Syariah

Keutamaan Membaca Shalawat Setelah Azan

Sel, 19 September 2023 | 07:00 WIB

Keutamaan Membaca Shalawat Setelah Azan

Keutamaan Membaca Shalawat Setelah Azan. (Foto ilustrasi: NU Online/Freepik)

Memasuki bulan kelahiran Nabi Muhammad Saw, sebagai umat Islam tentu kita menyambutnya dengan penuh suka cita. Umat Islam di berbagai belahan dunia memiliki tradisi dan budayanya masing-masing dalam memperingati maulid Nabi. Pembacaan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw bisa dipastikan menjadi rangkaian yang ada dalam peringatan maulid Nabi.


Berkaitan dengan membaca shalawat kepada Nabi Muhammad , ada satu waktu kita dianjurkan untuk mengirimkan shalawat kepada beliau. Waktu tersebut di antaranya adalah selepas azan. Ketika muazin mengumandangkan azan, para pendengar disunahkan untuk membalas ucapan muazin. Adapun selepas azan, baik muazin dan orang yang mendengar azan, disunahkan untuk membaca doa dan bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Ibn Syuhbah dalam Bidayah al-Muhtaj, (Arab Saudi: Dar al-Minhaj, cet. pertama, 2011, jilid I, h. 219):


(و) يستحب (لكل) من المؤذن والسامع (أن يصلي على النبي صلى الله عليه وسلم بعد فراغه)


Artinya: "Disunahkan bagi setiap muazin dan orang yang mendengarkan azan untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam selepas azan dikumandangkan.”


Biasanya, kita membaca doa selepas azan dengan lafaz:
 

اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلَاةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْتَهُ اِنَّكَ لاَ تُخْلِفُ اْلمِيْعَاد


Artinya: “Ya Allah, Tuhan pemilik panggilan yang sempurna dan pemilik salat yang didirikan. Berilah Nabi Muhammad wasilah dan keutamaan, serta kemuliaan dan derajat yang tinggi, angkatlah ia ke tempat yang terpuji sebagaimana yang Engkau telah janjikan.”


Doa ini merupakan doa yang ma’tsur atau bersumber dari hadits Nabi, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam Shahih-nya:


مَن قالَ حِينَ يَسْمَعُ النِّدَاءَ: اللَّهُمَّ رَبَّ هذِه الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ، والصَّلَاةِ القَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الوَسِيلَةَ والفَضِيلَةَ، وابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الذي وعَدْتَهُ، حَلَّتْ له شَفَاعَتي يَومَ القِيَامَةِ


Artinya: "Siapa pun yang ketika mendengar azan ia membaca doa, “Ya Allah Pemilik seruan yang sempurna dan sholat yang ditegakkan, anugerahkanlah kepada Nabi Muhammad kedudukan wasilah dan keutamaan, bangkitkanlah beliau dalam kedudukan terpuji sebagaimana yang telah Engkau janjikan.” Maka, ia berhak mendapatkan syafaatku pada hari kiamat.” (HR. Al-Bukhari).


Dalam hadits serupa yang diriwayatkan Imam Muslim, terdapat penjelasan spesifik mengenai wasilah dalam hadits tersebut, yaitu suatu kedudukan yang tinggi di surga, di mana tidak seorang pun mendapatinya kecuali hanya satu orang hamba Allah saja, yaitu Nabi. Kendati demikian, Nabi pun masih menunjukkan sifat rendah hatinya, beliau berkata, “Semoga saja yang mendapatkan kedudukan itu adalah aku”.


عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ : إِذَا سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا عَلَىَّ فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَىَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا ثُمَّ سَلُوا اللَّهَ لِىَ الْوَسِيلَة فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِى الْجَنَّةِ لاَ تَنْبَغِى إِلاَّ لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ فَمَنْ سَأَلَ لِىَ الْوَسِيلَة حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ 


Artinya: "Dari ‘Abdullah ibn ‘Amr ibn al-‘Ash radhiyallahu’anhuma, beliau pernah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Jika kalian mendengar azan, maka ucapkanlah seperti yang diucapkan muazin, kemudian bershalawatlah untukku, karena sesungguhnya siapa pun yang bershalawat atasku satu kali maka Allah akan bershalawat padanya sepuluh kali. Kemudian mintalah wasilah untukku kepada Allah, karena sesungguhnya wasilah itu adalah satu kedudukan di surga, yang tidak patut diberikan kecuali kepada seorang hamba Allah, dan aku berharap akulah hamba tersebut. Siapa pun yang memohon wasilah untukku maka ia berhak mendapatkan syafa’atku.” (HR. Muslim).


Terkait dengan hadits riwayat Imam Muslim ini, al-Wallawi dalam Dzahirah al-‘Uqba jilid VIII hal. 321 menjelaskan bahwa hadits ini mengandung perintah untuk bershalawat kepada Nabi, perintah untuk memohon wasilah untuk Nabi. Wasilah dalam hadits tersebut maksudnya adalah suatu kedudukan yang tinggi yang hanya diberikan pada satu orang hamba Allah saja. 


Dalam riwayat Imam Muslim ini, juga disebutkan apabila kita bershalawat kepada Nabi sekali, maka Allah akan bershalawat kepada kita 10 kali, maksudnya adalah Allah menyanjung orang yang bershalawat di tengah-tengah para malaikat, atau Allah memberikan rahmat-Nya kepada orang yang bershalawat. Penjelasan ini sebagaimana disebut al-Wallawi:


وصلاة الله تعالى معناه ثناؤه على العبد عند الملائكة


Artinya: "Shalawat Allah ta’ala artinya adalah pujiannya terhadap seorang hamba di sisi para malaikat.”


Dengan penjelasan ini, semoga kita dapat memperbanyak shalawat kepada Nabi Muhammad Saw, khususnya di setiap selepas azan dan umumnya kita perbanyak shalawat di setiap waktu kita. Kiranya dengan shalawat yang kita baca, Nabi memberikan syafaatnya di akhirat kelak. Wallahu a’lam bishhawab


Amien Nurhakim, Musyrif Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences