Ilmu Al-Qur'an

Anjuran Menghadirkan Qari Qariah Bersuara Indah untuk Membaca Al-Qur’an

Sel, 24 Januari 2023 | 14:00 WIB

Anjuran Menghadirkan Qari Qariah Bersuara Indah untuk Membaca Al-Qur’an

Ilustrasi: Imam qiraat (NU Online).

Imam An-Nawawi mengutip hadits yang menceritakan Rasulullah saw ketika mendengar pembacaan Al-Qur’an. Imam An-Nawawi menjadikan hadits tersebut sebagai dasar untuk menghadirkan qari atau qariah yang terbiasa membaca Al-Qur’an dengan indah.


Imam An-Nawawi memasukkan masalah ini ke dalam karyanya At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an. Imam An-Nawawi menulis bab anjuran untuk meminta pembacaan Al-Qur’an dari orang yang bisa membacanya dengan indah, yaitu fistihbabi thalabil qiraatit thayyibah min husnis shaut.


Anjuran untuk menghadirkan qari untuk membacakan Al-Qur’an dilakukan oleh ulama salaf. Mereka menghadirkan qari yang membaca Al-Qur’an dengan indah lalu mereka mendengarkannya dengan khidmat.


اعلم أن جماعات من السلف كانوا يطلبون من أصحاب القراءة بالأصوات الحسنة أن يقرؤوا وهم يستمعون وهذا متفق على استحبابه وهو عادة الأخيار والمتعبدين وعباد الله الصالحين وهى سنة ثابتة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم


Artinya, “Ketahuilah, banyak kelompok ulama salaf meminta para qari untuk membaca Al-Qur’an dengan suara yang merdu. Sementara mereka khusyuk mendengarkannya (menyimak). Ulama bersepakat atas anjuran khusyuk menyimak bacaan Al-Qur’an. Ini merupakan kebiasaan orang-orang baik, ahli ibadah, dan orang-orang saleh. Hal ini merupakan sunnah yang tetap dari Nabi Muhammad saw,” (Imam An-Nawawi, At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an, [Kairo, Darus Salam: 2020 M/1441 H], halaman 96-97). 


Imam An-Nawawi mengutip hadits dari Al-Bukhari dan Muslim yang meriwayatkan bahwa Rasulullah saw meminta sahabat ahli Al-Qur’an Abdullah bin Mas’ud membacakan Al-Qur’an untuk Rasulullah saw sendiri.


فقد صح عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال قال لي رسول الله صلى الله عليه وسلم : اقرأ علي القرآن فقلت يا رسول الله أقرأ عليك وعليك أنزل قال إني أحب أن أسمعه من غيري فقرأت عليه سورة النساء حتى إذا جئت إلى هذه الآية فَكَيْفَ اِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ اُمَّةٍ ۢ بِشَهِيْدٍ وَّجِئْنَا بِكَ عَلٰى هٰٓؤُلَاۤءِ شَهِيْدًا) قال حسبك الآن فالتفت إليه فإذا عيناه تذرفان رواه البخاري ومسلم


Artinya, “Sebuah hadits sahih dari sahabat Ibnu Mas’ud ra menyebutkan, ‘Rasulullah berkata kepadaku, ‘Ibnu Mas’ud, bacakanlah Al-Qur’an untukku.’ Aku menjawab, ‘Ya Rasulullah, mana bisa kubacakan Al-Qur’an kepadamu. Sedangkan Al-Qur’an diturunkan kepadamu?’ ‘Aku suka mendengar bacaan Al-Qur’an dari orang lain,’ jawab Nabi Muhammad saw. Aku pun mulai membacakannya Surat An-Nisa. Tetapi ketika bacaanku sampai ‘Fa kaifa idzā ji’nā min kulli ummatin bi syahīd. Wa ji’nā bika ‘alā hā’ulā’i syahīdā,’ (Surat An-Nisa ayat 41), ‘Bagaimanakah (keadaan manusia kelak pada hari Kiamat) jika Kami mendatangkan seorang saksi (rasul) dari setiap umat dan Kami mendatangkan engkau (Nabi Muhammad) sebagai saksi atas mereka?’ Rasulullah saw menyela, ‘Cukup sampai sini!’ Aku pun menoleh kepadanya dan kusaksikan air mata menetes dari kedua mata Rasulullah,’” (HR Al-Bukhari dan Muslim),” (Imam An-Nawawi, 2020 M/1441 H: 97).


Demikian adab Rasulullah saw ketika mendengarkan pembacaan Al-Qur’an oleh sahabatnya. Hal ini menjadi dasar anjuran bagi kita untuk menghadirkan orang lain/qari/qariah membacakan Al-Qur’an dan anjuran untuk menjaga adab ketika mendengarkan pembacaan Al-Qur’an. Wallahu a‘lam.



Ustadz Alhafiz Kurniawan, Wakil Sekretaris LBM PBNU