Syariah

Iman terhadap Kitab-kitab Allah

Jum, 31 Maret 2017 | 14:06 WIB

Dalam aspek akidah atau tauhid, mengimani dan mempercayai kitab-kitab suci yang pernah diturunkan Allah SWT kepada para nabi-Nya merupakan salah satu dari rukun iman, yaitu rukun iman ketiga. Pengejawantahan rukun iman ketiga ini pada dasarnya adalah meyakini bahwa Allah SWT memiliki kitab-kitab yang diturunkan sebagai wahyu kepada nabi-nabi-Nya.

Kitab-kitab tersebut menjelaskan perintah-perintah, larangan-larangan, janji-janji, dan ancaman-Nya. Di antara kitab-kitab yang dimaksud adalah Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Qur'an. Seperti apa pemahaman meyakini keempat kitab ini dalam konteks akidah?

Berikut keterangan yang kami sarikan dari kitab Al-Jawahirul Kalamiyah karya Syekh Thahir bin Shaleh Al-Jazairi, sebuah kitab tauhid dasar dengan gaya penyajian tanya-jawab, yang biasa dikaji di pesantren.

Pertama, mengimani kitab Taurat artinya membenarkan bahwa Taurat merupakan salah satu dari kitab-kitab Allah, diturunkan kepada Nabi Musa AS. Kitab ini diturunkan untuk menjelaskan hukum-hukum syariah, akidah shahih yang diridhai, dan memberi kabar gembira tentang akan datangnya seorang nabi dari keturunan Nabi Ismail AS.

Kedua mengimani kitab Zabur artinya meyakini bahwa Zabur merupakan salah satu di antara kitab-kitab-Nya, diturunkan kepada Nabi Daud AS. Kitab ini memuat kalimat-kalimat doa, dzikir, nasihat, dan hikmah. Hanya saja isi kitab Zabur ini di dalamnya tidak terdapat hukum-hukum syariat, karena Nabi Daud AS diperintahkan mengikuti syariat Nabi Musa AS.

Ketiga, mengimani kitab Injil artinya meyakini bahwa Injil juga merupakan salah satu dari kitab-kitab Allah SWT, diturunkan kepada Nabi Isa AS. Kitab ini untuk menjelaskan kenyataan-kenyataan (kebenaran), mengajak orang-orang mengesakan Sang Pencipta, mengganti sebagian hukum-hukum cabangan dari Kitab Taurat untuk menyesuaikan tuntutan keadaan, dan memberi kabar gembira akan lahirnya Nabi Penutup.

Keempat mengimani kitab Al-Qur'an, yaitu meyakini bahwa Al-Qur'an adalah kitab Allah yang paling mulia. Allah menurunkan Kitab Al-Qur'an ini kepada nabi termulia di antara nabi-nabi lainnya, Nabi Muhammad SAW. Inilah kitab ilahiyah yang terakhir diturunkan. Ia memansukh (menghapus) semua kitab-kitab sebelumnya. Hukum yang terkandung di dalamnya abadi sampai hari Kiamat serta tidak mungkin mengalami perubahan. Al-Qur'an ini menjadi tanda terbesar kenabian Muhammad SAW karena merupakan mukjizat yang paling agung.

Tentang keberadaan Kitab Taurat pada masa sekarang Syehk Thahir bin Shaleh Al-Jazairi menyatakan sebagai berikut.

اعتقادالعلماء الاعلام في حق اتوراة الموجودة الان قد لحقهاالتحريف وممايدل على ذلك انه ليس فيها ذكرالجنة والنار وحال البعث والحشر والجزاء مع ان ذلك اهم ما يذكر في الكتب الالهية

Artinya, “Keyakinan para ulama terkemuka bahwa kitab Taurat yang ada sekarang ini sudah ditemukan perubahan (tidak orisinal sebagaimana yang dulu Allah turunkan). Di antara indikasi yang menunjukkan hal itu adalah di dalam Taurat sekarang tidak disebutkan lagi pembahasan tentang surga, neraka, hari kebangkitan, saat dikumpulkannya semua manusia, dan tentang pembalasan. Padahal soal-soal tersebut merupakan hal-hal terpenting yang termaktub dalam kitab-kitab ilahiah.” (M Haromain)