Khutbah

Khutbah Jumat: Ramadhan Momentum Lestarikan Lingkungan

Rab, 27 Maret 2024 | 17:30 WIB

Khutbah Jumat: Ramadhan Momentum Lestarikan Lingkungan

Ilustrasi bulan Ramadhan momentum lestarikan lingkungan. (NU Online).

Menjaga dan merawat lingkungan merupakan tugas manusia selaku mahluk Ilahi yang berakal. Terlebih pada bulan Ramadhan di mana budaya komsumtif cenderung dominan dibanding budaya produktif. Belanja pada bulan ini tampak lebih ramai ketimbang bulan-bulan sebelumnya. Jika dicermati, budaya konsumtif ini berkaitan erat dengan lingkungan yang kerap terkena dampaknya. Karenanya, khutbah Jumat kali ini mengangkat tema pelestarian lingkungan.
 

Materi khutbah Jumat ini berjudul: "Khutbah Jumat: Ramadhan Momentum Lestarikan Lingkungan". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat.


 

Khutbah I
 

الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَبِعَفْوِهِ تُغْفَرُ الذُّنُوْبُ وَالسَّيِّئَاتُ، وَبِكَرَمِهِ تُقْبَلُ الْعَطَايَا وَالْعِبَادَاتُ. الَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَاتَمِ النَّبِيِّيْنَ، الْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِّلْعَالَمِيْنَ، الْمُرْسَلِ إِلَى كَافَّةِ الْمَخْلُوْقِيْنَ، وَعَلَى آلِهِ وَذُرِّيَتِهِ الْأَطْهَارِ، وَصَحَابَتِهِ الْأَخْيَارِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِالْاِبْتِعَادِ مِنَ الْأَشْرَارِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ
 

فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِي نَفْسِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ، فَمَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى وَاتَّقَى فَقَدْ أَفْلَحَ وَفَازَ، إِنَّ اللهَ لَا يُخْلِفُ الْمِيْعَادَ
 

Segala puji-pujian yang kita terima pada hakikatnya adalah milik Allah. Karenanya sudah sepatutnya hal tersebut dikembalikan kepada pemilik-Nya, yakni Dzat Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa kita haturkan untuk Baginda Nabi Muhammad serta keluarga dan para sahabatnya yang telah bekontribusi banyak demi mempertahankan agama samawi terakhir ini, sehingga kita hari ini dapat menikmati hasil kontribusi mereka semua.
 

Hadirin jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah.
Ramadhan merupakan bulan yang dikenal sebagai momen menahan diri dari berbagai macam perbuatan, baik perbuatan mubah maupun perbuatan haram. Perbuatan mubah yang perlu ditahan pada saat Ramadhan seperti makan, minum, dan berhubungan badan bagi pasangan sah suami istri. Sedangkan perbuatan haram yang perlu dikontrol seperti berbohong, bergosip, iri dengki, mencaci orang lain, dan lain sebagainya.
 

Konsekuensi pada perbuatan mubah seperti itu berdampak pada pembatalan ibadah puasa, sedangkan konsekuensi perbuatan haram berdampak pada kehangusan pahala puasa. Ini semua bertujuan demi menjaga kemuliaan bulan Ramadhan dengan memperbanyak aktifivas-aktivitas produktif dan memfokuskan diri pada ibadah.
 

Selain itu, perbuatan lain yang perlu diperhatikan selama bulan Ramadhan adalah perbuatan yang dapat mencemari lingkungan. Keindahan alam Indonesia selaku anugerah Allah tidak boleh sampai ternodai oleh tangan-tangan kita yang sedang melaksanakan ibadah Ramadhan,. Baik ketika berpuasa atau malam harinya yang mestinya memperbanyak ibadah, bukan malah melakukan perbuatan tercela.
 

Karena itu, sebagaimana kata Imam Al-Ghazali, Ramadhan yang dikenal sebagai bulan mencegah dan meninggalkan tidak hanya terbatas pada aktivitas lisan, melainkan seluruh anggota tubuh seperti mata, telinga, serta termasuk kedua tangan dan kaki. Seluruh anggota tubuh ini seyogianya dikontrol aktivitasnya selama bulan Ramadhan, sehingga tujuan dan rahasia bulan ini dapat diraih dengan tepat.
 

Dengan demikian, dalam konteks pencemaran lingkungan, kedua tangan dan kaki jangan sampai melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat menimbulkan berbagai musibah alam. Hal ini sebagaimana pernah diceritakan Allah dalam firman-Nya:
 

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
 

Artinya, “Telah tampak kerusakan di daratan dan laut disebabkan karena perbuatan tangan-tangan manusia, (Allah menghendaki) agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS Ar-Rum: 41).
 

Merespon ayat ini, Imam Ad-Dhahak mengatakan bahwa awal mulanya bumi ini sangat rindang dengan kehijauan, begitu juga airnya sangat bening nan jernih. Namun sejak tragedi pertengkaran Qabil dan Habil menjadikan bumi ini menjadi berubah warnanya: pepohonannya menjadi runcing dan airnya menjadi asin yang mengandung racun.
 

Para hadirin hafidzakumullah.
Pendapat imam Al-Dhahak tadi menunjukkan bahwa sebelum manusia diturunkan ke bumi, bumi merupakan tempat yang sangat indah. Namun pasca insiden kedua anak Adam tersebut, yang ternyata diteruskan oleh generasi-generasi setelahnya, menjadikan bumi dan isinya tercemari, manusia tidak bisa bersikap ramah kepada sekitarnya.
 

