Ramadhan

Kultum Ramadhan: Keutamaan Puasa dalam Hadits Shahih Al-Bukhari, Nomor 2 Privilege Sultan

Rab, 20 Maret 2024 | 16:00 WIB

Kultum Ramadhan: Keutamaan Puasa dalam Hadits Shahih Al-Bukhari, Nomor 2 Privilege Sultan

Ilustrasi kultum Ramadhan tentang keutamaan puasa. (NU Online).

Bulan Ramadhan dikenal oleh umat Islam sebagai ‘bulan puasa’ yang memiliki banyak keistimewaan. Bulan ini senantiasa dinanti-nantikan kehadirannya. karena keberkahan dan pengampunan Allah melimpah ruah bersama hadirnya bulan Ramadhan ini. Dalam sejarahnya, banyak peristiwa besar Islam yang terjadi pada bulan ini. 

Allah swt telah mewajibkan kepada umat Islam untuk berpuasa di bulan Ramadhan melalui firman-Nya yang berbunyi:
 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
 

Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183).
 

Dari ayat tersebut, dapat diambil pelajaran bahwa puasa telah dilakukan oleh umat terdahulu, bahkan jauh sebelum Islam datang. Selain itu, umat non muslim juga menjalankan ibadah puasa, yang ketentuan, tata cara, dan waktunya berbeda dengan yang ada dalam Islam.
 

Selain itu banyak hadis-hadis Rasulullah saw yang menjelaskan keutamaan puasa, di antaranya adalah sebagai berikut.
 

1. Puasa menjadi perisai bagi manusia, aroma mulutnya melebihi aroma minyak kasturi, dan pahalanya berlipat ganda
 

أنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: الصِّيَامُ جُنَّةٌ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَجْهَلْ. وَإِنْ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ. وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ تَعَالَى مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ يَتْرُكُ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِي. الصِّيَامُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا. (رواه البخاري)
 

Artinya, "Sungguh Rasulullah saw bersabda, “Puasa merupakan perisai, maka (orang yang melaksanakannya) janganlah berbuat kotor dan jangan pula berbuat bodoh. Apabila ada orang yang mengajaknya berkelahi atau menghinanya maka katakanlah ‘aku sedang berpuasa’ (Nabi mengulangi ucapannya dua kali).
 

Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada harumnya minyak kasturi, karena dia meninggalkan makanan, minuman, dan syahwatnya demi Aku (Allah). Puasa itu untuk Aku dan Aku sendiri yang akan membalasnya, dan setiap kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan yang serupa.” (HR Al-Bukhari).
 

2. Orang yang berpuasa akan dimasukkan ke dalam surga melalui pintu khusus, yakni pintu Ar-Rayyan
 

عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ، يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ، يُقَالُ: أَيْنَ الصَّائِمُونَ، فَيَقُومُونَ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ، فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ، فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ. (رواه البخاري)
 

Artinya, "Dari Nabi saw, beliau bersabda, “Sesungguhnya di dalam surga terdapat satu pintu yang disebut dengan Ar-Rayyan, yang mana orang-orang yang berpuasa akan masuk surga melalui pintu tersebut pada hari kiamat kelak, dan tidak ada seorang pun yang masuk melewati pintu tersebut selain mereka.
 

Lalu ketika dikatakan kepada mereka: ‘Di manakah orang-orang yang berpuasa?’ Mereka pun segera menghadap. Tidak akan ada seorang pun yang masuk melewati pintu tersebut selain mereka. Apabila mereka semua telah masuk, maka pintu itu ditutup dan tidak akan ada seorang pun yang masuk melewati pintu tersebut.” (HR Al-Bukhari).
 

3. Mendapat ampunan dari Allah swt
 

عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ، وَمَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِ. (رواه البخاري)
 

Artinya, "Dari nabi saw, beliau bersabda: “Barangsiapa yang menghidupkan malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharap ridha Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu, dan barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap ridha Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Al-Bukhari).
 

Sementara Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam kitab At-Tafsirul Munir memberi penjelasan bahwa puasa memiliki 9 keutamaan dan faedah bagi manusia. Di antaranya adalah sebagai berikut.

  1. Puasa merupakan penyuci jiwa.
  2. Puasa dapat mendatangkan keridhaan Tuhan.
  3. Puasa memupuk dan mendidik di dalam jiwa rasa takut kepada Allah ta’ala pada saat sepi dan ramai, sebab tidak ada yang mengawasi orang yang berpuasa kecuali Tuhannya.
  4. Puasa mengajarkan kesabaran dan ketahanan dalam menanggung kesusahan dan penderitaan.
  5. Puasa dapat meredakan syahwat dan mengurangi pengaruh dan kendalinya, sehingga ia kembali ke batas normal dan keadaan tenang.
  6.  Puasa memunculkan perasaan peka dan melahirkan rasa kasih sayang yang mendorong seseorang untuk memberi.
  7. Puasa merealisasikan prinsip egalitarian atau kesederajatan antara orang kaya dan orang miskin, dan antara orang terpandang dan rakyat biasa, dalam pelaksanaan satu kewajiban yang sama.
  8.  Puasa membiasakan kedisiplinan dalam hidup, pengekangan kehendak dalam tempo antara waktu sahur dan berbuka dalam satu waktu.
  9. Puasa memperbarui struktur fisik, menguatkan kesehatan, membebaskan badan dari endapan-endapan dan fermentasi berbahaya, menyegarkan organ-organ tubuh, dan menguatkan memori. (Wahbah Az-Zuhaili, At-Tafsirul Munir, [Damaskus, DjJilid II, halaman 130-132).
 

Prof M Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah menjelaskan, redaksi yang digunakan pada surat Al-Baqarah ayat 183 tidak menunjuk siapa pelaku yang mewajibkan. Ini seakan-akan mengisyaratkan bahwa apa yang akan diwajibkan merupakan hal yang sangat penting dan bermanfaat bagi setiap orang bahkan sekelompok orang.
 

Sehingga, seandainya bukan Allah yang mewajibkannya, niscaya manusia sendiri yang akan mewajibkannya atas dirinya sendiri. Adapun hal yang diwajibkan dalam surat Al-Baqarah ayat 183 adalah shiyâm, yakni menahan diri. (M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Tangerang Selatan, Pusat Studi Al-Qur'an: 2023), Aplikasi Tafsir Al-Mishbah versi 12.3).
 


Demikianlah keutamaan-keutamaan dalam berpuasa bagi manusia. Semoga dengan mengetahui keutamaan-keutamaan ini, kita selaku umat Islam semakin semangat dalam menjalankan ibadah puasa, terutama berpuasa di bulan Ramadhan dengan tetap memperhatikan tata cara dan juga etika yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw. Wallahu a'lam.

Ustadzah Arny Nur Fitri, Mahasiswi UIN Jakarta dan Mahasantri Darus-Sunnah IIHS.