Tafsir

5 Ayat yang Menjelaskan Nuzulul Qur’an dan Tafsirnya

Sab, 30 Maret 2024 | 18:45 WIB

5 Ayat yang Menjelaskan Nuzulul Qur’an dan Tafsirnya

Ilustrasi Al-Quran. (Foto: NU Online/Suwitno)

Al-Qur’an merupakan kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai petunjuk bagi umat manusia sekaligus memiliki banyak keistimewaan di dalamnya. Selain sebagai kitab samawi yang terakhir turun, keistimewaan lainnya ialah Al-Qur’an merupakan satu-satunya kitab yang turun dengan dua fase.

 

Dalam sejarahnya, sebagaimana yang dituturkan oleh Ibnu Abbas dan disepakati mayoritas ulama, Al-Qur’an turun melalui dua fase. Pertama, disebut fase “inzali” yaitu turunnya Al-Qur’an secara global dari Lauhul Mahfudz menuju Baitul Izzah di langit dunia sebagai bentuk pengagungan terhadap Al-Qur’an. 

 

Fase kedua disebut “tanzili” yaitu turunnya Al-Qur’an secara bertahap kepada Nabi Muhammad saw selama 23 tahun sesuai dengan peristiwa yang terjadi (mempertimbangkan sebab turunnya). (Manna Al-Qathan, Mabahits fi ulumil Qur’an [Kairo, Maktabah Wahbah: tt], halaman 96).

 

Ayat Al-Qur’an Fase Inzali

Terkait fase turun Al-Qur’an secara inzali dalam Al-Qur’an disebutkan di antaranya:

 

1. Surat Al-Baqarah ayat 185

Pada Surat Al-Baqarah ayat 185 disebutkan bahwa Al-Qur’an turun pada bulan suci Ramadhan sebagai petunjuk bagi umat manusia.

 

شَهۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِيٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدٗى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٖ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِۚ 

 

Artinya: “Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan batil)." 

 

Syekh Nawawi al-Bantani dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ayat tersebut merupakan ayat Al-Qur’an yang menjelaskan fase pertama dalam turunnya Al-Qur’an. Pada saat itu Jibril turun membawa Al-Qur’an secara keseluruhan (global) pada malam lailatul qadar, pada tanggal dua puluh empat Ramadhan dari Lauhul Mahfudz ke langit dunia.

 

Jibril menyerahkannya pada malaikat safarah (pencatat), kemudian ia menuliskannya pada lembaran-lembaran dan lembaran-lembaran tersebut diletakkan pada suatu tempat di langit itu yang dinamakan dengan Baitul Izzah. Selanjutnya, Jibril membawa al-Qur’an turun kepada Rasulullah Saw secara berangsur-angsur selama dua puluh tiga tahun, selama masa kenabian sesuai dengan kebutuhan (sebab turun) per hari, satu ayat, dua ayat, tiga ayat atau satu surat utuh”. (Syekh Nawawi Al-Bantani, Marah Labid, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah: 1417 H], juz I, cet 1, halaman 61).

 

2. Surat Ad-Dukhan ayat 2-3

 

وَٱلۡكِتَٰبِ ٱلۡمُبِينِ ٢ إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ فِي لَيۡلَةٖ مُّبَٰرَكَةٍۚ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ ٣

 

Artinya: “Demi Kitab (Al-Qur’an) yang jelas (2) Sesungguhnya Kami (mulai) menurunkannya pada malam yang diberkahi. Sesungguhnya Kamilah pemberi peringatan (3).” 

 

Pada ayat di atas dijelaskan bahwa Al-Qur’an turun pada malam yang diberkahi. Ulama berbeda pendapat terkait makna malam yang diberkahi pada ayat di atas. Namun, mayoritas ulama mengatakan maksudnya ialah malam lailatul qadar. Pada malam tersebut, selain merupakan malam diturunkannya Al-Qur’an juga merupakan malam diputuskan segala takdir umat manusia untuk setahun kedepan. (Imam Fakhruddin Ar-Razi, Mafatihul Ghaib, [Beirut, Dar Ihya Turats Al-Arabi: 1420 H], juz XXVII, cet 3, halaman 652)

 

3. Surat Al-Qadr ayat 1

 

إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ فِي لَيۡلَةِ ٱلۡقَدۡرِ 

 

Artinya: “Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada Lailatulqadar.”

