Syariah

3 Cara Mengatasi Bahaya Kekeringan menurut Islam

Rab, 11 Oktober 2023 | 10:00 WIB

3 Cara Mengatasi Bahaya Kekeringan menurut Islam

Ilustrasi. (Foto: NU Online/Freepik).

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kembali memperingatkan dunia akan bahaya perubahan iklim dan kekeringan. Dalam laporan terbarunya, PBB menyebut bahwa perubahan iklim telah menjadi ancaman besar bagi umat manusia, dan kekeringan adalah salah satu dampak yang paling parah.

 

Laporan tersebut diterbitkan oleh Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) pada tahun 2022, yang memberikan peringatan jelas tentang dampak perubahan iklim.  Berdasarkan data terungkap bahwa suhu rata-rata global diperkirakan akan naik 1,5 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri sekitar “paruh pertama tahun 2030-an”. Angka ini memiliki arti khusus dalam politik iklim global, karena merupakan target yang ditetapkan dalam Perjanjian Iklim Paris 2015.

 

Pemanasan global yang mencapai 1,5 derajat Celsius akan memiliki dampak yang signifikan terhadap planet bumi, terutama kekeringan yang akut. Hal ini karena pemanasan global menyebabkan peningkatan suhu permukaan bumi yang dapat menyebabkan penguapan air yang lebih cepat. Penguapan air yang lebih cepat ini dapat menyebabkan kekeringan di daerah yang bergantung pada air hujan, seperti daerah subtropis dan tropis.

 

Indonesia merupakan negara yang rentan terhadap dampak perubahan iklim, termasuk kekeringan. Hal ini karena wilayah Indonesia memiliki iklim tropis yang cenderung kering, dengan musim kemarau yang panjang. Selain itu, Indonesia juga memiliki wilayah yang luas dan bervariasi, sehingga lebih rentan terhadap dampak perubahan iklim yang tidak merata.

 

Di Indonesia, kekeringan dan kemarau telah menyebabkan berbagai dampak negatif. Salah satunya gagal panen, merupakan dampak yang paling serius dari kekeringan dan kemarau. Hal ini karena kekeringan dan kemarau dapat menyebabkan tanaman mati atau tidak dapat menghasilkan panen yang optimal. Selanjutnya, kekurangan air bersih juga merupakan dampak yang serius dari kekeringan dan kemarau. Hal ini karena kekeringan dan kemarau dapat menyebabkan sumber air bersih, seperti sungai dan danau, menjadi kering atau tercemar.

 

Kekeringan yang panjang akan menyebabkan kebakaran hutan dan lahan. Hal ini karena kekeringan dan kemarau dapat menyebabkan lahan menjadi lebih mudah terbakar. Berkurangnya pasokan air, baik air tanah maupun air permukaan. Hal ini membuat tumbuhan di hutan menjadi kering dan mudah terbakar. Selain itu, kekeringan juga dapat menyebabkan angin bertiup kencang, yang dapat menyebarkan api dengan cepat.

 

Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), pada tahun 2023, sebanyak 1.890 titik api telah terdeteksi di Indonesia. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.043 titik api berada di kawasan hutan. Penyebab kebakaran hutan dan lahan di Indonesia sebagian besar adalah faktor manusia, seperti kelalaian, kesengajaan, dan pembukaan lahan.

 

Lebih lanjut, berdasarkan keterangan musim kemarau di Indonesia biasanya berlangsung dari bulan Mei hingga Oktober. Menurut BMKG, pada bulan November mendatang akan baru akan datang musim hujan. Selama musim kemarau, curah hujan di Indonesia menurun secara signifikan. Hal ini dapat menyebabkan kekeringan yang panjang dan meningkatkan risiko kebakaran hutan dan lahan.

 

Pada tahun 2023, Indonesia mengalami kekeringan yang panjang. Hal ini disebabkan oleh fenomena El Nino. El Nino adalah fenomena iklim yang menyebabkan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur menjadi lebih hangat dari biasanya. Fenomena ini dapat menyebabkan perubahan pola cuaca di berbagai wilayah di dunia, termasuk Indonesia.

