Kisah Pilu Nabi Muhammad dan Yatim Terlantar di Hari Raya Idul Fitri
NU Online ยท Jumat, 7 Juni 2019 | 01:00 WIB
Di suatu hari raya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallamย keluar rumah untuk melaksanakan shalat Idul Fitri. Sementara anak-anak kecil tengah bermain riang gembira di jalanan. Tetapi tampak seorang anak kecil duduk menjauh berseberangan dengan mereka. Dengan pakaian sangat sederhana dan tampak murung, ia menangis tersedu.
Melihat fenomena ini Rasulullah segera menghampiri anak tersebut. โNak, mengapa kau menangis? Kau tidak bermain bersama mereka?โ Rasulullah membuka percakapan.
Anak kecil yang tidak mengenali bahwa orang dewasa di hadapannya adalah Rasulullah menjawab, โPaman, ayahku telah wafat. Ia mengikuti Rasulullah dalam menghadapi musuh di sebuah pertempuran. Tetapi ia gugur dalam medan perang tersebut.โ
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallamย terus mengikuti cerita anak yang murung tersebut. Sambil meraba ke mana ujung cerita, Nabi mendengarkan dengan seksama rangkaian peristiwa dan nasib malang yang menimpa anak tersebut.
โIbuku menikah lagi. Ia memakan warisanku, peninggalan ayah. Sedangkan suaminya mengusirku dari rumahku sendiri. Kini aku tak memiliki apa pun. Makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal. Aku bukan siapa-siapa. Tetapi hari ini, aku melihat teman-teman sebayaku merayakan hari raya bersama ayah mereka. Dan perasaanku dikuasai oleh nasib kehampaan tanpa ayah. Untuk itulah aku menangis.โ
Mendengar penuturan ini, batin Rasulullah terenyuh. Ternyata ada anak-anak yatim dari sahabat yang gugur membela agama dan Rasulnya di medan perang mengalami nasib malang begini.
Rasulullah segera menguasai diri. Rasul yang duduk berhadapan dengan anak ini segera menggenggam lengannya.
โNak, dengarkan baik-baik. Apakah kau sudi bila aku menjadi ayah, Aisyah menjadi ibumu, Ali sebagai paman, Hasan dan Husein sebagai saudara, dan Fatimah sebagai saudarimu?โ tanya Rasulullah.
Mendengar tawaran itu, anak ini mengerti seketika bahwa orang dewasa di hadapannya tidak lain adalah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.
โKenapa tak sudi, ya Rasulullah?โ jawab anak ini dengan senyum terbuka.
Rasulullah kemudian membawa anak angkatnya pulang ke rumah. Di sana anak ini diberikan pakaian terbaik. Ia dipersilakan makan hingga kenyang. Penampilannya diperhatikan lalu diberikan wangi-wangian.
Setelah beres semuanya, ia pun keluar dari rumah Rasulullah dengan senyum dan wajah bahagia. Melihat perubahan drastis pada anak ini, para sahabatnya bertanya. โSebelum ini kau menangis. Tetapi kini kau tampak sangat gembira?โ
โBenar sahabatku. Tadinya aku lapar, tetapi lihatlah, sekarang tidak lagi. Aku sudah kenyang. Dulunya aku memang tidak berpakaian, tetapi kini lihatlah. Sekarang aku mengenakan pakaian bagus. Dulu memang aku ini yatim, tetapi sekarang aku memiliki keluarga yang sangat perhatian. Rasulullah SAW ayahku, Aisyah ibuku, Hasan dan Husein saudaraku, Ali pamanku, dan Fatimah adalah saudariku. Apakah aku tidak bahagia?โ
Mendengar sahabatnya, mereka tampak menginginkan nasib serupa. โAduh, cobalah ayah kita juga gugur pada peperangan itu sehingga kita juga diangkat sebagai anak oleh Rasulullah SAW.โ
โCelaka, sungguh celaka. Kini aku kembali terasing. Aku bukan siapa-siapa lagi. Aku kini menjadi yatim. Sepi,โ katanya terisak.
Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq yang menyaksikan anak ini segera memeluknya. Sayyidina Abu Bakar kemudian mengambil alih pengasuhannyaโฆ Wallahu aโlam.
::::
Catatan: Naskah ini terbit pertama kali di NU Online pada 23 Juni 2017, pukul 07.00. Redaksi mengunggahnya ulang dengan sedikit penyuntingan.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Inilah Obat bagi Jiwa yang Hampa dan Kering
2
Khutbah Jumat: Bahaya Tamak dan Keutamaan Mensyukuri Nikmat
3
Kontroversi MAN 1 Tegal: Keluarkan Siswi Juara Renang dari Sekolah
4
Kader PMII Dipiting saat Kunjungan Gibran di Blitar, Beda Sikap ketika Masih Jadi Wali Kota
5
Kronologi Siswi MAN 1 Tegal Dikeluarkan Pihak Sekolah
6
Pihak MAN 1 Tegal Bantah Keluarkan Siswi Berprestasi Gara-gara Baju Renang
Terkini
Lihat Semua