Tafsir

Refleksi Surat Al-Hasyr Ayat 18: Muhasabah, Titik Balik Perbaikan Diri

Jumat, 27 Desember 2024 | 19:30 WIB

Refleksi Surat Al-Hasyr Ayat 18: Muhasabah, Titik Balik Perbaikan Diri

Ilustrasi pantulan air. Sumber: Canva/NU Online

Menyambut tahun baru, generasi Milenial dan Gen-Z di sosial media bersaing menampilkan vision board untuk tahun 2025 nanti. Vision board adalah representasi visual dari tujuan hidup yang ingin dicapai. Biasanya, mereka memvisualisasikannya melalui papan atau media digital yang memuat gambar, kata-kata, atau simbol yang merepresentasikan dan memanifestasikan harapan.

 

Sebagian besar fokus pada tujuan material, karier, pencapaian, hingga kebahagiaan. Hal ini tentu menarik dan dapat menjadi solusi untuk meningkatkan produktivitas hidup anak muda.


Ada sebuah penelitian oleh Luxas J. Dison dalam The Psychology of Belief in Manifestation (Sage Journals: Personality and Social Psychology Bulletin, Volume 51, Issue 1, Januari 2025) yang menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki keyakinan terhadap manifestasi tidak hanya mengalami respons otak yang positif pada level imajinasi, tetapi juga mendorong implementasinya ke dalam dunia nyata.


Dalam Islam, konsep ini memiliki keterkaitan erat dengan muhasabah (introspeksi), yaitu praktik mengkaji diri untuk menilai sejauh mana seseorang menjalankan amanah hidup sesuai tuntunan Allah SWT. Najib Khalid Amir dalam kitabnya Rihlatu Ma’a Ahibbai Asyabab Jilid II (Dammam, Saudi Arabia: Dar Al-Ishlah, 1992:23), menjelaskan bahwa salah satu manfaat bermuhasabah adalah menjaga eksistensi kesalehan dalam diri setiap individu Muslim. Hal ini dilakukan dengan terus bersyukur dan memuji Allah secara konsisten, hingga kebiasaan tersebut berlanjut ke hari berikutnya. Ia menjelaskan:


‎والمحاسبة كذلك تكشف للمسلم حصَّته من الطاعة التي قام بها، فيشكر الله ويحمده بأن وفَّقه إليها، فيعاودها ثانية وثالثة ورابعة


Artinya, "Muhasabah juga mengungkapkan kepada seorang Muslim seberapa besar bagian ketaatan yang telah ia lakukan, sehingga ia bersyukur dan memuji Allah yang telah memberinya taufik untuk melakukannya. Dengan demikian, ia akan mengulanginya lagi, untuk kedua, ketiga, dan keempat kalinya."


Agar tekad muhasabah lebih maksimal, kita dapat merencanakannya dengan menggunakan alat seperti vision board. Alat ini membantu dalam memvisualisasikan harapan dan rencana hidup ke depan sebagai bagian dari manifestasi.

 

Muhasabah mengajak kita untuk merenungkan amal perbuatan sebelumnya (refleksi), sementara vision board berperan sebagai alat bantu visualisasi, membantu memastikan, dan menegaskan kembali apa yang kita harapkan (manifestasi).


Surat Al-Hasyr ayat 18 menjadi bukti pentingnya refleksi dan manifestasi dalam kehidupan. Dalam ayat tersebut, Allah berfirman:


‎قال تعالى: ﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ ﴾ [الحشر: 18]


Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”


Dalam Tafsir Al-Wajiz Jilid V (Beirut: Darul Kutub al-Ilmiyah, t.t.: 290), Ibnu Athiyyah Al-Andalusi menjelaskan tafsir kalimat "dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok" sebagai bentuk muhasabah sekaligus manifestasi untuk beranjak pada perbaikan di masa depan. 


Misalnya, jika hari ini kita menyadari bahwa waktu kerja tidak maksimal karena terlalu banyak berselancar di media sosial atau menatap layar berlebihan, maka esok hari kita perlu menguranginya.


Ibnu Athiyyah juga menekankan bahwa setiap kebaikan yang dilakukan harus dilandasi oleh iman, didukung oleh ilmu, dan disertai hati yang ikhlas semata-mata untuk mengharapkan ridha Allah.


Adapun keutamaan Muhasabah menurut pandangan Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya Jilid IV (Beirut, Darul Kutub al-'Ilmiyah, 1419: 437), surat Al-Hasyr 18 ini mengajak pada semua individu agar giat bermuhasabah dan optimis atas amal kebaikan yang telah ditanam agar siap mengharap ridha Allah SWT.


جاء عند ابن كثير قوله: "أي: حاسِبوا أنفسكم قبل أن تحاسَبوا، وانظروا ماذا ادَّخرتم لأنفسكم من الأعمال الصالحة ليوم معادكم وعرضكم على ربكم"


Artinya, Ibnu Katsir berkata: "Hisablah diri kalian sebelum dihisab, dan renungkan amal saleh apa yang telah kalian persiapkan sebagai bekal untuk hari kembali dan saat berjumpa dengan Tuhan kalian."


Kuatkan refleksi, Realisasikan dalam Bentuk Aksi Nyata

Refleksi tanpa tindakan hanyalah wacana, sedangkan tindakan tanpa refleksi berisiko kehilangan arah. Berikut tiga poin penting yang perlu kita perhatikan dan jaga dari keduanya.

 

1) Refleksi dan Manifestasi sebagai Tangga Menuju Amal Saleh

Imam Al-Qurtubi dalam kitabnya At-Tadzkirah bi Ahwalil Mawta wa Umuril Akhirah, Jilid I (Riyadh, Maktabah Darul Minhaj, 1425: 289), mengutip penjelasan Umar bin Khattab RA yang menegaskan pentingnya mengadili diri sendiri sebelum dihisab oleh Allah dan menimbang amal sebelum ditimbang di hari akhir. Umar juga menganjurkan agar setiap individu memperindah diri mereka dengan amal saleh dan ketakwaan sebagai persiapan menghadap Allah.


Prinsip ini selaras dengan konsep refleksi yang tidak hanya berhenti pada perenungan, tetapi harus diwujudkan dalam amal nyata. Hal ini juga dapat dihubungkan dengan visual board—papan yang berisi cita-cita—yang berfungsi sebagai alat untuk memvisualisasikan dan merealisasikan tujuan hidup, sehingga menjadi pendorong bagi seseorang untuk terus memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah melalui amal kebaikan.


2) Muhasabah sebagai Sebuah Pertanggungjawaban di Dunia

Muhasabah selama di dunia akan meringankan hisab di akhirat kelak, karena ketika kita menyadari bahwa perilaku kita menyimpang dari perintah Allah, kita pun sadar dan berupaya memperbaiki diri. Az-Zabidi dalam kitabnya Ittihafus Sadatil Muttaqin bi Syarhi Ihya Ulumiddin Jilid X (Beirut, Darul Kutub al-Ilmiyah, 2005: 111) menyebutkan:


‎(وقال الحسن ) البصري رحمه الله تعالى (المؤمن قوام على نفسه) أي: كثير القيام عليها والمراعاة لها (يحاسبها لله وإنما خف الحساب على قوم حاسبوا أنفسهم في الدنيا وإنما شق الحساب يوم القيامة على قوم أخذوا هذا الأمر من غير محاسبة 


Artinya, Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata: "Seorang mukmin senantiasa bersikap tegas terhadap dirinya sendiri," yakni, selalu banyak memperhatikan dan menjaga dirinya. "Mereka menghisab dirinya demi Allah. Sesungguhnya, hisab (perhitungan) pada hari kiamat menjadi ringan bagi kaum yang telah menghisab dirinya di dunia, dan hisab pada hari kiamat menjadi berat bagi kaum yang menjalani hidup ini tanpa pernah menghisab dirinya."


3) Muhasabah Perlu Diperkuat dengan Visualisasi

Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Abdullah As-Syaukani dalam kitabnya Fathul Qadir Jilid V halaman 471 mengutip Surat Al-Qiyamah ayat 2: "Aku bersumpah demi jiwa yang sangat menyesali (dirinya sendiri)," sebagai penggambaran bahwa manusia sering kali menunda-nunda atau bahkan meninggalkan cita-cita mereka. Akibatnya, banyak potensi yang tidak terealisasi secara optimal selama hidup.


Oleh karena itu, visualisasi menjadi salah satu sarana penting dalam memperkuat muhasabah. Dengan memvisualisasikan harapan dan tujuan secara konkret, seseorang dapat terus mengingat dan menjaga fokus pada cita-cita serta usaha yang ingin dicapai, terutama dalam menghadapi tantangan dan perencanaan di masa mendatang. 


‎ قال الإمام الشوكاني: "قال مجاهد: هي التي تلوم على ما فات، وتندم، فتلوم نفسها على الشر: لِمَ عملته؟ وعلى الخير: لِمَ لَمْ تستكثر منه؟


Imam asy-Syaukani berkata, "Mujahid berkata, 'Dia adalah orang yang menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang telah berlalu dan menyesalinya, lalu dia menyalahkan dirinya sendiri atas keburukannya: "Mengapa kamu melakukannya?"Mengapa kamu tidak memaksimalkannya?".


Dengan refleksi yang mendalam dan visualisasi yang terarah, seseorang dapat memperbaiki diri, meningkatkan amal kebaikan, dan menjalani hidup yang lebih bermakna sesuai tuntunan Allah SWT, sebagaimana dianjurkan dalam Surat Al-Hasyr ayat 18. Refleksi dan aksi nyata harus berjalan seiring agar hidup lebih terarah, baik untuk dunia maupun akhirat. Wallahu a'lam.

 

Rifa Tsamrotus Saadah, Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin STIU Darul Quran Bogor.