Syariah

Beda Pendapat Ulama soal Berziarah ke Makam Wali

NU Online  ยท  Jumat, 25 Oktober 2019 | 08:00 WIB

Beda Pendapat Ulama soal Berziarah ke Makam Wali

ulama berbeda pendapat tentang hukum berziarah ke makam para wali, baik bagi laki-laki maupun perempuan. (Ilustrasi: NU Online)

Bagi kalangan mayoritas umat Islam Indonesia, berziarah ke makam para wali merupakan tradisi yang sangat digemari. Mereka rela meluangkan waktu, mengeluarkan biaya, dan menempuh perjalanan yang jauh guna memanjatkan doa dan mengharap berkah dari para kekasih Allahย subhanahu wataโ€™alaย tersebut.ย 
ย 
Karenanya, tidak mengherankan jika makam-makam itu selalu penuh dengan peziarah. Mereka datang dan pergi silih berganti. Sebagai informasi, jumlah pengunjung makam Gus Dur di hari-hari biasa, yaitu hari Senin sampai Kamis, ada sekitar 3 ribu orang per hari. Sedangkan di hari Jumat sampai Minggu, jumlah pengunjung bisa sampai 10 ribu per hari. Ini merupakan bukti bahwa ziarah wali merupakan tradisi yang sangat diminati.ย 
ย 
Akan tetapi, ada sebagian orang yang tidak mengikuti tradisi ini, bahkan cenderung menyalahkannya. Mereka berasumsi bahwa ziarah wali merupakan perbuatan haram, karena mengandung kemusyrikan. Mereka menganggap, ziarah wali berarti meminta kepada orang yang sudah mati agar diberi keberkahan hidup dan dijauhkan dari segala musibah, padahal meminta kepada selain Allahย subhanahu wataโ€™alaย termasuk perbuatan syirik. Lalu, bagaimanakah pendapat para ulama tentang hukum ziarah wali?
ย 
Para ulama berbeda pendapat terkait hukum permasalahan ini. Pertama, ulama mazhab Syafiโ€™i dan mazhab Hanbali menyatakan, ziarah wali hukumnya sunnah, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Salah seorang ulama bermazhab Syafiโ€™i, Syekh Khatib Assyarbini menyebutkan:
ย 
ูŠูู†ู’ุฏูŽุจู ู„ูŽู‡ูู†ู‘ูŽ ุฒููŠูŽุงุฑูŽุฉู ู‚ูŽุจู’ุฑู ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ููŽุฅูู†ู‘ูŽู‡ูŽุง ู…ูู†ู’ ุฃูŽุนู’ุธูŽู…ู ุงู„ู’ู‚ูุฑูุจูŽุงุชูุŒ ูˆูŽูŠูŽู†ู’ุจูŽุบููŠ ุฃูŽู†ู’ ูŠูู„ู’ุญูŽู‚ูŽ ุจูุฐูŽู„ููƒูŽ ุจูŽู‚ููŠู‘ูŽุฉู ุงู„ู’ุฃูŽู†ู’ุจููŠูŽุงุกู ูˆูŽุงู„ุตู‘ูŽุงู„ูุญููŠู†ูŽ
ย 
โ€œDisunnahkan bagi perempuan menziarahi makam Rasulullahย shallallahu aโ€™laihi wasallam, karena hal itu merupakan sarana terbesar untuk mendekatkan diri kepada Allahย subhanahu wataโ€™ala. Dan sepatutnya, makam-makam para nabi dan orang-orang shaleh disamakan dengan makam Rasulullahย shallallahu aโ€™laihi wasallamโ€ (Muhammad bin Muhammad Al-Khatib Assyarbini,ย Al-Iqnaโ€™ fi Halli Alfadzi Abi Syujaโ€™, h. 423).
ย 
Senada dengan Assyarbini, Syekh Zakaria Al-Anshari menuturkan:
ย 
(ุฅู„ู‘ูŽุง ู‚ูŽุจู’ุฑูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ) ููŽู„ูŽุง ุชููƒู’ุฑูŽู‡ู ู„ูŽู‡ูŽุง ุฒููŠูŽุงุฑูŽุชูู‡ูุŒ ุจูŽู„ู’ ุชูู†ู’ุฏูŽุจู. ูˆูŽูŠูŽู†ู’ุจูŽุบููŠ - ูƒูŽู…ูŽุง ู‚ูŽุงู„ูŽ ุงุจู’ู†ู ุงู„ุฑู‘ููู’ุนูŽุฉู ูˆูŽุงู„ู’ู‚ูŽู…ููˆู„ููŠู‘ู - ุฃูŽู†ู’ ุชูŽูƒููˆู†ูŽ ู‚ูุจููˆุฑู ุณูŽุงุฆูุฑู ุงู„ู’ุฃูŽู†ู’ุจููŠูŽุงุกู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽูˆู’ู„ููŠูŽุงุกู ูƒูŽุฐูŽู„ููƒูŽ
