Surat An-Nasr: Surat Terakhir yang Turun pada Nabi Muhammad
Kamis, 20 Februari 2025 | 11:00 WIB
Achmad Khoirudin
Kolomnis
Surat An-Nasr merupakan surat ke 110 dalam urutan mushaf Al-Qur’an. Surat ini termasuk surat yang paling pendek, hanya terdiri dari 3 ayat, sehingga mudah dihafalkan dan sering menjadi bacaan andalan dalam shalat.
Menurut kesepakatan ulama surat ini diturunkan di Kota Madinah. Selain itu, surat ini merupakan surat terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhamad SAW.
Surat An-Nasr menceritakan tentang janji Allah SWT atas kemenangan Kota Makkah, pertolongan nabi terhadap orang-orang musyrikin, berkembangnya Agama Islam ke seluruh Jazirah Arab, hilangnya kegelapan syirik dan penyembahan berhala, kabar tentang dekatnya wafatnya nabi, serta perintah untuk bertasbih, memuji, dan beristigfar kepada Allah SWT.
Surat An-Nasr dan Artinya
إِذا جاءَ نَصْرُ اللهِ وَالْفَتْحُ (١) وَرَأَيْتَ النّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللهِ أَفْواجًا (٢) فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاِسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كانَ تَوّابًا (٣)
Artinya, “1) Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, 2) dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah, 3) bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima tobat.”
Imam Ibnu ‘Asyur menjelaskan bahwa Surat An-Nasr dinamakan demikian karena terdapat frasa "nashrullah" di dalamnya. Selain itu, surat ini juga dikenal sebagai Surat At-Taudi’ karena mengisyaratkan perpisahan Nabi Muhammad, yang berarti beliau akan segera berpisah dan kembali ke sisi Allah (Tahrir wat Tanwir, [Tunisia; Darut Tunisia Lin Nasyri, 1984 M], Jilid XXX, hlm. 587).
Korelasi Surat An-Nasr dengan Surat Sebelumnya
Syekh Wahbah Zuhaili menjelaskan bahwa dalam akhir Surat Al-Kafirun, Allah SWT mengungkapkan perbedaan antara Agama Islam yang diserukan Nabi Muhammad SAW dan agama orang kafir, di mana agama mereka akan melemah dan hilang, sedangkan Agama Islam akan menang dan menjadi mayoritas.
Surat ini juga menyebutkan anugerah Allah kepada Nabi Muhammad berupa pertolongan, kemenangan, dan banyaknya manusia yang masuk Islam. Semua ini menjadi isyarat bahwa ajal Nabi telah dekat (Tafsirul Munir, [Damaskus; Darul Fikr, 1991 M], Jilid XXX, hlm. 445).
Keutamaan Surat An-Nasr
Imam Ibnu Katsir menjelaskan hadits dari sahabat Anas bin Malik mengenai keutamaan membaca Surat An-Nasr, yang merupakan seperempat dari Al-Qur'an, yaitu:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ قَالَ لِرَجُلٍ مِنْ أَصْحَابِهِ: هَلْ تَزَوَّجْتَ يَا فُلَانُ قَالَ: لَا وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا عِنْدِي مَا أَتَزَوَّجُ؟ - قَالَ: أَلَيْسَ مَعَكَ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ- قَالَ بَلَى- قَالَ- ثُلُثُ الْقُرْآنِ- قَالَ أَلَيْسَ مَعَكَ إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ؟ - قَالَ بَلَى. قَالَ رُبُعُ الْقُرْآنِ- قَالَ- أَلَيْسَ مَعَكَ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ؟ - قَالَ بَلَى قَالَ- رُبُعُ الْقُرْآنِ- قَالَ- أَلَيْسَ مَعَكَ إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ- قَالَ بَلَى، قَالَ- رُبُعُ الْقُرْآنِ، تَزَوَّجْ تَزَوَّجْ
Artinya: Diriwayatkan dari Sahabat Anas bin Malik, bahwa Rasulullah SAW berkata kepada seorang laki-laki dari sahabatnya: “apakah engkau akan menikah wahai fulan?”, dia menjawab: “tidak, demi Allah wahai Rasulullah saya tidak memiliki apa-apa untuk menikah” Rasulullah berkata: “apakah engkau tidak hafal surat qullhu allahu ahad?” dia menjawab: “iya, hafal” Rasulullah berkata: “surat itu ialah seper-tiganya Al-Qur’an, Rasulullah berkata lagi: “apakah engkau tidak hafal surat idza jaa an-nasyrullahi wal fathi? dia menjawab: “iya, hafal” Rasulullah berkata: “surat itu ialah seper-empatnya Al-Qur’an”, Rasulullah berkata lagi: “apakah engkau tidak hafal surat qul ya ayyuhal kafirun?”, dia menjawab: “iya, hafal” Rasulullah berkata: “surat itu ialah seper-empatnya Al-Qur’an”, Rasulullah berkata lagi: “apakah engkau tidak hafal surat idza zulzilatil ardhu zilzalaha?”, dia menjawab: “iya, hafal” Rasulullah berkata: “surat itu ialah seper-empatnya Al-Qur’an”, maka menikahlah menikahlah!” (Tafsirul Qur’anil ‘Azhim, [Bairut;Darul Kutub Al-Ilmiyah, 1419 M], Jilid VIII, hlm. 440)
Sababun Nuzul Surat An-Nasr
Imam Ibnu Katsir juga memaparkan riwayat tentang sebab Surat An-Nasr diturunkan, yaitu berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Sahabat Ibnu Abbas:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: كَانَ عُمَرُ يُدْخِلُنِي مَعَ أَشْيَاخِ بَدْرٍ، فَكَأَنَّ بَعْضَهُمْ وَجَدَ فِي نَفْسِهِ فَقَالَ: لِمَ يُدْخِلْ هَذَا مَعَنَا وَلَنَا أَبْنَاءٌ مِثْلُهُ؟ فَقَالَ عُمَرُ: إِنَّهُ مِمَّنْ قَدْ عَلِمْتُمْ، فَدَعَاهُمْ ذَاتَ يوم فأدخلني معهم فما رأيت أَنَّهُ دَعَانِي فِيهِمْ يَوْمَئِذٍ إِلَّا لِيُرِيَهُمْ، فَقَالَ: مَا تَقُولُونَ فِي قَوْلِ اللَّهِ: إِذا جاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ؟ فَقَالَ بَعْضُهُمْ: أَمَرَنَا أَنْ نَحْمَدَ اللَّهَ وَنَسْتَغْفِرَهُ إِذَا نَصَرَنَا وَفَتَحَ عَلَيْنَا، وَسَكَتَ بَعْضُهُمْ فَلَمْ يَقُلْ شَيْئًا، فَقَالَ لِي: أَكَذَلِكَ تَقُولُ يَا ابْنَ عَبَّاسٍ؟ فَقُلْتُ: لَا، فَقَالَ: مَا تَقُولُ؟ فَقُلْتُ: هُوَ أَجَلُ رَسُولِ اللَّهِ أَعْلَمَهُ لَهُ، قَالَ: إِذا جاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ فَذَلِكَ عَلَامَةُ أَجَلِكَ فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كانَ تَوَّابًا فَقَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ: لَا أَعْلَمُ مِنْهَا إِلَّا مَا تَقُولُ
Artinya: Dari Ibnu Abbas, ia berkata: “Umar pernah memasukkanku di antara para sesepuh Badar”. Seolah-olah sebagian dari mereka merasa dalam hati mereka dan berkata: “Mengapa Umar memasukkan orang ini bersama kami, padahal kami memiliki anak-anak seperti dia?” Maka Umar berkata: “Dia termasuk dari orang alimnya kalian”
Suatu hari, Umar memanggil mereka dan memasukkanku bersama mereka. aku tidak melihat Umar memanggilku di antara mereka hari itu kecuali untuk menunjukkan kepada mereka. Dia berkata: “Apa tanggapan kalian tentang firman Allah: "idza jaa nashrullahi wal fath?" Maka sebagian dari mereka berkata: “Kita diperintahkan untuk memuji Allah dan memohon ampun Ketika Allah telah memberikan kemenangan kepada kami”, kemudian sebagian dari mereka diam, tidak mengatakan apa-apa.
Kemudian Umar berkata kepadaku : “Apakah seperti itu, wahai Ibnu Abbas?” aku menjawab: “Tidak.” Umar bertanya: “Apa pendapatmu?” aku menjawab: “Itu adalah tanda ajal Rasulullah yang Allah beritahukan kepadanya. Apabila datang pertolongan Allah dan kemenangan, maka itu adalah tanda ajalmu, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohon ampunlah kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima Tobat.”
Umar bin Khattab berkata: “Saya tidak mengetahui itu kecuali apa yang kamu katakan.” (Ibnu Katsir, VIII/481).
Waktu Turunnya Surat An-Nasr
Syekh Wahbah Zuhaili memaparkan, terdapat dua pendapat mengenai waktu turunnya Surat An-Nasr, yaitu:
- 1Fathu Makkah (kemenangan Kota Makah) terjadi pada bulan Ramadhan tahun 8 H. sementara surat ini diturunkan pada tahun 10 H. diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW masih hidup selama 70 hari setelah surat ini diturunkan, kemudian nabi wafat pada bulan Rabi’ul Awal tahun 10 H. oleh karena surat ini disebut sebagai Surat at-Taudi’ (Surat Perpisahan)
- Surat an-Nasr diturunkan sebelum terjadinya Fathu Makkah. Surat ini merupakan janji Allah SWT untuk menolong dan memberikan kemenangan kepada penduduk Makah (Az-Zuhaili,XXX/447).
Tafsir Surat An-Nasr
Ayat Pertama
Imam Al-Qurthubi menjelaskan bahwa kata "Idza" pada permulaan surat ini bermakna "qad," yang berarti "sungguh telah datang pertolongan Allah," mengingat surat ini diturunkan setelah Fathu Makkah.
Ada kemungkinan juga bahwa maknanya merujuk pada "idza yajiuka," yang menggunakan fi’il mudhori’. Mengenai bentuk pertolongan, terdapat beberapa pendapat.
Pertama, menurut Imam At-Thabari, pertolongan yang diberikan adalah kepada Nabi Muhammad terhadap orang-orang Quraisy. Kedua, ada pendapat bahwa pertolongan tersebut ditujukan kepada Nabi dalam menghadapi orang-orang kafir yang memeranginya, hingga akhirnya kemenangan diperoleh.
Selanjutnya, Al-Qurthubi menjelaskan bahwa makna "al-fathu" juga memiliki perbedaan pendapat. Beberapa di antaranya adalah: pertama, Fathu Makkah, yaitu penaklukan Kota Makkah, menurut pendapat Hasan, Mujahid, dan lainnya.
Kedua, penaklukan kota-kota dan negeri-negeri, menurut Ibnu Abbas dan Sa’id Bin Jubair. Ketiga, penaklukan seluruh negeri. Keempat, ditemukannya ilmu-ilmu baru. (Al-Qurthubi, Al-Jami’ Lil Ahkamil Qur’an, [Mesir, Darul Kutub Al-Misyriyah, 1384 H], Jilid XX, Hlm. 230)
Ayat Kedua
Imam Al-Baghawi menjelaskan, mereka dari berbagai kaum dan suku datang secara berbondong bondong dan beringan masuk agama islam dengan tanpa melakukan peperangan. Al-Hasan berkata, lanjut Imam Al-Baghawi, Ketika Allah menaklukkan kota Mekah untuk Rasul-Nya, orang-orang Arab berbincang satu sama lain:
"Jika Muhammad telah mengalahkan penduduk Tanah Suci (makkah) (padahal sebelumnya Allah telah melindungi mereka dari pasukan bergajah), maka kalian tidak akan mampu menandinginya."
Maka mereka mulai masuk ke dalam agama Allah secara berkelompok, sedangkan sebelumnya mereka masuk satu per satu atau dua orang dua orang. Ikrimah dan Muqatil berpendapat: Yang dimaksud dengan "an-nas" dalam ayat ini ialah penduduk Yaman (Tafsir Al-Baghawi, [Daru Tayyibah lin Nasyri wat Tauzi’, 1418 H], Jilid VIII, hlm. 576).
