Syariah

Hukum Membaca Yasin pada Malam Rebo Wekasan

Rab, 13 September 2023 | 14:00 WIB

Hukum Membaca Yasin pada Malam Rebo Wekasan

Hukum Membaca Yasin pada Malam Rebo Wekasan. (Foto: NU Online)

Rebo Wekasan merupakan salah satu tradisi yang masih dilestarikan oleh masyarakat Nusantara, terutama masyarakat Jawa. Tradisi ini dilakukan pada malam Rabu terakhir di bulan Safar. Salah satu ritual yang dilakukan dalam Rebo Wekasan adalah membaca Surat Yasin.


Menurut kepercayaan di sebagian masyarakat, pada malam Rebo Wekasan, Allah Swt akan menurunkan 40.000 bala atau musibah. Untuk menghindari bala tersebut, masyarakat berinisiatif untuk membaca Surat Yasin sebagai upaya untuk memohon perlindungan kepada Allah.


Lantas bagaimana hukum membaca Yasin di malam Rebo Wekasan? Apakah hal tersebut terlarang dan masuk dalam kategori bid’ah?


Untuk menjawab persoalan tersebut, yang harus diketahui terlebih dahulu adalah bahwa dalam Islam, tidak ada bulan atau waktu yang membawa kesialan atau keberuntungan. Semua keberuntungan dan kesialan bergantung pada kehendak Allah SWT, bukan pada bulan atau tanggal tertentu, termasuk dalam bulan Safar [tepatnya malam Rebo Wekasan]. 


Allah SWT berfirman dalam Q.S al-A’raf [7] ayat 131;


فَاِذَا جَاۤءَتْهُمُ الْحَسَنَةُ قَالُوْا لَنَا هٰذِهٖ ۚوَاِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَّطَّيَّرُوْا بِمُوْسٰى وَمَنْ مَّعَهٗۗ اَلَآ اِنَّمَا طٰۤىِٕرُهُمْ عِنْدَ اللّٰهِ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ


Artinya: "Maka, apabila kebaikan (kemakmuran) datang kepada mereka, mereka berkata, “Kami pantas mendapatkan ini (karena usaha kami).” Jika ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang bersamanya. Ketahuilah, sesungguhnya ketentuan tentang nasib mereka (baik dan buruk) di sisi Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui."


Pada sisi lain, dijelaskan bahwa tidak ada hubungan antara kesialan dengan peristiwa buruk yang terjadi. Hal ini bertentangan dengan kepercayaan sebagian orang pada masa itu, yang percaya bahwa kesialan dapat menyebabkan peristiwa buruk terjadi. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari Rasulullah bersabda:


لا عَدْوَى ولا طِيَرَةَ ولا هَامةَ ولا صَفَرَ وفِرَّ من المَجْذُومِ كما تَفِرُّ من الأَسَد


Artinya: “Tidak ada penyakit menular, tidak ada ramalan buruk, tidak ada kesialan karena burung hammah, tidak ada sial bulan Safar, dan larilah kamu dari penyakit kusta seperti kamu lari dari singa” (HR. Bukhari). 


Sejatinya, hadits ini menjelaskan bahwa tidak ada bulan atau waktu tertentu yang membawa kesialan. Segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah SWT. Oleh karena itu, umat Islam tidak boleh percaya pada mitos atau kepercayaan yang mengatakan bahwa ada bulan atau waktu tertentu yang membawa kesialan. 


Hal ini dapat menyebabkan seseorang menjadi malas atau putus asa dalam menjalani kehidupan. Sebagai gantinya, umat Islam dianjurkan untuk senantiasa beriman kepada Allah SWT dan berusaha untuk mendapatkan nasib yang baik. 


Selanjutnya, terkait persoalan hukum membaca yasin di Malam Rebo Wekasan, mengutip pendapat, pada dasarnya diperbolehkan, asalkan niatnya benar. Amalan-amalan yang dilakukan pada hari tersebut bukan karena menganggap hari Rabu atau bulan Safar sebagai hari sial, tetapi karena ingin mendekatkan diri pada Allah dan memohon perlindungan dari-Nya.


Imam Abdurrauf al-Munawiy dalam kitab Faidh al-Qadir, jilid I, halaman 62, telah menjelaskan bahwa amalan-amalan yang dilakukan pada hari Rebo Wekasan tidak bertentangan dengan syariat Islam, asalkan niatnya baik. Amalan-amalan tersebut bertujuan untuk memohon perlindungan dari Allah SWT dari segala macam musibah dan cobaan.


Pada dasarnya, semua amalan yang dilakukan pada hari Rebo Wekasan bertujuan untuk mendekatkan diri pada Allah SWT dan memohon perlindungan dari-Nya. Untuk itu, amalan-amalan yang dilakukan dalam Rebo Wekasan tidak boleh dimaknai sebagai bentuk kepercayaan terhadap kesialan hari Rabu atau bulan Safar. Hal ini karena Islam mengajarkan bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini adalah atas kehendak Allah. 


وأما الطيرة فيكرهها وليست من الدين بل من فعل الجاهلية وقول الكهان والمنجمين فإنهم يقولون يوم الأربعاء يوم عطارد وعطارد نحس مع النحوس سعد مع السعود وقولهم خارج عن الدين ويجوز كون ذكر الأربعاء نحس على طريق التخويف والتحذير أي احذروا ذلك اليوم لما نزل فيه من العذاب وكان فيه من الهلاك وجددوا لله توبة خوفا أن يلحقكم فيه بؤس كما وقع لمن قبلكم وكان صلى الله عليه وسلم إذا رأى مخيلة فزع إلى الصلاة حتى إذا نزل المطر سري عنه ويقول ما يؤمنني أن يكون فيها عذاب كما وقع لبعض الأمم السابقة فكان يحذر أمته من مثل ما قال أولئك


Artinya: "Adapun ramalan buruk adalah sesuatu yang dibenci dalam agama, bukan bagian dari agama, tetapi berasal dari praktik kejahilan dan ucapan ahli ramal dan ahli astrologi. Mereka mengatakan bahwa hari Rabu adalah hari Merkurius, dan Merkurius dianggap sebagai sumber malapetaka, begitu juga dengan bintang-bintang yang lainnya. Ucapan mereka ini keluar dari ajaran agama, dan boleh menyebut Rabu sebagai ‘sial’ dengan cara untuk memberi peringatan. Yaitu hindari hari tersebut karena pernah turun adzab yang menyebabkan kebinasaan. Perbaharuilah taubat kepada Allah, agar tidak mengalami petaka seperti yang dialami kaum terdahulu."


Dan Nabi Muhammad saw. jika melihat awan mendung, maka beliau segera pergi shalat hingga turun hujan, dan beliau berkata: “Tidak ada yang menjaminku bahwa di dalamnya tidak terdapat azab seperti yang menimpa sebagian umat terdahulu.” Maka beliau memperingatkan umatnya dari perkataan orang-orang tersebut.


Dengan demikian, hukum membaca Yasin pada malam Rebo Wekasan adalah mubah, yaitu boleh dilakukan tetapi tidak ada kewajiban untuk melakukannya. Ini sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memohon ampunan dari-Nya. Selain itu, membaca Yasin juga dapat menambah pengetahuan tentang Al-Qur'an.


Zainuddin Lubis, pegiat kajian tafsir, tinggal di Ciputat