Khutbah

Khutbah Jumat: Delapan Perkara yang Tak Pernah Puas dengan Delapan Perkara

Kam, 21 November 2019 | 03:50 WIB

Khutbah I

 

الْحَمْدُ لِلَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، الْعَزِيزِ الْوَهَّابِ؛ يُعْطِي وَيَمْنَعُ، وَيَرْفَعُ وَيَضَعُ، وَيُعِزُّ وَيُذِلُّ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، نَحْمَدُهُ حَمْدًا كَثِيرًا، وَنَشْكُرُهُ شُكْرًا مَزِيدًا؛ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ؛ خَيَّرَهُ اللَّهُ -تَعَالَى- بَيْنَ الْمُلْكِ وَالْعُبُودِيَّةِ، فَاخْتَارَ أَنْ يَكُونَ عَبْدًا رَسُولًا، لَا مَلِكًا رَسُولًا، وَخَيَّرَهُ بَيْنَ الْخُلْدِ فِي الدُّنْيَا وَلِقَائِهِ، فَاخْتَارَ لِقَاءَ اللَّهِ -تَعَالَى- صَلَّى اللَّهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَتْبَاعِهِ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.  

 

أَمَّا بَعْدُ: فَاتَّقُوا اللَّهَ -تَعَالَى- وَأَطِيعُوهُ، وَاعْمَلُوا صَالِحًا فِي الدُّنْيَا تَجِدُوا فَوْزًا عَظِيمًا فِي الْآخِرَةِ ، قَالَ اللهُ –تَعَالَى- فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَهُوَ أَصْدَقُ الْقَائِلِيْنَ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ (آلِ عِمْرَانَ: 185).

 

Hadirin, sidang Jum’ah yang dirahmati Allah subhanahu wata‘ala  

 

Dalam sebuah hadits, sebagaimana termaktub dalam banyak kitab para ulama, salah satunya Nashaihul Ibad, halaman 53, Baginda Nabi shallahu ‘alaihi wasallam bersabda:  

 

ثَمَانِيَةُ أَشْيَاءَ لَا تَشْبَعُ مِنْ ثَمَانِيَةٍ: اَلْعَيْنُ مِنَ النَّظْرِ ، وَالْاَرْضُ مِنَ الْمَطَرِ ، وَالْأُنْثَى مِنَ الذَّكَرِ ، وَالْعَالِمُ مِنَ الْعِلْمِ ، وَالسَّائِلُ مِنَ الْمَسْئَلَةِ ، وَالْحِرْصُ مِنَ الْجَمْعِ ، وَالْبَحْرُ مِنَ الْمَاءِ ، وَالنَّارُ مِنَ الْحَطَبِ

 

Artinya, “Delapan perkara yang tak pernah merasa puas dengan delapan perkara. Mata tak pernah puas dari memandang, bumi dari siraman hujan, wanita dari laki-laki, seorang alim dari ilmu, orang yang suka bertanya dari masalah, orang yang tamak dari menghimpun harta, lautan dari air, dan api dari kayu bakar,” (al-Hadits).

 

Sidang Jum’ah yang berbahagia,

 

Apa maksud dari sabda Rasulillah shllallahu ‘alaihi wasallam di atas? Sesungguhnya, secara tidak langsung, beliau hendak menyampaikan, ada hukum sebab-akibat atau kausalitas yang berlaku di dunia ini. Mata tidak pernah puas dari memandang. Maksudnya, disebabkan oleh ketidakpuasan inilah, mata harus kendalikan! Jangan dibiarkan begitu saja. Sebab, mata bisa menjadi penyebab lahirnya kemaslahatan, namun juga bisa menjadi penyebab lahirnya kemudlaratan, kerusakan, dan kerugian bagi orang lain, bahkan bagi pemiliknya sendiri. Contohnya, kaum perempuan diperintah menutup aurat. Ini artinya, laki-laki diperintah untuk menjaga pandangan dari melihat aurat mereka.    