Ayat Ketiga
Syekh Wahbah Zuhaili menjelaskan bahwa setelah perjuangan yang panjang dan penaklukan Kota Makkah, di mana Agama Islam berkembang pesat, Nabi diperintahkan untuk bersyukur atas segala anugerah yang diberikan.
Selain itu, beliau juga diminta untuk meminta ampunan dengan tawadhu’ kepada Allah SWT, sebagai pelajaran bagi umatnya. Hal ini menunjukkan bahwa Allah SWT senantiasa menerima tobat hamba-Nya. Diriwayatkan dari ‘Aisyah (dalam lafaz hadis dari Imam Bukhari) bahwa beliau berkata:
ما صلّى رسول الله ﷺ صلاة بعد أن نزلت عليه سورة ﴿إِذا جاءَ نَصْرُ اللهِ وَالْفَتْحُ﴾ إلا يقول: سبحانك ربنا وبحمدك، اللهم اغفر لي
Artinya: “Rasulullah tidak pernah melaksanakan salat setelah turunnya surah Idza ja'a nashrullah wal fath (QS. An-Nasr), kecuali beliau mengucapkan: Subhanaka Rabbana wa bihamdika, Allahummaghfir li” (Az-Zuhaili, XXX/450)
Pesan dan Hikmah Surat An-Nasr
Syekh Wahbah Zuhailli menjelaskan bahwa terdapat beberapa pesan dan hikmah yang tersirat dalam Surat An-Nasr, yaitu sebagai berikut:
Pertama, setiap nikmat dari Allah SWT mewajibkan rasa syukur, pujian, dan sanjungan kepada-Nya. Di antara nikmat yang paling agung yang diberikan kepada Nabi dan umatnya ialah terwujudnya kemenangan dan keberhasilan atas musuh-musuh, serta penaklukan Mekah, ibu kota Arab dan Islam, dan tempat Baitul Haram atau Ka'bah yang mulia, kiblat umat Islam.
Kedua, pada akhir surat ini, Allah memerintahkan Nabi untuk memperbanyak shalat, membaca tasbih, dan bersyukur atas segala nikmat yang telah dianugerahkan.
Ketiga, agama yang Allah akui ialah Agama Islam, sesuai firman Allah dalam Surat Ali Imran (19):
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللهِ الْإِسْلامُ
Artinya: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah ialah Islam...”
Keempat, mayoritas ulama fiqih dan ilmu kalam berpendapat bahwa iman seorang muqallid (mengikuti tanpa dalil) adalah sah. Hal ini karena Allah menghukumi sah imannya kelompok-kelompok yang disebutkan dalam surat tersebut.
Kelima, ayat ini menunjukkan keutamaan tasbih dan tahmid, karena menjadikannya cukup untuk menunaikan apa yang wajib atas Nabi dan umatnya berupa syukur terhadap nikmat pertolongan dan kemenangan.
Keenam, para sahabat sepakat bahwa surat ini menunjukkan pemberitahuan kematian kepada Nabi Muhammad SAW.
Walhasil, Surat An-Nasr memiliki dua nuansa yang kuat, yaitu rasa senang dan sedih. Kemenangan yang diraih oleh kaum Muslimin di Kota Makkah dan banyaknya orang yang berbondong-bondong masuk Islam mencerminkan kedua perasaan tersebut.
Surat ini menandai akhir tugas Nabi dalam menyampaikan risalah, karena Islam telah berkembang dan sempurna. Setelah surat ini diturunkan, tiba saatnya Nabi berpulang ke sisi Allah SWT. Wallahu a'lam.
Achmad Khoirudin, Mahasantri Ma'had Aly Al-iman Bulus Purworejo
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Nuzulul Qur’an dan Perintah Membaca
2
Khutbah Jumat: Nuzulul Qur’an dan Anjuran Memperbanyak Tadarus
3
Khutbah Jumat: Ramadhan, Bulan Turunnya Kitab Suci
4
PBNU Adakan Mudik Gratis Lebaran 2025, Berangkat 25 Maret dan Ada 39 Bus
5
Khutbah Jumat: Pengaruh Al-Qur’an dalam Kehidupan Manusia
6
Khutbah Jumat: Ramadhan, Bulan Peduli Lingkungan dan Sosial
Terkini
Lihat Semua