Syariah

10 Hari Pertama Dzulhijjah: Amalan dan Faedahnya

Sen, 10 Juni 2024 | 15:00 WIB

10 Hari Pertama Dzulhijjah: Amalan dan Faedahnya

Masjid dan bulan Dzulhijjah. (Foto: NU Online/Freepik)

Bulan Dzulhijjah merupakan salah satu bulan yang dimuliakan oleh umat Islam. Pada bulan ini bersamaan dengan peristiwa dilaksanakannya rukun Islam yang kelima, yaitu ibadah haji di Baitullah. Tidak hanya itu, bulan ke dua belas dalam kalender Hijriah ini juga mengandung banyak keberkahan dan keutamaan. Karenanya, banyak umat Islam yang menyambut hari ini dengan berpuasa, memperbanyak ibadah dan kebaikan lainnya.


Kemuliaan dan keagungan yang ada pada bulan Dzulhijjah tidak perlu diragukan kembali. Bahkan, para ulama berbeda pendapat perihal lebih utama dan mulia mana antara sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah dan sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Dengan kata lain, bulan ini memang memiliki kekhususan dan keutamaan tersendiri yang tidak bisa dijumpai dalam bulan-bulan yang lainnya.


Berkaitan dengan perbedaan pendapat tersebut, Syekh Abdurrahman al-Mubarakfuri mengatakan:


اِخْتَلَفَ الْعُلَمَاءُ فِي هَذِهِ الْعَشْرِ وَالْعَشْرِ الْأَخِيْرِ مِنْ رَمَضَانَ فَقَالَ بَعْضُهُمْ هَذِهِ الْعَشْرُ أَفْضَلُ وَقَالَ بَعْضُهُمْ عَشْرُ رَمَضَانَ أَفْضَلُ


Artinya: “Para ulama berbeda pendapat sepuluh ini (awal Dzulhijah) dan sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Maka sebagian ulama berpendapat bahwa sepuluh ini adalah yang lebih utama. Dan berkata juga sebagian ulama yang lain, bahwa sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan lebih utama.” (Syekh Abdurrahman al-Mubarakfuri, Tuhfatul Ahwadi, [Bairut: Darul Fikr, 1999], juz III, halaman 386).


Jika ditanya, manakah sebenarnya yang lebih utama antara sepuluh hari pertama dan sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan? Maka jawabannya sebagaimana penjelasan lanjutan Syekh Abdurrahman al-Mubarakfuri, bahwa keduanya memiliki keutamaan yang berbeda dari yang lainnya. Keutamaan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah ada di siang hari, sementara keutamaan 10 terakhir Ramadhan ada di malam hari.


Maksudnya, siang hari pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah lebih mulia daripada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dan hari-hari yang lain, karena pada hari-hari tersebut terdapat hari Arafah, yang merupakan paling utamanya siang hari. Sedangkan sepuluh malam hari terakhir bulan Ramadhan lebih utama dari pada sepuluh malam sepuluh pertama bulan Dzulhijjah dan malam-malam yang lainnya. Sebab, malam-malam tersebut bertepatan dengan turunnya lailatul qadar. (al-Mubarakfuri, juz III, halaman 387).


Lantas, adakah amalan-amalan berupa bacaan khusus yang dianjurkan untuk dibaca pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah? 


Bacaan yang Dianjurkan di Bulan Dzulhijah

Merujuk penjelasan Syekh Abdul Hamid bin Muhammad bin Ali bin Abdul Qadir al-Maki, dalam salah satu kitabnya ia menjelaskan beberapa amalan-amalan bacaan yang dianjurkan untuk dibaca di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah. Amalan tersebut berdasarkan hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi, yaitu:


مَا مِنْ أَيَّام أَفْضَلُ عِنْد اللَّه  وَلَا الْعَمَلِ فِيهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّام، أَيَّامُ الْعَشْرِ، فَأَكْثِرُوا فِيهِنَّ مِنْ التَّهْلِيل وَالتَّكْبِير وَذِكْرِ اللهِ، فَإِنَّهَا أَيَّامُ التَّهْلِيْلِ وَ التَّكْبِيْرُ وَ ذِكْرُ الله وَإِنَّ صَيَامَ يَوْمٍ مِنْهَا يَعْدِلُ بِصِيَامِ سَنَةٍ، وَالْعَمَلُ فِيْهِنَّ يُضَاعَفُ سَبْعَمِائَةِ ضِعْفٍ


Artinya: “Tidak ada hari yang lebih utama di sisi Allah, begitupun tidak ada amal ibadah pada hari itu yang lebih disenangi oleh Allah, daripada hari-hari ini, yaitu sepuluh hari (di awal bulan Dzulhijjah). Maka, perbanyaklah membaca tahlil (Lailaha illallah), takbir (Allahu Akbar) dan mengingat Allah. Karena ia merupakan hari-hari tahlil, takbir, dan dzikir kepada Allah. Dan sesungguh, berpuasa satu hari di hari itu bisa menyamai (pahala) puasa selama satu tahun, amal yang dilakukan pada hari itu dilipatgandakan menjadi tujuh ratus lipat ganda.” (Syekh Abdul Hamid al-Maki, Kanzun Najah was Surur, [Bairut: Darul Hawi, Lebanon, 2009], halaman 279).


Secara garis besar dan melihat mana yang tampak dari penjelasan di atas, maka umat Islam dianjurkan membaca tahlil, takbir dan berzikir kepada Allah dengan sighat apa saja tergantung yang ingin mereka baca. Hanya saja, menurut Syekh Abdul Hamid al-Maki, ada bacaan-bacaan tertentu yang sangat dianjurkan melebihi bacaan zikir secara umum. Adapun lafalnya, yaitu:


لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ عَدَدَ الدُّهُوْرِ، لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ عَدَدَ أَمْوَاجِ الْبُحُوْرِ، لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ عَدَدَ النَّبَاتِ وَالشَّجَرِ، لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ عَدَدَ الْقَطْرِ وَالْمَطَرِ، لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ عَدَدَ لَمْحِ الْعُيُوْنِ، لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُوْنَ، لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ مِنْ يَوْمِنَا هَذَا اِلَى يَوْمِ يُنْفَخُ فِي الصُّوْرِ.


Lâilâha illallâh adadad duhur, lâilâha illallâh adada amwâjil buhuri, lâilâha illallâh adadan nabâti was sajari, lâilâha illallâh adada qathri wal mathar, lâilâha illallâh adada lamhil uyuni, lâilâha illallâh khairun mimma yajmaun, lâilâha illallâh min yaumina hadza ila yaumi yunfakhu fis sur.
    

Artinya: “Tiada Tuhan selain Allah sepanjang hitungan waktu, tiada Tuhan selain Allah sebanyak ombak lautan, tiada Tuhan selain Allah sebanyak tumbuhan dan pepohonan, tiada Tuhan selain Allah sebanyak rintik-rintik hujan, tiada Tuhan selain Allah sebanyak kedipan matan, tiada Tuhan selain Allah lebih baik dari segala apa yang mereka kumpulkan, tiada Tuhan selain Allah sejak hari ini hingga ditiupnya sangkakala.”


Faedah dan Keutamaannya

Adapun faedah dan keutamaan dari bacaan di atas, Syekh Abdul Hamid al-Maki menjelaskan, siapa saja yang membiasakan diri membaca bacaan di atas sebanyak sepuluh kali di setiap hari pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, maka semua dosa-dosanya akan diampuni oleh Allah swt, baik dosa yang sudah berlalu maupun dosa yang akan datang. Ia mengatakan:


مَنْ قَالَ فِي عَشْرِ ذِيْ الْحِجَّةِ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ عَدَدَ الدُّهُوْرِ الخ، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ


Artinya: “Siapa saja yang membaca pada bulan Dzulhijjah Lâilâha illallâh adadad duhur sampai selesai, maka akan diampuni dosa-dosa yang telah berlalu dan dosa yang akan datang.” (Syekh Abdul Hamid al-Maki, Kanzun Najah was Surur, [Bairut: Darul Hawi, Lebanon, 2009], halaman 280).


Selain bacaan-bacaan di atas, ada juga beberapa doa yang sangat dianjurkan untuk dibaca pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Menurut Syekh Abdul Hamid al-Maki, sebagaimana mengutip penjelasan Syekh Hatthab al-Maki, doa ini berfaedah bisa memudahkan pembacanya untuk cepat melunasi utang. Adapun teks lafalnya adalah sebagai berikut:


اللهم فَرَجَكَ الْقَرِيْبَ، اللهم سِتْرَكَ الْحَصِيْنَ، اللهم مَعْرُوْفَكَ الْقَدِيْمَ، اللهم عَوَائِدَكَ الْحَسَنَةَ، اللهم عَطَاءَكَ الْحَسَنَ الْجَمِيْلَ، اللهم يَا قَدِيْمَ الْاِحْسَانِ، إِحْسَانَكَ الْقَدِيْمَ، يَا دَائِمَ الْمَعْرُوْفِ، مَعْرُوْفَكَ الدَّائِمَ


Allâhumma farajakal qarib. Allâhumma sitrakal hashin. Allâhumma ma’rufakal qadim. Allâhumma ‘awâidakal hasanah. Allâhumma ‘athâ’akal hasanal jamil. Allâhumma ya qâdimal ihsân, ihsânakal qadim, yâ dâimal ma’ruf, ma’rufakad dâim


Artinya: “Ya Allah (aku memohon) kelapangan-Mu yang dekat. Ya Allah (berilah aku) penutupan-Mu yang kuat. Ya Allah (aku memohon) kebaikan-Mu yang terdahulu. Ya Allah (berilah aku) kebajikan-Mu yang baik. Ya Allah (aku mohon) pemberian-Mu yang baik lagi indah. Ya Allah Yang Maha Terdahulu kebaikan-Nya, (aku mohon) kebaikan-Mu yang terdahulu. Ya Allah Yang Maha Langgeng kebaikannya, (berilah aku) kebaikan-Mu yang langgeng.” (Syekh Abdul Hamid al-Maki, hlm 281).


Itulah beberapa bacaan-bacaan dan zikir serta doa yang sangat dianjurkan untuk dibaca pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.


Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur.