Shalawat Jauharatul Kamal Syekh At-Tijani: Sejarah, Keutamaan, dan Keistimewaannya
Sabtu, 30 Juli 2022 | 08:00 WIB
Shalawat Nabi memiliki banyak bentuk pelafalannya, salah satunya shalawat Jauharatul Kamal karya Syekh At-Tijani.
Sunnatullah
Kolomnis
Di antara beragam shalawat yang sangat masyhur adalah shalawat Jauharatul Kamal. Shalawat ini selain masyhur dengan banyaknya keberkahan dan manfaat yang ada di dalamnya, juga tidak lepas dari kemasyhuran penyusunnya, yaitu Imam Ahmad at-Tijani.
Sebagaimana shalawat pada umumnya, shalawat Jauharatul Kamal adalah doa atau pujian yang dipanjatkan kepada Rasulullah, sebagai bentuk penghormatan dan pengagungan kepadanya sebagai satu-satunya makhluk paling mulia di sisi Allah swt. Oleh karena itu, sudah saatnya bagi semua umat Islam untuk membacanya dengan istiqamah.
Berikut ini adalah teks, terjemahan, dan transliterasi shalawat Jauharatul Kamal:
اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ صَلَاةً تَعْدِلُ جَمِيْعَ صَلَوَاتِ أَهْلِ مَحَبَّتِكَ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ سَلَامًا يَعْدِلُ سَلَامَهُمْ
Allahumma shalli ‘ala sayyidina muhammadin wa ‘ala alihi shalatan ta’dilu jami’a shalawati ahli mahabbatika wa sallim ‘ala sayyidina muhammadin wa ‘ala alihi salaman ya’dilu salamahum
Artinya, “Ya Allah, limpahkanlah rahmat atas junjungan kami Nabi Muhammad dan keluarganya, berupa shalawat (rahmat) yang setara dengan semua shalawat orang-orang yang mencintai-Mu, dan (limpahkanlah) keselamatan atas junjungan kami Nabi Muhammad, dan keluarganya, berupa keselamatan yang setara dengan keselamatan mereka.”
Biografi Singkat Penulis
Sosok Imam Ahmad at-Tijani tidaklah asing lagi bagi umat manusia. Ia sangat masyhur dan populer (popular), khususnya di Indonesia dengan tarekat yang didirikan olehnya, yaitu tarekat Tijaniyah. Namun, yang tidak banyak diketahui darinya adalah selain pendiri tarekat, Syekh Ahmad at-Tijani juga masyhur dengan penyusun shalawat kepada Rasulullah.
Nama lengkapnya adalah Imam Ahmad bin Muhammad bin al-Mukhtar bin Ahmad asy-Syarif Abul Abbas at-Tijani. Ia dilahirkan di kota Maghrib pada tahun 1150 H/1737 M, dan wafat di Fez Maroko pada tahun 1230 H/1815 M.
Imam at-Tijani selain pendiri tarekat Tijaniyah, ia juga sosok yang sangat luas pemahamannya dalam ilmu fiqih, gelar al-faqih yang disematkan pada namanya membuktikan keluasan dan ke dalam pemahamannya dalam cabang ilmu yang satu ini. Dalam ilmu fiqih, ia mampu memahami pokok-pokok ajaran syariat hingga cabangnya. Ia juga pakar ilmu ushul, ahli tasawuf, pemberi nasihat, dan pribadi yang berakhlak mulia. (Khairuddin az-Zarkili, al-A’lam, [Darul Ilmi, cetakan kelima: 2002], juz I, halaman 245).
Sejarah dan Keutamaan
Shalawat Jauharul Kamal pada hakikatnya tidak memiliki sejarah yang serius dan khusus, bahkan shalawat ini bukanlah shalawat murni yang ditulis dan disusun oleh Imam Abul Abbas at-Tijani, namun merupakan bacaan dikte yang disampaikan oleh Rasulullah kepadanya.
Dalam sejarahnya, ia tidak hanya bisa bertemu dengan Rasulullah di waktu tidur (mimpi) saja, namun juga sering didatangi di waktu ia terbangun (yaqzhah). Bahkan, di tempat ia menyendiri (khalwah), juga sangat sering bersama Rasulullah.