 

Kemudian, bumi tidak pernah cukup dari air. Jika dibaratkan, bumi itu gambaran jiwa. Sedangkan air gambaran nasehat. Sebagaimana air yang dapat menghidupkan bumi yang mati, maka nasehat juga dapat menghidupkan hati yang mati. Pertanyaannya, nasehat apa yang paling utama? Dalam hadis lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:

 

اَلدِّيْنُ اَلنَّصِيْحَةُ قُلْنَا: لِمَنْ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: لِلهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ

 

Artinya, “Agama itu nasehat.” Kami bertanya, “Bagi siapa ya Rasul?” Rasulullah menjawab, “Bagi Allah, bagi kitab-Nya, bagi rasul-Nya, bagi para pemimpin kaum muslimin, dan bagi seluruh kalangan mereka.”  

 

Walhasil, nasehat yang pokok adalah agama. Sebab, agama ialah timbangan dalam berpendapat dan bermuamalah. Jika ingin bermuamalah yang halal, maka berpedomanlah kepada nasehat agama. Ingin menikah, maka agamalah yang menjadi panduan tata cara, syarat dan rukunnya. Ini pula yang dimaksud dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, perempuan tidak pernah puas dengan laki-laki. Atau sebaliknya, laki-laki tidak pernah puas dengan perempuan. Seandainya diperbolehkan, 100 perempuan pun mungkin tidak akan cukup bagi seorang laki-laki. Untuk itu, diperlukan kendali dan pengendalian. Tentu saja, kendali yang mampu menghentikan ketidakpuasan seseorang, yang tak lain adalah agama. Sebab, undang-undang mungkin saja untuk dilanggar. Sementara agama, jangankan kita sebagai manusia, Iblis pun pada dasarnya takut melanggar aturannya yang sudah ditetapkan Allah  subhanahu wa ta’ala.   

 

Demikian pula, kata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalla, orang alim tidak pernah puas dengan ilmu. Orang yang suka bertanya tidak pernah puas dengan masalah. Sebab, orang yang puas dengan ilmu, pada hakikatnya orang yang tak berilmu. Dia tidak tahu masih banyak perkara yang belum diketahui dirinya. Dalam sebuah maqalah, Habib Alwi al-Haddad rahimahullah menuturkan:

 

مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِنَفْسِهِ فَوَاحِدٌ مِنْهُ يَكْفِيْهِ وَمَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِلنَّاسِ فَاعْلَمْ أَنَّ حَوَائِجَ النَّاسِ كَثِيْرَةٌ

 

Artinya, “Orang yang menuntut ilmu untuk dirinya, maka satu bidang ilmu sudah cukup untuknya. Namun, siapa saja yang menuntut ilmu karena orang banyak, maka ketahuilah kebutuhan manusia itu sangat banyak.”

 

Kenyataannya, masyarakat menghadapi berbagai masalah yang harus diselesaikan. Harapan mereka, orang-orang berilmu mampu membantu mereka untuk menyelesaikannya. Bukan mereka yang tidak berilmu. Untuk itu, orang yang dikaruniai akal cerdas, hendaknya tidak merasa puas dengan ilmu yang sudah ada pada dirinya. Setelah itu, ia kemudian berusaha mengamalkan dan mengembangkannya.   

 

Dengan kata lain, delapan perkara yang disabdakan Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah kiasan. Bagi orang-orang yang berakal, tugasnya adalah menjelaskan.

 

Semoga khutbah singkat ini bermanfaat bagi kita semua! Amin ya rabbal ‘alamin.

 

وَالْعَصْرِ ، إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ ، إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ  (العصر:1-3)

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah II

 

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.. وَصَلَّى الله عَلَى سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

 

اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ ،اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَ نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.


عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ. أَقِيْمُواالصَّلَاةَ

 

 

Ustadz Muhammad Syamsudin, Tim Peneliti Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur