Ramadhan

Kultum Ramadhan: Larangan Perilaku Flexing dalam Islam

Rab, 12 April 2023 | 10:00 WIB

Kultum Ramadhan: Larangan Perilaku Flexing dalam Islam

Kultum Ramadhan: Larangan Perilaku Flexing dalam Islam. (Foto ilustrasi: NU Online/Freepik)

Flexing adalah tindakan memamerkan harta atau kemewahan secara berlebihan. Istilah ini banyak dikenal dalam dunia media sosial, di mana seseorang akan mem-posting foto atau video tentang barang-barang mahal yang mereka miliki, seperti mobil mewah, pakaian mahal, atau jam tangan yang mahal. Praktik ini juga dikenal sebagai “showing off”, yang dapat mengakibatkan rasa iri atau kecemburuan pada orang lain, dan juga dapat membangkitkan rasa sombong pada diri sendiri.


Dalam dunia modern, flexing seringkali dilakukan melalui media sosial, seperti Instagram, Tiktok, Twitter, atau Facebook. Praktik ini juga dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti memakai pakaian yang mahal untuk menunjukkan status sosial, atau membeli barang-barang mewah untuk menunjukkan kekuatan finansial.


Sementara itu dalam konteks Islam, praktik flexing tidak dianjurkan dan bahkan dianggap sebagai tindakan yang dilarang. Hal ini disebabkan karena flexing dapat menimbulkan rasa sombong, memicu iri hati, dan merusak tatanan sosial dalam masyarakat. 


Larangan ini didasarkan pada prinsip-prinsip akhlak yang diajarkan dalam Islam, seperti rendah hati, tidak sombong, dan tidak memamerkan harta atau kemewahan. Dalam Al-Quran, Allah SWT menyatakan bahwa kesombongan dan keangkuhan merupakan tindakan yang sangat tidak disukai-Nya. Hal ini dapat dilihat dalam QS Luqman [31] ayat 18:


وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ


Dan janganlah engkau memalingkan mukamu dari manusia dengan kesombongan, dan janganlah engkau berjalan di bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap orang yang sombong lagi membangga-banggakan diri.” (QS. Luqman: 18).


Terkait ayat ini, dalam kitab Tafsir Al-Misbah Jilid 11, halaman 139, Profesor Quraish Shihab, menerangkan tentang nasihat Lukman al-Hakim [seorang yang bijak besari] kepada anaknya agar berakhlak dan memiliki sopan santun ketika berinteraksi dengan sesama manusia. Di sisi lain, ia juga menasehati anaknya untuk tidak pamer kesombongan kepada orang lain. Dalam nasihatnya terhadap anaknya, ia berkata: “Dan wahai anakku, janganlah engkau berkeras memalingkan pipimu yakni mukamu dari manusia—siapa pun dia—karena didorong oleh penghinaan dan kesombongan


Lebih lanjut, ia juga menyuruh buah hatinya untuk bergaul dengan manusia dengan rendah hati, lemah lembut dan tidak angkuh. Ia berujar, “Hadapilah setiap orang dengan wajah berseri penuh rendah hati. Dan bila engkau melangkah, janganlah berjalan di muka bumi dengan angkuh, tetapi berjalanlah dengan lemah lembut penuh wibawa. Sesungguhnya Allah tidak menyukai yakni tidak melimpahkan anugerah kasih sayang-Nya kepada orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” 


Sementara itu Al-Qurthubi  dalam kitab Tafsir al Jami’ li Ahkami Al-Qur’an, menjelaskan bahwa ayat tersebut melarang manusia untuk bersikap sombong, dan menghinakan orang lain. Pasalnya, perbuatan sombong merupakan perbuatan tercela yang dibenci sekaligus dilarang dalam Islam. Imam Quthubi berkata; 


وَلَا تُمِلْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ كِبْرًا عَلَيْهِمْ وَإِعْجَابًا وَاحْتِقَارًا لَهُمْ.