 

Ayat 1 surat Al-Qadr ini memperjelas dari dua ayat sebelumnya, bahwa Al-Qur’an turun secara global pada malam Lailatulqadar, malam yang diberkahi dari Lauhulmahfudz menuju Baitul Izzah di langit dunia. Sebelum kemudian diturunkan secara berangsur-angsur selama 23 tahun kepada Nabi Muhammad saw mempertimbangkan asbabun nuzulnya, sebagaimana pendapat Ibnu Abbas dan mayoritas ulama. (Imam Ibnu Katsir, Tafsirul Qur’anil Adzim, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah: 1419 H], juz VIII, cet 1, halaman 425).

 

Ayat Al-Qur’an Fase Tanzili 

Adapun ayat-ayat Al-Qur’an yang menerangkan fase tanzili (bertahap) dalam di antaranya ialah:

 

1. Surat Al-Syuara ayat 192-195

 

وَإِنَّهُۥ لَتَنزِيلُ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ١٩٢ نَزَلَ بِهِ ٱلرُّوحُ ٱلۡأَمِينُ ١٩٣ عَلَىٰ قَلۡبِكَ لِتَكُونَ مِنَ ٱلۡمُنذِرِينَ ١٩٤ بِلِسَانٍ عَرَبِيّٖ مُّبِينٖ ١٩٥

 

Artinya: “Sesungguhnya ia (Al-Qur’an) benar-benar diturunkan Tuhan semesta alam (192) Ia (Al-Qur’an) dibawa turun oleh Ruhulamin (Jibril). (193) (Diturunkan) ke dalam hatimu (Nabi Muhammad) agar engkau menjadi salah seorang pemberi peringatan. (194) (Diturunkan) dengan bahasa Arab yang jelas.(195)

 

Pada ayat di atas dijelaskan bahwa Al-Qur’an diturunkan oleh Allah, Tuhan semesta alam kepada Nabi Muhammad saw melalui malaikat Jibril. Ruhulamin sebagaimana dimaksud pada ayat di atas ialah malaikat Jibril. Disebut Ruh, sebab dengannya kehidupan agama dapat berlangsung sedangkan al-amin karena ia dipercaya untuk menyampaikannya kepada para Nabi sebagai pembawa wahyu.

 

Ini menunjukkan bahwa ayat ini menerangkan fase turun Al-Qur’an secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad saw melalui malaikat Jibril selama 23 tahun.

 

Pada ayat di atas pula dijelaskan bahwa Al-Qur’an diturunkan dan ditetapkan di dalam hati Nabi Muhammad saw, dengan menggunakan bahasa Arab yang jelas untuk memberi peringatan kepada umat manusia.” (Al-Bantani, juz II, hal 159).

 

2. Surat An-Nahl ayat 102

 

قُلۡ نَزَّلَهُۥ رُوحُ ٱلۡقُدُسِ مِن رَّبِّكَ بِٱلۡحَقِّ لِيُثَبِّتَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَهُدٗى وَبُشۡرَىٰ لِلۡمُسۡلِمِينَ 

 

Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Ruhulkudus (Jibril) menurunkannya (Al-Qur’an) dari Tuhanmu dengan hak untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang muslim (yang berserah diri kepada Allah)”.

 

Ayat 102 surat An-Nahl ini senada dengan ayat sebelumnya, bahwa Allah menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad saw melalui malaikat Jibril untuk meneguhkan hati orang-orang beriman dan sebagai petunjuk serta kabar gembira bagi umat Islam. Akan tetapi, pada ayat ini malaikat Jibril disebut Ruhulkudus (ruh yang suci) yang memiliki arti ruh yang disucikan dari kotoran-kotoran manusia. (Al-Bantani, juz I, hal 607).

 

Kesimpulannya, Al-Qur’an memiliki dua fase turun yaitu secara global dari Lauhul Mahfudz menuju Baitul Izzah di langit dunia. Proses tersebut disebut dengan fase Inzali. Sebelum kemudian Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad saw melalui malaikat Jibril selama 23 tahun sesuai sebab turunnya. Wallahu a’lam

 

Alwi Jamalulel Ubab, Alumni Khas Kempek, Mahasantri Mahad Aly Saiidussiddiqiyah Jakarta.