Termasuk pada generasi kita hari ini, sebagaimana kita lihat dalam beberapa bulan terakhir saja, misalnya, betapa banyak kerusakan alam yang dilakukan oleh tangan-tangan manusia, seperti penggundulan hutan, sampah berserakan, polusi udara, tanah-tanah dikeruk sedalam mungkin, sungai dan laut dicemari limbah, dan lain sebagainya.
 

Seluruh perbuatan itu mengakibatkan pada bencana alam yang beragam dan semakin tidak tertanggulangi. Bencana alam seperti longsor, banjir, berbagai penyakit akibat sampah dan polusi udara, serta hewan-hewan yang hidup di sungai dan laut menjadi tidak sehat dan bahkan jumlahnya berkurang secara drastis. Ini semua merupakan dampak dari ulah tangan-tangan manusia tersebut.
 

Selama bulan Ramadhan kali ini, misalnya, setidaknya berita banjir di beberapa daerah Indonesia telah menjadi bukti betapa kerusakan alam begitu nyata adanya. Parahnya lagi, tidak sedikit dari kita yang masih belum sadar bahwa itu merupakan peringatan dari Allah agar kita berhenti tidak lagi melakukan perbuatan-perbuatan tercela tersebut.
 

Mungkin saja di antara kita tidak melakukan perbuatan-perbuatan tercela itu secara langsung, namun melakukannya secara tidak langsung dengan membuat kebijakan atau menyetujui sekelompok pihak untuk melakukan perbuatan tersebut, maka pada sejatinya kita juga bertanggung jawab atas dampak buruk yang terjadi akibat sikap kita tersebut.
 

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah.
Selain itu, kita juga patut merenungkan larangan Allah yang tercantum dalam surat Al-A’raf ayat 56:
 

وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
 

Artinya, “Dan janganlah kalian melakukan kerusakan di atas muka bumi setelah (diciptakan dengan) baik. Dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS Al-A'raf: 56).
 

Ayat ini merupakan sikap tegas Allah agar kita tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat mencemari lingkungan. Kita selaku manusia bertanggung jawab untuk menjaga alam, pepohonan dan hewan. Hal ini demi menciptakan stabilitas dan keseimbangan antar sesama penduduk bumi selama menjalani kehidupan di dunia.
 

Karena itu, Ibnu ‘Asyur ketika menafsirkan ayat ini mengatakan bahwa kerusakan terhadap sebagian unsur di muka bumi pada hakikatnya telah merusak seluruh unsur bumi tersebut. Jika dicermati, pendapat ini ada benarnya juga dengan mengingat berbagai bencana alam yang kita lihat dalam berbagai media saat ini.
 

Selain itu, Allah ketika menciptakan bumi dan diisi oleh manusia, tumbuhan, hewan, gunung, dan air pada dasarnya seluruh elemen itu saling membutuhkan satu sama lain. Maka dari itulah sudah seyogianya semua penghuni bumi tersebut saling bersinergi demi melestarikan kehidupan di dunia sehingga tidak sampai terjadi kepunahan.
 

Manusia selaku satu-satunya mahluk yang diberikan akal oleh Allah memikul beban yang lebih berat ketimbang penghuni bumi lainnya. Manusia yang memegang kendali dalam mengelola dan mengatur seantero alam ini. Maka bila buminya baik-baik saja berarti menunjukkan manusia berhasil melakukan amanah tersebut. Begitu juga sebaliknya, bila sering terjadi bencana di atas muka bumi berarti manusia telah melakukan kerusakan terhadapnya.
 

Para hadirin hafidzakumullah.
Karena itu, melalui momentum bulan Ramadhan ini kita tekadkan bulat untuk lebih mengontrol lagi anggota tubuh kita sehingga dapat meminimalisir kerusakan alam yang ada. Setidaknya kita mulai dari diri kita dan mengajak keluarga dan circle kita untuk berbondong-bondong memperbaiki alam ini agar kehidupan kita menjadi lebih baik.
 

Semoga bulan Ramadhan kali ini menjadikan kita pribadi-pribadi yang lebih baik dalam segala aspek, termasuk kepedulian kita terhadap lingkungan sekitar demi menjadikan bumi lebih terawat dengan baik.
 

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ
 

 

Khutbah II
 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ، اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَبِهِ وَ كَفَرَ، وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلَاِئِقَ وَالْبَشَرِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَسَلَّمُ تَسْلِيْمًا كَثِيْراً، اَمَّا بَعْدُ 
 

فَيَاعِبَادَ ﷲ... اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَاتَّقُوْا اللهَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرٍ

إِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ مِنْ جِنِّهِ وَإِنْسِهِ، فَقَالَ قَوْلًا كَرِيْمًا:  ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠّٰﻪَ ﻭَﻣَﻼَﺋِﻜَﺘَﻪُ ﻳُﺼَﻠُّﻮْﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ، ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬﺎَ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺀَﺍﻣَﻨُﻮْﺍ ﺻَﻠُّﻮْﺍ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠِّﻤُﻮْﺍ ﺗَﺴْﻠِﻴْﻤًﺎ ... ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰ سَيِّدِنَا ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁلهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْن

 

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْنَا وَأَصْلِحْ أَحْوَالَنَا، وَأَصْلِحْ مَنْ فِي صَلَاحِهِمْ صَلَاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، وَأْهْلِكْ مَنْ فِي هَلَاكِهِمْ صَلاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، اللهُمَّ وَحِّدْ صُفُوْفَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَارْزُقْنَا وَإِيَّاهُمْ زِيَادَةَ التَّقْوَى وَالْإِيْمَانِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

Ustadz M Syarofuddin Firdaus, Dosen Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences