Kultum Ramadhan: Dua Perbuatan yang Paling Bermanfaat Selama Bulan Ramadhan
NU Online · Ahad, 23 Maret 2025 | 04:00 WIB
Muhaimin Yasin
Kolomnis
Prinsip Islam berkaitan dengan kehidupan manusia menekankan pentingnya bermoral dan bermanfaat bagi sesama. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan keselarasan hidup di lingkungan masyarakat yang tumbuh dan berkembang dalam perbedaan kelas ekonomi, sosial, dan pendidikan.
Manusia yang telah dianugerahkan berbagai kelebihan selama hidup diharapkan dapat berbagi manfaat dengan apa yang mereka miliki. Misalnya, orang kaya dapat berdonasi kepada orang yang membutuhkan melalui infak, zakat, serta sedekah. Begitu juga orang berilmu dapat menyalurkan pengetahuan kepada orang lain melalui majelis taklim yang dimilikinya dan lain sebagainya.
Sehingga dengan demikian, Islam dapat memastikan kehidupan manusia bisa berjalan secara harmonis. Bahkan telah masyhur disebutkan bahwa siapa saja yang bermanfaat bagi sesama akan diberikan predikat manusia terbaik. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Al-Qadha’i dalam Musnad Asy-Syihab:
Baca Juga
Kultum Ramadhan: Hikmah di Balik Musibah
عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
Artinya: Dari Jabir, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi sesama." (HR. Al-Qadha’i)
Kaitannya dengan bulan suci Ramadhan, masa ini adalah kesempatan terbaik yang bisa dipergunakan oleh siapa pun untuk bermanfaat bagi sesama. Berikut ini dua perilaku penting yang perlu dilakukan selama bulan Ramadhan untuk menebar kebermanfaatan dan meningkatkan ganjaran pahala:
1. Mengajarkan Al-Qur’an
Seluruh ulama sepakat bahwa Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW pada bulan suci Ramadhan. Sehingga sering kali disebut juga sebagai bulan Al-Qur’an. Oleh karenanya, seyogianya umat Islam memanfaatkan momentum ini untuk mengajarkan kepada orang lain membaca Al-Qur’an.
Karena keberkahan yang ada di bulan ini, diharapkan bisa mempermudah orang lain untuk bisa membaca Al-Qur’an dengan lancar. Sebagaimana pada zaman dulu, Nabi SAW bersama Jibril melangsungkan pembelajaran Al-Qur’an setiap kali Ramadhan tiba.
Seperti hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Ibnu Abbas RA:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم أَجْوَدَ النَّاسِ، وَأَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ، حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ جِبْرِيلُ عليه السلام يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ، فَلَرَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ
Artinya: Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata: “Nabi Muhammad SAW merupakan manusia yang paling dermawan. Kedermawanannya yang paling nampak itu ada pada bulan suci Ramadhan ketika Jibril menemuinya. Jibril bertemu dengan Nabi Muhammad dalam setiap malam pada bulan Ramadhan dan mengajarkannya Al-Qur’an. Nabi Muhammad SAW adalah orang yang dermawan dengan kebaikan melebihi angin yang berhembus.” (HR. Bukhari)
Begitu juga dalam hadits yang lain dijelaskan bahwa siapa saja yang mengajarkan Al-Qur’an, maka ia akan termasuk dalam golongan manusia terbaik, "Sebaik-baik kalian adalah ia yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya." (HR. Ahmad)
Ditambah lagi, Al-Qur’an adalah satu-satunya bacaan umat Islam yang tidak akan pernah mendatangkan kejenuhan tatkala membacanya. Sehari-semalam dibaca 17x dalam setiap shalat merupakan contoh kecil bahwa Al-Qur’an tidak akan pernah terlupakan. Apalagi kajian yang mengupas tuntas makna kandungannya yang selalu relevan dengan zaman.
