Ramadhan

Kultum Ramadhan: Cara Meraih Keutamaan Ramadhan bagi Perempuan Haid

Sel, 19 Maret 2024 | 16:00 WIB

Kultum Ramadhan: Cara Meraih Keutamaan Ramadhan bagi Perempuan Haid

Ilustrasi perempuan. (Foto: NU Online)

Ramadhan merupakan momen yang hanya terjadi sebulan dalam kurun satu tahun. Di bulan yang penuh berkah ini, umat Islam di seluruh penjuru dunia berlomba-lomba memperbanyak amal ibadah. Pasalnya, di bulan Ramadhan banyak sekali keutamaan yang akan diberikan kepada umat Islam yang beribadah dengan ikhlas, di antaranya adalah dihapusnya dosa. Rasulullah saw bersabda:

 

مَنْ ‌قَامَ ‌رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya: “Barangsiapa beribadah di bulan Ramadhan dalam keadaan beriman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni”. (HR Bukhari).

 

Hadits di atas berlaku untuk umat Islam laki-laki maupun perempuan. Meski demikian, bagi perempuan terkadang merasa ibadahnya menjadi kurang maksimal karena adanya siklus haid sehingga tidak bisa melaksanakan ibadah, seperti puasa, shalat, i‘tikaf, dan sebagainya. Lalu bagaimana cara meraih keutamaan Ramadhan bagi perempuan haid?

 

Haid atau menstruasi adalah sebuah keniscayaan dan siklus alami yang sulit dihindari bagi perempuan. Meski demikian, hal ini tidak boleh menjadi alasan kurang maksimalnya perempuan dalam beribadah di bulan suci Ramadhan. 

 

Dikisahkan, suatu hari Siti Aisyah menangis sebab haid pada saat hendak melaksanakan haji. Dalam kondisi tersebut, Nabi Muhammad saw menghiburnya dan menjelaskan bahwa itu semua merupakan siklus alami perempuan dan tidak perlu ditangisi. Nabi saw kemudian meminta Siti Aisyah untuk tetap beribadah.

 

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، قَالَ: سَمِعْتُ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ القَاسِمِ، قَالَ: سَمِعْتُ القَاسِمَ بْنَ مُحَمَّدٍ ، يَقُولُ: سَمِعْتُ عَائِشَةَ تَقُولُ: خَرَجْنَا لَا نَرَى إِلَّا الحَجَّ، فَلَمَّا كُنَّا بِسَرِفَ حِضْتُ، فَدَخَلَ عَلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا أَبْكِي، قَالَ: مَا لَكِ أَنُفِسْتِ؟. قُلْتُ: نَعَمْ، قَالَ: إِنَّ هَذَا أَمْرٌ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَى بَنَاتِ آدَمَ، فَاقْضِي مَا يَقْضِي الحَاجُّ، غَيْرَ أَنْ لَا تَطُوفِي بِالْبَيْتِ 

Artinya: “Telah menceritakan kepadaku Ali bin Abdullah, ia berkata: telah menceritakan kepadaku Sufyan, ia berkata: Aku mendengar Abdurrahman bin Al-Qasim berkata: Aku mendengar Al-Qasim bin Muhammad berkata: Aku mendengar Aisyah berkata: Kami keluar untuk melaksanakan haji. Ketika kami sampai di daerah Sarifa aku mengalami menstruasi. Nabi Muhammad saw kemudian mendatangiku sedang aku dalam keadaan menangis. Nabi Muhammad berkata: kenapa kamu, apakah kamu haid? Aku menjawab: iya. Nabi Muhammad kemudian bersabda: Itu adalah ketetapan yang telah digariskan oleh Allah kepada perempuan, tunaikanlah apa yang ditunaikan oleh orang yang berhaji selain thawaf. (HR. Bukhari)

 

Pada hadits di atas dijelaskan dengan tegas bahwa haid merupakan suatu keniscayaan yang ditetapkan oleh Allah kepada perempuan. Nabi Muhammad tetap memerintahkan Siti Aisyah melaksanakan ibadah haji selain melaksanakan thawaf sebab thawaf harus dilaksanakan dalam keadaan suci. Hal ini menjelaskan bahwa meski perempuan dalam keadaan haid, ia dapat melaksanakan ibadah yang bernilai positif.

 

3 amalan perempuan haid di bulan Ramadhan

Dalam kasus perempuan haid di bulan Ramadhan, sebenarnya masih tetap bisa memaksimalkan potensi ibadah meski dalam keadaan haid dengan melaksanakan ibadah lain yang tidak membutuhkan keadaan suci dari hadats besar. Setidaknya ada 3 amalan yang bisa dilakukan perempuan haid di bulan suci Ramadhan, yaitu sebagaimana berikut:

 

1. Memberi makanan buka puasa

Salah satu amalan yang dapat dilakukan oleh perempuan yang sedang datang bulan ialah memberikan makanan kepada orang yang berbuka puasa. Disebutkan bahwa orang yang memberi makan untuk berbuka puasa mendapatkan pahala sebagaimana orang yang berpuasa. Rasulullah bersabda:

 

‌مَنْ ‌فَطَّرَ ‌صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ، غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا

Artinya: “Barangsiapa yang memberi makanan kepada orang untuk berbuka puasa, maka ia mendapatkan pahala sesuai orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikitpun”. (HR. Turmudzi)

 

2. Mencari dan mengajarkan ilmu

Mencari ilmu dan mengajarkan ilmu dapat menjadi ibadah yang dilakukan oleh perempuan yang sedang datang bulan. Sebab kegiatan yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan mempunyai nilai baik dan menjadi sebuah ibadah. Sebagaimana diriwayatkan Syekh Abu Laits Nasr bin Muhammad As-Samarqandi, dalam kitab Tanbihul Ghafilin yang bersumber dari Muadz bin Jabal berikut ini:

 

وَعَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ، قَالَ: ‌تَعَلَّمُوا ‌الْعِلْمَ ‌فَإِنَّ ‌تَعَلُّمَهُ حَسَنَةٌ، وَطَلَبَهُ عِبَادَةٌ، وَمُذَاكَرَتَهُ تَسْبِيحٌ، وَالْبَحْثُ عَنْهُ جِهَادٌ وَتَعْلِيمَهُ مَنْ لَا يَعْلَمَهُ صَدَقَةٌ، وَبَذْلَهُ لِأَهْلِهِ قُرْبَةٌ

Artinya: “Dari Muadz bin Jabal ra berkata: Belajarlah ilmu pengetahuan, sebab sesungguhnya belajar merupakan kebaikan, mencarinya merupakan ibadah, menelaahnya merupakan tasbih, mengkajinya merupakan jihad, mengajarkannya kepada yang belum tahu merupakan sedekah dan menyerahkannya kepada ahlinya merupakan amal yang dapat mendekatkan kepada Allah”. (As-Samarqandi, Tanbihul Ghafilin, [Beirut: Dar Ibnu Katsir: 2000], cet 3, hal 429)

 

3. Memperbanyak dzikir dan doa

Di antara amalan yang bisa dikerjakan perempuan yang sedang haid adalah memperbanyak dzikir, shalawat, dan doa. Di antara dzikir tersebut adalah membaca tahmid, takbir, hauqalah atau dzikir lainnya di setiap saat. Harapannya adalah bisa mendapatkan keberkahan, terutama saat Ramadhan yang di dalamnya terdapat lailatul qadar.

 

Dalam riwayat yang disebutkan Imam Ahmad bin Hanbal dalam Musnadnya, Aisyah pernah bertanya kepada Rasulullah mengenai doa apa yang sebaiknya dibaca saat menemukan lailatul qadar. Kemudian Nabi menjawab:

 

‌اللهُمَّ ‌إِنَّكَ ‌عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ، فَاعْفُ عَنِّي

Artinya: “Ya Allah, Engkau Maha Pengampun yang menyukai orang yang meminta ampunan, karenanya ampunilah aku”. 

 

Kesimpulannya, Islam adalah agama yang luwes dan tidak pilih kasih ataupun tebang pilih. Perempuan juga dapat juga memaksimalkan ibadah di bulan Ramadhan meski dalam keadaan haid dengan melaksanakan ibadah yang tidak mensyaratkan untuk suci. Wallahu a’lam

 

Alwi Jamalulel Ubab, Alumni Khas Kempek, Mahasantri Mahad Aly Saiidussiddiqiyah Jakarta