 

Solusi Islam dalam mengatasi pemanasan global
Solusi Islam dalam persoalan pemanasan global merupakan solusi yang sangat komprehensif dan berkelanjutan. Pelbagai solusi tersebut tidak hanya berfokus pada aspek teknis, tetapi juga aspek moral dan spiritual. Lebih lanjut, Islam memiliki pandangan yang holistik tentang hubungan antara manusia dan alam. Islam memandang alam sebagai ciptaan Allah yang harus dijaga kelestariannya. Oleh karena itu, Islam memiliki solusi-solusi yang dapat membantu mengatasi pemanasan global. Islam memberikan sejumlah solusi dalam mengatasi pemanasan global.

 

1. Meningkatkan kesadaran
Umat manusia, terlebih umat Islam perlu meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya menjaga lingkungan. Islam mengajarkan bahwa manusia adalah khalifah di bumi, yang berarti memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan alam semesta. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman umat Islam tentang pentingnya menjaga lingkungan. Hal ini dapat dilakukan misalnya melalui pendidikan dan kampanye lingkungan.

 

Rasulullah SAW adalah sosok yang sangat cinta lingkungan. Beliau seringkali mengajarkan umatnya untuk menjaga lingkungan dan tidak melakukan kerusakan di dalamnya. Salah satu cara yang beliau lakukan untuk menjaga lingkungan adalah dengan menghidupkan tanah mati dengan menanam pohon.
Dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW pernah bersabda:

 

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلَّا كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَمَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ مِنْهُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَتْ الطَّيْرُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ وَلَا يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلَّا كَانَ لَهُ صَدَقَةٌ   

 

Artinya: "Tak satupun seorang muslim yang menanam pohon, kecuali sesuatu yang dimakan dari tanaman itu akan menjadi pahala sedekah baginya, dan yang dicuri orang lain akan bernilai sedekah. Apa saja yang dimakan oleh binatang buas darinya, maka sesuatu (yang dimakan) itu akan menjadi sedekah baginya. Apapun yang dimakan oleh burung darinya, maka hal itu akan menjadi sedekah baginya. Tak ada seorangpun yang menguranginya, kecuali itu akan menjadi sedekah baginya.” (HR. Muslim).

 

Salah satu contoh upaya Nabi Muhammad SAW dalam menghidupkan tanah mati dengan menanam pohon adalah ketika beliau hijrah ke Madinah. Beliau tiba di Madinah pada saat musim panas yang sangat terik. Tanah di Madinah sangat tandus dan gersang.

 

Nabi Muhammad SAW kemudian memerintahkan para sahabatnya untuk menanam pohon kurma di sekitar Masjid Nabawi. Para sahabat pun melaksanakan perintah beliau dengan penuh semangat. Mereka menanam pohon kurma di mana saja, bahkan di tanah yang keras dan tandus.

 

Berkat usaha Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya, tanah tandus di sekitar Masjid Nabawi pun menjadi hijau dan rindang. Pohon kurma yang mereka tanam tumbuh subur dan menghasilkan buah yang lezat. Upaya Nabi Muhammad SAW dalam menghidupkan tanah mati dengan menanam pohon memiliki banyak manfaat.

 

Selain menghasilkan oksigen dan menyerap karbon dioksida, pohon kurma juga dapat menjadi sumber makanan bagi penduduk Madinah. Pohon kurma juga dapat mencegah erosi tanah dan menjadi habitat bagi berbagai macam hewan.

 

Untuk itu, kita sebagai umat Islam hendaknya mengikuti teladan Nabi Muhammad SAW dalam menjaga lingkungan. Kita dapat menanam pohon di sekitar rumah kita, di sekolah, di tempat kerja, atau di mana saja yang kita bisa. Dengan menanam pohon, kita telah berkontribusi dalam menjaga lingkungan dan melestarikan alam.