"Dan janganlah engkau memalingkan mukamu dari manusia dengan kesombongan, dan janganlah angkuh, dan memandang hina bagi mereka".


Lebih lanjut, Islam memberikan rambu-rambu yang ketat dalam pergaulan antar umat manusia. Islam misalnya, memerintah dalam hubungan sosial, untuk senantiasa rendah hati dan bersikap lemah-lembut. Tidak lupa pula untuk saling menghormati, kendati pun terhadap yang lebih muda.  


فَالْمَعْنَى: أَقْبِلْ عَلَيْهِمْ مُتَوَاضِعًا مُؤْنِسًا مُسْتَأْنِسًا، وَإِذَا حَدَّثَكَ أَصْغَرُهُمْ فَأَصْغِ إِلَيْهِ حَتَّى يُكْمِلَ حَدِيثَهُ. وَكَذَلِكَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَفْعَلُ


"Maka artinya adalah: dekati mereka dengan sikap rendah hati, mudah bergaul, dan jika yang termuda dari mereka berbicara kepada mu, dengarkan dia sampai dia menyelesaikan ceritanya. Demikianlah tindakan yang dilakukan Nabi ketika bergaul dengan orang lain"


Sementara itu, Syekh Nawawi Al Bantani di kitab Naṡaiḥul ‘Ibād halaman 51 mengatakan bahwa sikap pamer harta [flexing] dengan sikap penuh kesombongan, pada ujungnya akan membahayakan bagi pelakunya. Sikap sombong dengan harta dan membanggakan diri sejatinya akan membuat manusia tersebut rusak.  


Penjelasan ini dikutip Syekh Nawawi dari dari Abdurrahman bin Shakhr dan Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda:


ثَلَاثٌ مُنْجِيَاتٌ وَ ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ وَ ثَلَاثٌ دَرَجَاتٌ وَ ثَلَاثٌ كَفَارَةٌ أَمَّا المنْجِيَاتُ فَخَشْيَةُ اللهِ تَعَالى فِي السِّر ِوَالعَلَانِيَةِ وَالقَصْدُ فِي الفَقْرِ وَالغِنَى وَالعَدْلُ فِي الرِّضَا وَالغَضَبِ وأَمَّ المهلِكَاتُ فَشُحٌّ شَدِيْدٌ وَهَوَى مُتَبَّعٌ وَإِعْجَابُ المرْءِ بِنَفْسِهِ وَأَمَّا الدَّرَجَاتُ فَإِفْشَاءُ السَّلَامِ وَإِطْعَامُ الطَّعَامِ وَالصَّلَاةُ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ وَأَمَّا كَفَارَةُ فَإِسْبَاغُ الوُضُوءِ فِي السَّبَرَاتِ وَنَقْلُ الأَقْدَامِ إِلىَ الجَمَاعَةِ وَانْتِظَارُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ


Tiga perkara yang dapat menyebabkan selamat, tiga perkara yang dapat menyebabkan kerusakan, tiga perkara yang dapat mengangkat derajat, dan tiga perkara yang dapat menebus dosa. Adapun tiga perkara yang menentukan keselamatan adalah: takut kepada Allah (takwa), baik dalam keadaan sepi maupun ramai, penuh kesederhanaan, baik ketika dalam keadaan fakir maupun berkecukupan, dan bersikap adil baik pada waktu senang maupun saat marah. Dan tiga perkara yang dapat menyebabkan rusak adalah: bakhil (pelit) yang berlebihan, mengikuti hawa nafsu, membanggakan diri sendiri."



Lebih jauh lagi, orang yang suka pamer harta, kata Rasulullah, maka ia tidak akan mendapatkan kenikmatan surga kelak di akhirat. Dalam haditsnya, tercantum bahwa orang yang ada sombong dalam hatinya, maka tidak akan masuk ke dalam surga Allah. Simak riwayat Abdullah bin Mas’ud dari Nabi Muhammad bersabda:    


لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ   


Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain."


Zainuddin Lubis, Pegiat Kajian Islam Tinggal di Ciputat