ย 
โ€œโ€ฆ Kecuali makam Nabi shallallahu aโ€™laihi wasallam. Maka tidak dimakruhkan bagi perempuan menziarahinya, bahkan disunnahkan. Dan sebaiknya, sebagaimana diutarakan oleh Ibnur Rifโ€™ah dan Al-Qamuli, makam-makam para nabi dan para wali disamakan dengan makam Nabiย shallallahu aโ€™laihi wasallamโ€ (Zakaria bin Muhammad Al-Anshari,ย Asnal Mathalib Fi Syarhi Raudhit Thalib, juz 1, h. 331).
ย 
Sedangkan seorang ulama bermazhab Hanbali, Syekh Ar-Rahyabani menjelaskan:
ย 
(ุฅู„ู‘ูŽุง ู„ูู‚ูŽุจู’ุฑู ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ูˆูŽู‚ูŽุจู’ุฑูŽูŠู’ ุตูŽุงุญูุจูŽูŠู’ู‡ู) ุฃูŽุจููŠ ุจูŽูƒู’ุฑู ูˆูŽุนูู…ูŽุฑูŽ ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ูู…ูŽุงุŒ (ููŽุชูุณูŽู†ู‘ู) ุฒููŠูŽุงุฑูŽุชูู‡ูู…ูŽุง ู„ูู„ุฑู‘ูุฌูŽุงู„ู ูˆูŽุงู„ู†ู‘ูุณูŽุงุกู (ูˆูŽูƒูŽุฐูŽุง) ุชูุณูŽู†ู‘ู ู„ูู„ุฑู‘ูุฌูŽุงู„ู ูˆูŽุงู„ู†ู‘ูุณูŽุงุกู ุฒููŠูŽุงุฑูŽุฉู (ู‚ูŽุจู’ุฑู ู†ูŽุจููŠู‘ู ุบูŽูŠู’ุฑูู‡ู)
ย 
โ€œโ€ฆKecuali ke makam Nabiย shallallahu aโ€™laihi wasallamย dan makam kedua sahabatnya, yaitu Abu Bakar dan Umarย radhiyallahu anhuma. Maka disunnahkan menziarahi keduanya bagi laki-laki dan perempuan. Begitu pula disunnahkan bagi laki-laki dan perempuan menziarahi makam nabi lainโ€ย  (Musthafa bin Saโ€™ad Ar-Rahyabani,ย Mathalibu Ulinnuha fi Syarhi Ghayatil Muntaha, juz 1, h. 932).
ย 
Senada dengan Ar-Rahyabani, Syekh Al-Bahuti menjelaskan:
ย 
(ูˆูŽุชููƒู’ุฑูŽู‡ู) ุฒููŠูŽุงุฑูŽุฉู ุงู„ู’ู‚ูุจููˆุฑู (ู„ูู„ู†ู‘ูุณูŽุงุกู) (ุบูŽูŠู’ุฑูŽ ู‚ูŽุจู’ุฑู ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ูˆูŽู‚ูŽุจู’ุฑู ุตูŽุงุญูุจูŽูŠู’ู‡ู) ุฃูŽุจููŠ ุจูŽูƒู’ุฑ ูˆูŽุนูู…ูŽุฑูŽ ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ูู…ูŽุง (ููŽูŠูุณูŽู†ู‘ู) ุฒููŠูŽุงุฑูŽุชูู‡ูŽุง ู„ูู„ุฑู‘ูุฌูŽุงู„ู ูˆูŽุงู„ู†ู‘ูุณูŽุงุกู.
ย 
โ€œDan ziarah kubur dimakruhkan bagi perempuan, kecuali makam Nabiย shallallahu aโ€™laihi wasallamย dan makam kedua sahabatnya, yaitu Abu Bakar dan Umarย radhiyallahu anhuma, maka menziarahinya disunnahkan bagi laki-laki dan perempuanโ€ (Mansur al-Bahuti,ย Kasysyaful Qinaโ€™ an Matnil Iqnaโ€™, juz 4, h. 437).
ย 
Kedua, ulama mazhab Hanafi dan ulama mazhab Maliki menegaskan, hukum ziarah wali adalah mubah. Imam Badruddin Al-Aini dari mazhab Hanafi memberikan contoh ibadah-ibadah yang pahalanya dapat dihadiahkan kepada orang yang sudah mati:ย 
ย 
ูƒูŽุงู„ู’ุญูŽุฌู‘ู ูˆูŽู‚ูุฑูŽุงุกูŽุฉู ุงู„ู’ู‚ูุฑู’ุขู†ู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽุฐู’ูƒูŽุงุฑูุŒ ูˆูŽุฒููŠูŽุงุฑูŽุฉู ู‚ูุจููˆู’ุฑู ุงู„ู’ุฃูŽู†ู’ุจููŠูŽุงุกู ูˆูŽุงู„ุดู‘ูู‡ูŽุฏูŽุงุกู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽูˆู’ู„ููŠูŽุงุกู ูˆูŽุงู„ุตู‘ูŽุงู„ูุญููŠู’ู†ูŽ
ย 
โ€œSeperti berhaji, membaca Al-Qurโ€™an, berdzikir, menziarahi makam-makam para nabi, syuhadaโ€™, para wali, dan orang-orang shalehโ€ (Mahmud bin Ahmad Al-Aini,ย Al-Binayah fi Syarhil Hidayah, juz 4, h. 422).
ย 
Sedangkan Syekh Ibnu Abidin menyebutkan:
ย 
ูˆูŽุงู„ุชู‘ูŽุจูŽุฑู‘ููƒู ุจูุฒููŠูŽุงุฑูŽุฉู ู‚ูุจููˆุฑู ุงู„ุตู‘ูŽุงู„ูุญููŠู†ูŽ ููŽู„ูŽุง ุจูŽุฃู’ุณูŽ ุฅุฐูŽุง ูƒูู†ู‘ูŽ ุนูŽุฌูŽุงุฆูุฒูŽ
ย 
โ€œMemohon berkah dengan menziarahi makam orang-orang shaleh hukumnya tidak apa-apa, jika para peziarah (perempuan) tersebut sudah tuaโ€ (Muhammad Amin Ibnu Abidin,ย Raddul Muhtar Alad Durril Mukhtar, juz 3, h. 151).
ย 
Tidak jauh dari kedua ulama mazhab Hanafi di atas, salah satu ulama mazhab Maliki, Syekh Ibnul Haj Al-Maliki menerangkan:ย 
ย 
ุฅู†ู‘ูŽ ุฒููŠูŽุงุฑูŽุฉูŽ ู‚ูุจููˆุฑู ุงู„ุตู‘ูŽุงู„ูุญููŠู†ูŽ ู…ูŽุญู’ุจููˆุจูŽุฉูŒ ู„ูุฃูŽุฌู’ู„ู ุงู„ุชู‘ูŽุจูŽุฑู‘ููƒู ู…ูŽุนูŽ ุงู„ูุงุนู’ุชูุจูŽุงุฑูุŒ ููŽุฅูู†ู‘ูŽ ุจูŽุฑูŽูƒูŽุฉูŽ ุงู„ุตู‘ูŽุงู„ูุญููŠู†ูŽ ุฌูŽุงุฑููŠูŽุฉูŒ ุจูŽุนู’ุฏูŽ ู…ูŽู…ูŽุงุชูู‡ูู…ู’ ูƒูŽู…ูŽุง ูƒูŽุงู†ูŽุชู’ ูููŠ ุญูŽูŠูŽุงุชูู‡ูู…ู’
ย 
โ€œSesungguhnya menziarahi makam orang-orang shaleh dianjurkan, guna memperoleh keberkahan dan pelajaran. Sebab, berkah orang-orang shaleh senantiasa masih mengalir setelah mereka wafat, sebagaimana ketika mereka masih hidupโ€ย  (Ibnul Haj Al-Maliki,ย Al-Madkhal, juz 1, h. 255).
ย 
Syekh Al-Qairuwani juga menuliskan:
ย 
ูˆูŽุชูุคู’ุชูŽู‰ ู‚ูุจููˆู’ุฑู ุงู„ุดู‘ูู‡ูŽุฏูŽุงุกู ุจูุฃูุญูุฏูุŒ ูˆูŽูŠูุณูŽู„ู‘ูŽู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ุŒ ูˆูŽูŠูุคู’ุชูŽู‰ ู‚ูŽุจู’ุฑู ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽุŒ ูˆูŽูŠูุณูŽู„ู‘ูŽู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูุŒ ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุถูŽุฌููŠู’ุนูŽูŠู’ู‡ู
ย 
โ€œDan makam-makam Syuhadaโ€™ perang Uhud dikunjungi, lalu diucapkan salam atas mereka. Dan makam Nabiย shallallahu aโ€™laihi wasallamย dikunjungi, lalu diucapkan salam atasnya, dan kedua sahabat yang menyertainyaโ€ (Abu Zaid Al-Qairuwani,ย an-Nawadir wa Azziyadat, juz 1, h. 656).
ย 
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ulama berbeda pendapat tentang hukum berziarah ke makam para wali, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Ulama mazhab Syafiโ€™i dan mazhab Hanbali menghukuminya sunnah, sedangkan ulama mazhab Hanafi dan Maliki menghukuminya mubah. Artinya, para ulama tersebut sepakat akan kebolehan ziarah wali, baik dengan status sunnah ataupun mubah. Adapun pengkhusus kata โ€œperempuanโ€ dalam redaksi teks-teks di atas mengandung makna bahwa perempuan saja disunnahkan atau dibolehkan menziarahi makam wali, apalagi laki-laki.ย 
ย 
Semoga tulisan ini mampu memberikan pencerahan, baik bagi umat Islam yang meyakini kebolehan ziarah wali, maupun bagi yang tidak meyakininya. Bagi mereka yang melakukan ziarah wali, semoga tulisan ini semakin memantapkan hatinya akan disyariatkannya amaliah tersebut. Sedangkan bagi yang tidak melakukannya, semoga dengan membaca karya ini mereka bisa berlapang dada atas apa yang menjadi tradisi saudaranya.ย Wallahu Aโ€™lam.
ย 
ย 
Ustadz Husnul Haq, Pengasuh Pesantren Mahasiswa Mambaโ€™ul Maโ€™arif Tulungagung, dan Dosen IAIN Tulungagung.
ย