Dengan demikian, ilmu Al-Qur’an tidak hanya bermanfaat bagi yang mengajarkan, akan tetapi bisa dirasakan juga oleh orang lain yang masih awam. Satu hal penting, ketika mengajarkan ilmu yang bermanfaat, ganjarannya bisa menjadi amal jariyah yang terus mengalir meskipun kita sudah meninggal dunia. Sebagaimana sabda Nabi Saw yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, bersumber dari Abu Hurairah:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Artinya: Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Apabila manusia meninggal dunia, maka catatan amal terputus dari dirinya kecuali tiga hal: 1) sedekah jariyah, 2) ilmu yang bermanfaat, dan 3) anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim)
2. Bersedekah
Selain mengajarkan Al-Qur’an di bulan Ramadhan, bersedekah kepada orang lain yang membutuhkan adalah perbuatan baik yang sangat bermanfaat. Tidak perlu memulai dengan mengeluarkan harta yang banyak, cukup dengan cara sederhana, Allah SWT pasti akan memberikan pahala melimpah.
Misalnya, berbagi takjil atau hidangan berbuka untuk orang-orang yang berpuasa. Dikatakan dalam hadits bahwa siapa saja yang melakukannya, maka ganjaran pahala yang diperoleh akan setara dengan orang yang berpuasa tersebut:
عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الْجُهَنِيِّ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم: مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا، كَانَ لَهُ - أَوْ كُتِبَ لَهُ - مِثْلُ أَجْرِ الصَّائِمِ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
Artinya: Dari Zaid bin Khalid al-Juhani, dari Nabi Muhammad SAW: “Siapa saja yang memberikan hidangan berbuka kepada orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang sedang berpuasa tersebut tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikit pun.” (HR. Ahmad)
Al-Munawi dalam kitab Faydhul Qadir menjelaskan bahwa tidak perlu mengeluarkan makanan yang mewah dan bermacam-macam untuk sekedar berbagi hidangan berbuka, namun seukuran sebiji buah kurma atau jika dalam kesulitan, segelas air minum pun sudah cukup. Pahalanya akan tetap setara dengan orang yang berpuasa yang diberikan sedekah tersebut. (Al-Manawi, Faydhul Qadir [Mesir: Maktabah at-Tijariah al-Kubra, 2010], jilid VI, hlm. 187).
Namun, perlu dipahami bahwa apa yang dijelaskan di atas merupakan kriteria standar untuk melakukan sedekah. Jika mempunyai rezeki yang lebih banyak, maka utamanya bersedekah menyesuaikan dengan kemampuan tersebut.
Selain itu, selama bulan Ramadhan kaum Muslim juga dianjurkan untuk berbagi dengan cara lain, seperti berdonasi kepada korban bencana, membantu operasional masjid, santunan anak yatim, dan lain sebagainya. Sebab, Ramadhan adalah masa yang paling utama untuk bersedekah, sebagaimana dalam hadits Nabi Muhammad SAW:
عن أنسٍ قال: سُئل النبيُّ صلى الله عليه وسلم: أيُّ الصَّومِ أفضلُ بعد رمضانَ؟ قال: شعبان لِتعظيمِ رمضانَ. قال: فأيُّ الصَّدَقةِ أفضلُ؟ قال: صدَقةٌ في رمضانَ
Artinya: Dari Anas, ia berkata, Nabi Muhammad SAW pernah ditanya, “Puasa apa yang paling utama setelah Ramadhan?” Nabi menjawab, “Puasa Sya’ban untuk memuliakan kedatangan Ramadhan.” Orang tersebut bertanya lagi, “Sedekah apa yang paling mulia?” Nabi menjawab, “Sedekah pada bulan Ramadhan.” (HR. Tirmidzi)
Kedua perbuatan di atas adalah opsi terbaik untuk melakukan amal yang bermanfaat bagi orang lain. Oleh karena itu, mari kita bersama-sama mengoptimalkan potensi Ramadhan ini dengan maksimal. Wallahu a’lam.
Ustadz Muhaimin Yasin, Alumnus Pondok Pesantren Ishlahul Muslimin Lombok Barat dan Pegiat Kajian Keislaman
Terpopuler
1
Amerika Bom 3 Situs Nuklir Iran, Ekskalasi Perang Semakin Meluas
2
Houthi Yaman Ancam Serang Kapal AS Jika Terlibat dalam Agresi Iran
3
Menlu Iran Peringatkan AS untuk Tanggung Jawab atas Konsekuensi dari Serangannya
4
Pengumuman Hasil Seleksi Wawancara Beasiswa PBNU ke Maroko 2025, Cek di Sini
5
Mudir 'Ali JATMAN: Tarekat adalah Warisan Asli Wali Songo
6
Trump Meradang Usai Israel-Iran Tak Gubris Seruan Gencatan Senjata
Terkini
Lihat Semua