Syariah

Bukan Mendiskriminasi, Begini Sikap Islam Terhadap Penderita HIV/AIDS

Sen, 29 Agustus 2022 | 21:30 WIB

Bukan Mendiskriminasi, Begini Sikap Islam Terhadap Penderita HIV/AIDS

Sikap Islam terhadap penderita HIV.

Penderita Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) kerapkali mendapat citra negatif sebab selalu dihubungkan dengan perilaku asusila. Sehingga, sikap demikian membuat pengidap penyakit mematikan yang seharusnya mendapat dukungan moril dan materil ini semakin terpuruk.
 

Perlakuan demikian juga bisa timbul dari orang-orang yang terlalu khawatir tertular karena terlalu melebih-lebihkan. Biasanya sikap ini muncul akibat kurangnya wawasan tentang penyakit HIV/ AIDS. Lalu, bagaimana sikap yang sebenarnya terhadap penderita penyakit ini menurut Islam?
 

Pada dasarnya, orang yang terkena HIV/ AIDS merupakan orang yang sakit sebagaimana umumnya. Artinya, ia tetap mendapat perlakuan manusiawi seperti mendapat pelayanan medis yang layak dan support dari orang-orang dekat agar tetap tabah menjalani ujian. Dalam sebuah hadits qudsi, Rasulullah saw pernah menyampaikan, 
 

إنَّ اللَّهَ عزَّ وجلَّ يقولُ يَومَ القِيامَةِ: يا ابْنَ آدَمَ، مَرِضْتُ فَلَمْ تَعُدْنِي، قالَ: يا رَبِّ، كيفَ أعُودُكَ وأَنْتَ رَبُّ العالَمِينَ؟! قالَ: أَمَا عَلِمْتَ أنَّ عَبْدِي فُلانًا مَرِضَ فَلَمْ تَعُدْهُ؟ أمَا عَلِمْتَ أنَّكَ لو عُدْتَهُ لَوَجَدْتَنِي عِنْدَهُ؟ 


Artinya, “Sesungguhnya Allah swt berfirman pada hari kiamat, 'Hai anak Adam, Aku sakit, tetapi kamu tidak menjenguk-Ku.’ Dia berkata, 'Wahai Rabbku, bagaimana aku menjenguk-Mu, padahal Engkau adalah Rabb semesta alam?’ Dia berfirman, 'Tahukah kamu bahwa hamba-Ku si fulan, sakit, tapi kamu tidak mau menjenguknya. Tahukah kamu, jika kamu menjenguknya, kamu akan mendapati Aku berada di sisinya.'" (HR Muslim).


Hadits ini menunjukkan perhatian Islam terhadap sesama manusia yang sedang diberi ujian berupa sakit, termasuk orang yang positif HIV/ AIDS.

Mengomentari hadits di atas, Imam an-Nawawi menyampaikan, maksud ‘kamu akan mendapati Aku berada di sisinya’ adalah ada pahala dan kemuliaan bagi orang yang mau menjenguk orang yang sakit. 


Kemudian, penyandaran dhamir mutakallim pada kata ‘abdun menunjukkan bahwa orang yang sedang sakit sebenarnya sedang mendapat kemuliaan dari Allah dan dekat dengan-Nya. Dengan kata lain, hadits ini mendorong kita untuk memperhatikan dan memberi support kepada sesama manusia yang sedang sakit. (An-Nawawi, Syarah Muslim, [2017], juz VIII, halaman 103). 


