya, yang membandingkan Ibnul Mubarak seperti Amirul Mukminin di antara manusia.


Selanjutnya berdasarkan riwayat dari Umar bin Hufazh As-Sufi dari Manbij dikisahkan bahwa sosok Ibnul Mubarak adalah seorang yang dermawanan, terutama kepada orang-orang miskin dan fakir. Suatu hari, ia sedang dalam perjalanan dari Baghdad ke Misis. Di tengah jalan, ia bertemu dengan sekelompok sufi yang sedang kesulitan. Ibnul Mubarak menawarkan untuk membantu mereka dengan menafkahi mereka selama perjalanan. Ia mengumpulkan uang dan membaginya rata kepada para sufi.
 

Kedermawan Ibnu Mubarak juga diceritakan oleh Muhammad bin Ali bin Al-Hasan bin Syaqiq, bahwa Ibnul Mubarak selalu menemani saudara-saudaranya dari Merv untuk menunaikan ibadah haji. Dia menanggung semua biaya perjalanan dan kebutuhan mereka seperti memberi mereka makanan yang lezat, hidangan penutup yang lezat, pakaian yang bagus selama di Makkah.


Ibnul Mubarak juga membantu para jamaah haji untuk membeli barang-barang yang mereka butuhkan untuk dibawa pulang. Setelah selesai haji, ia bertanya kepada masing-masing jamaah, "Apa yang keluargamu minta untuk kamu beli di Makkah?" Jamaah menjawab, "Ini dan itu." Ibnul Mubarak kemudian membelikan barang-barang tersebut untuk mereka. Ia juga menanggung biaya perjalanan mereka hingga sampai ke Merv.


Sesampainya di Merv, Ibnul Mubarak mengecat rumah dan pintu para jamaah. Tiga hari kemudian, ia mengadakan jamuan makan untuk mereka dan memberikan mereka pakaian.