 

2. Mengubah gaya hidup
Gaya hidup yang tidak ramah lingkungan, seperti penggunaan kendaraan bermotor, penggunaan listrik berlebihan, dan konsumsi daging berlebihan, merupakan salah satu penyebab pemanasan global. Oleh karena itu, penting untuk mengubah gaya hidup yang tidak ramah lingkungan menjadi gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan kebiasaan-kebiasaan sederhana, seperti berjalan kaki atau bersepeda, menggunakan listrik secara hemat, dan mengurangi konsumsi daging.

 

Ada satu pendapat yang menarik dari Fakhruddin Ar-Razi dalam kitab Mafatih al-Ghaib, ia menyebutkan Allah tidak akan menurunkan bencana selama penduduk bumi berbuat baik dalam mu'amalah. Dalam hal ini, mu‘amalah berarti interaksi atau hubungan antara manusia dengan manusia lain, manusia dengan alam, dan manusia dengan Allah. Sebaliknya, Allah akan menurunkan azab kepada suatu masyarakat jika mereka berbuat buruk dalam mu‘amalah.

 

 بَلْ إنَّما يَنْزِلُ ذَلِكَ العَذابُ إذَا أَسَاءُوا في المُعامَلاتِ

 

Artinya: “Malah, Allah menurunkan adzab tadi disebabkan jika suatu masyarakat berbuat buruk dalam mu‘amalat; bergaul terhadap manusia lain dan alam.”

 

3. Inovasi ramah lingkungan
Sudah saatnya Indonesia memiliki dan mempraktikkan teknologi ramah lingkungan, seperti energi terbarukan dan transportasi berkelanjutan, dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca. Oleh karena itu, penting untuk melakukan inovasi dan pengembangan teknologi ramah lingkungan. Hal ini dapat dilakukan oleh pemerintah, perusahaan, dan akademisi.

 

Untuk kasus hemat enak dan ramah lingkungan, dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dan menganjurkan umatnya untuk menghemat air, bahkan dalam ibadah sekalipun. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya air dalam kehidupan manusia, baik secara duniawi maupun ukhrawi. Nabi Muhammad SAW sendiri telah memberikan contoh dalam menghemat air. Beliau berwudhu dengan air yang sangat sedikit, yaitu hanya sekitar 2 liter. Hal ini menunjukkan bahwa beliau sangat menghargai air dan tidak ingin menggunakannya secara berlebihan.

 

Nabi Muhammad SAW bersabda:

 

أنَّ النَّبيَّ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ مرَّ بسعدٍ وَهوَ يتوضَّأُ ، فقالَ : ما هذا السَّرَفُ ؟ قالَ : أفي الوضوءِ إسرافٌ ؟ قالَ : نعَم وإن كنت على نَهْرٍ جارٍ

 

Artinya: “Nabi SAW pernah melewati Sa'ad saat dia sedang berwudhu. Nabi berkata, Apa ini, pemborosan? Sa'ad bertanya, apakah ada pemborosan dalam wudhu? Nabi menjawab: Ya, bahkan jika kamu berada di sungai yang mengalir.

 

Menurut hadits riwayat Bukhari dan Muslim menceritakan bahwa Nabi SAW pernah menegur Sa'ad yang sedang berwudhu dengan cara yang berlebihan. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengingatkan bahwa pemborosan dalam wudhu juga tidak diperbolehkan, bahkan jika seseorang berada di sungai yang mengalir.

 

Dalam hadits tersebut, Nabi Muhammad menggunakan kata “israf” untuk menunjukkan bahwa pemborosan dalam wudhu adalah sesuatu yang tidak disukai. Istilah “israf” memiliki arti menggunakan sesuatu secara berlebihan atau tidak sesuai dengan kebutuhan.

 

Dengan demikian, solusi Islam dalam penanggulangan pemanasan global merupakan solusi yang komprehensif dan berkelanjutan. Sejatinya,dalam menerapkan solusi Islam, umat manusia dapat menciptakan kehidupan yang lebih berkelanjutan di masa depan.

 

Zainuddin Lubis, Pegiat Kajian Islam, Tinggal di Ciputat.