Dalam beberapa kesempatan, Nabi saw juga mengapresiasi kepada orang yang mau menjenguk saudaranya yang sakit, bahkan beberapa kitab hadits menjadikan keutamaan menjenguk orang sakit sebagai bab tersendiri. Sekadar menyebutkan, salah satunya adalah sabda Rasul berikut, 
 

أَمَرَنَا رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ بسَبْعٍ، وَنَهَانَا عن سَبْعٍ: أَمَرَنَا بعِيَادَةِ المَرِيضِ، وَاتِّبَاعِ الجَنَازَةِ، وَتَشْمِيتِ العَاطِسِ، وإبْرَارِ القَسَمِ، أَوِ المُقْسِمِ، وَنَصْرِ المَظْلُومِ، وإجَابَةِ الدَّاعِي، وإفْشَاءِ السَّلَامِ، وَنَهَانَا عن خَوَاتِيمَ، أَوْ عن تَخَتُّمٍ، بالذَّهَبِ، وَعَنْ شُرْبٍ بالفِضَّةِ، وَعَنِ المَيَاثِرِ، وَعَنِ القَسِّيِّ، وَعَنْ لُبْسِ الحَرِيرِ وَالإِسْتَبْرَقِ وَالدِّيبَاجِ 


Artinya, “Rasulullah saw memerintahkan kami tujuh hal dan melarang kami dari tujuh hal. Beliau memerintahkan kami untuk (1) menjenguk orang yang sakit, (2) mengiringi jenazah, (3) mendoakan orang bersin, (4) memenuhi janji, (5) menolong orang yang didzalimi, (6) memenuhi undangan, dan (7) menebar salam. 


Kemudian, beliau melarang kami (1) memakai cincin berbahan emas, (2) minum dengan wadah berbahan perak, (3) memakai alas yang terbuat dari sutera, (4) mengenakan pakaian bebordir sutera tebal, (5) sutera kasar, (6) sutera tebal, atau (7) sutera halus.” (HR Muslim) 


Dari hadits ini, Imam an-Nawawi menyampaikan, menjenguk orang sakit hukumnya sunnah. Hal ini berlaku kepada siapa saja, entah kepada orang yang kita kenal atau tidak, kepada kerabat atau bukan. (Imam An-Nawawi, Syarah Muslim, juz XIV, halaman 13).


Sikap khawatir terlalu berlebihan sehingga takut tertular HIV/ AIDS ketika menjenguk atau membersamai pengidap penyakit ini sebenarnya berangkat dari minimnya wawasan.

Melansir laman alodokter, HIV/ AIDS bisa menular melalui tiga hal, yaitu; hubungan seks, penggunaan jarum suntik secara bergantian dari penderita, dan kehamilan; persalinan; atau menyusui. 


Setelah mengetahui penyebab penularannya, maka melakukan interaksi sosial dengan pengidap HIV/ AIDS seperti menjenguknya, aktivitas di sekolah atau kampus, nongkrong bareng, dan sejumlah kegiatan lainnya, tidak berbahaya. 


Memberi Support Penderita HIV/ AIDS

Kepada saudara yang sedang sakit, termasuk penderita HIV/ AIDS, kita juga diperintahkan untuk selalu memberi support agar penderita tidak terpuruk dan mempercepat proses penyembuhan. Islam sendiri mengajarkan agar jika seorang Muslim sedang ditimpa musibah, maka sikap terbaik adalah bersabar menjalaninya sembari terus berusaha untuk kesembuhan. Nabi saw pernah bersabda, 
 

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ  إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ 


Artinya: “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Sungguh semua urusannya adalah baik, dan yang demikian itu tidak dimiliki oleh siapa pun kecuali oleh orang mukmin, yaitu jika ia mendapatkan kegembiraan ia bersyukur dan itu suatu kebaikan baginya. Dan jika ia mendapat kesusahan, ia bersabar dan itu pun suatu kebaikan baginya.” (HR Muslim). 


Selain itu, untuk membuat penderita HIV/ AIDS lebih tabah menghadapi cobaan, sebagaimana banyak disinggung dalam hadits Nabi, kita juga bisa menyampaikan kepadanya tentang pahala dan keutamaan orang yang sedang diuji penyakit, selain juga terus berusaha meyakinkan bahwa semua penyakit pasti ada obatnya dan bisa disembuhkan. Wallahu a’lam


Ustadz Muhamad Abror, penulis keislaman NU Online, alumnus Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon dan Ma'had Aly Saidusshiddiqiyah Jakarta