Hubungan dekat itu akhirnya menjadi penyebab di balik adanya shalawat Jauharatul Kamal. Tepat dalam suatu kesempatan, Rasulullah mengajarkan shalawat ini kepadanya secara langsung dan nyata, bukan dalam mimpi, sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Yusuf an-Nabhani,
هَذِهِ الصَّلَوَاتُ لِلْوَلِي الْكَبِيْرِ سَيِّدِيْ أَبِي الْعَبَّاسِ أَحْمَدْ اَلتِّجَانِي تُسَمَّى جَوْهَرَةَ الْكَمَالِ. وَقَدْ ذُكِرَ أَنَّ النَّبِي أَمْلَأَهَا عَلَيْهِ يَقْظَةً
Artinya, “Shalawat ini adalah milik wali agung, Sayyid Abul Abbas Ahmad at-Tijani, yang dikenal Jauharatul Kamal. Dan, sungguh telah disebutkan bahwa Nabi Muhammad telah mendiktekannya kepadanya (at-Tijani) di waktu terbangun.” (Yusuf an-Nabhani, Sa’adatud Darayn fis Shalati ‘ala Sayyidil Kawnayni, [Beirut, Darul Kutub al-‘Ilmiah: 2010], halaman 43).
Keutamaan Shalawat Jauharatul Kamal
Sebagaimana jamak diketahui bersama, orang yang membaca shalawat akan mendapatkan pahala yang pasti dari Allah, bisa mendapatkan syafaat dari Rasulullah, termasuk shalawat Jauharatul Kamal di atas. Akan tetapi, shalawat ini juga memiliki keistimewaan dan keutamaan selain yang telah disebutkan, bahkan keistimewaan ini disebutkan secara langsung oleh Rasulullah, sebagaimana penjelasan Syekh Yusuf an-Nabhani dalam kitabnya,
ذُكِرَ أَنَّ لَهَا خَوَاصٌ مِنْهَا: أَنَّ مَنْ قَرَأَهَا سَبْعًا فَأَكْثَرَ يَحْضُرُهُ رُوْحُ النَّبِي وَالْخُلَفَاءُ الْأَرْبَعَةُ. وَمِنْهَا: أَنَّ مَنْ لَازِمَهَا أَزْيَدَ مِنْ سَبْعِ مَرَّاتٍ يُحِبُّهُ النَّبِي مَحَبَّةً خَاصَةً وَلَا يَمُوْتُ حَتَّى يَكُوْنَ مِنَ الْأَوْلِيَاءِ
Artinya, “Dikatakan, bahwa (shalawat Jauharatul Kamal) memiliki beberapa keistimewaan, di antaranya: siapa yang membacanya sebanyak 7 kali atau lebih banyak, maka ruh Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin yang empat (Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali) akan menghadirinya. Keistimewaan lainnya, yaitu: siapa yang membiasakan (membaca)nya melebihi 7 kali, maka akan dicintai nabi dengan cinta khusus, dan ia tidak akan mati hingga menjadi bagian dari wali (kekasih) Allah.” (Yusuf an-Nabhani, 43).
Dalam referensi yang lain, Syekh Shalahuddin mengatakan bahwa shalawat singkat ini memiliki keistimewaan yang keutamaan dan pahalanya setara dengan membaca shalawat shalawat Dalailul Khairat sebanyak 70 ribu, bahkan melebhinya. Ia mengatakan:
وَهَذِهِ الصَّلَاةُ مَنْ صَلَّى بِهَا مَرَّةً فَكَأَنَّمَا قَرَأَ دَلَائِلَ الْخَيْرَاتِ سَبْعِيْنَ أَلْفِ مَرَّةٍ وَهِيَ: اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ صَلَاةً ... الخ
Artinya, “Shalawat ini, siapa yang bershalawat dengannya satu kali, maka sebanding dengan membaca Dalailul Khairat 70 ribu kali, yaitu: Allahumma shalli ‘ala sayyidina muhammadin….” (Syekh Shalahuddin, Kasyful Ghuyum ‘an Ba’di Asraril Qutbil Maktum, [Darut Taisir: 1999], halaman 407).
Demikian penjelasan seputar sejarah dan keistimewaan shalawat Jauharatul Kamal. Dengan mengetahuinya, semoga kita bisa menjadi orang-orang yang senang untuk bershalawat dan bisa menjadi umat yang mendapatkan syafaat dari Rasulullah. Wallahu a’lam bis shawab.
Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur.
Terpopuler
1
Arus Komunikasi di Indonesia Terdampak Badai Magnet Kuat yang Terjang Bumi
2
PBNU Nonaktifkan Pengurus di Semua Tingkatan yang Jadi Peserta Aktif Pilkada 2024
3
Pergunu: Literasi di Medsos Perlu Diimbangi Narasi Positif tentang Pesantren
4
Kopdarnas 7 AIS Nusantara Berdayakan Peran Santri di Era Digital
5
Cerita Muhammad, Santri Programmer yang Raih Beasiswa Global dari Oracle
6
BWI Kelola Wakaf untuk Bantu Realisasi Program Pemerintah
Terkini
Lihat Semua