Tafsir

Tafsir Surat Al-'Alaq Ayat 3-5: Semangat Literasi dalam Dakwah Islam

Rab, 28 September 2022 | 05:00 WIB

Tafsir Surat Al-'Alaq Ayat 3-5: Semangat Literasi dalam Dakwah Islam

Semangat Literasi dalam Dakwah Islam

Berikut ini adalah teks, terjemahan dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas Surat Al-'Alaq  Ayat 3-5:
 

اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ (3) الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ (4) عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ (5)


(3) Iqra' wa rabbukal-akram. (4) Allażī ‘allama bil-qalam(i). (5) 'Allamal-insāna mā lam ya‘lam.

 

Artinya, "(3) Bacalah! Tuhanmulah Yang Mahamulia; (4) yang mengajar (manusia) dengan pena. (5) Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya."
 

 

Ragam Tafsir Surat Al-'Alaq Ayat 3-5

Imam Al-Baidhawi (wafat 685) menjelaskan, pengulangan kata iqra'  dalam ayat ke-3 ini untuk menunjukkan makna melebih-lebihkan atau mengoptimalkan. Atau kata iqra'  pertama dalam surat ini bermakna mutlak, sedangkan yang kedua untuk menunjukkan makna melebih-lebihkan atau mengoptimalkan. (Nasiruddin as-Syairazi al-Baidhawi, Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta'wil, [Beirut, Darul Ihya': 1418 H], juz VI, halaman 325).

 


Berbeda dengan Al-Al-Baidhawi​, Imam Al-Maraghi (wafat 1371 H) menjelaskan, kata iqra'  bermakna: "Lakukan apa yang telah Aku perintahkan, yaitu membaca." Menurutnya, pengulangan fi'il amar atau kata perin​​​​tah ini karena suatu bacaan tidak akan mendatangkan ilmu kecuali dengan diulang-ulang. Adapun pengulangannya disesuaikan dengan kebiasannya. Pengulangan perintah ilahi konteksnya adalah pengulangan objek yang dibaca. Dengan begitu, kemampuan​​​​​ membaca atau dalam kon​​​​​teks sekaran​​​​​g identik dengan istilah literasi, m​​​​​​enjadi kemampuan alamiah (malakah) Nabi saw. (Ahmad bin Musthafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, [Mesir: Matba'ah Musthafa al-Babil Halabi: 1365H/1946M], jus XX, halaman 199).

 

Imam Al-Qurthubi (wafat 671 H) dalam tafsirnya menjelaskan, kata Allażī ‘allama bil-qalam, maksudn​​​​​ya menulis. Maksudnya, Allah mengajarkan manusia dengan pena. Kemudian Al-Qurthubi menyebutkan riwayat sebagai berikut:

 

وَرَوَى سَعِيدٌ عَنْ قَتَادَةَ قَالَ: الْقَلَمُ نِعْمَةٌ مِنَ اللَّهِ تَعَالَى عَظِيمَةٌ، لَوْلَا ذَلِكَ لَمْ يَقُمْ دِينٌ، وَلَمْ يَصْلُحْ عَيْشٌ

 

Artinya, "Said meriwayatkan dari Qatadah, ia berkata: "Pena merupakan nikmat agung dari Allah. Andai kata tidak karena pena, agama tidak akan tegak dan kehidupan tidak akan baik."

 

Al-Qurthubi lalu mengatakan: "Firman Allah ini menunjukan atas kesempurnaan kedermawanan Allah; yakni dengan memberi pengetahuan kepada hamba-hambaNya atas hal-hal yang sebelumnya tidak diketahui, memindahkannya dari kegelapan kebodohan menuju cahaya ilmu. Kemudian Allah mengingatkan keutamaan menulis, karena besarnya manfaat menulis yang tidak dapat diperoleh kecuali hanya dengan menulis; yakni tidak terkodifikasinya ilmu pengetahuan, tidak terikatnya hikmah, tidak terjaganya kabar, dan maqalah orang-orang terdahulu, serta tidak ada kitab-kitab Allah yang telah diturunkan kecuali ditulis. Andaikan tidak karena pena, urusan agama dan dunia tidak akan tegak. " (Syamsudin al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, [Mesir, Darul Kutub al-Mishriyah: 1384 H/1964 M], juz XX, halaman 120).

 

Syekh Mustafa Al-Maraghi mengatakan: "Allah menyifati DzatNya dengan Dzat yang menciptakan manusia dari segumpal darah; lalu mengajarkan manusia dengan pena untuk menjelaskan bahwa Allah menciptakan manusia dari sesuatu yang paling hina, kemudian sampai pada kesempurnaan insani dengan mengetahui hakikat berbagai hal. Seakan-akan Allah mengatakan: "Renungkanlah wahai manusia, kamu menemukan dirimu telah beralih dari derajat yang paling rendah dan hina menuju derajat yang lebih tinggi dan mulia. Karena itu, wajib adanya Tuhan yang Maha Mengatur, Maha Kuasa, Maha Bijaksana, dan yang lebih baik dari segala hal yang telah diciptakanNya". (Ahmad bin Musthafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, [Mesir: Matba'ah Musthafa al-Babil Halabi: 1365H/1946M], jus XX, halaman 200).

 

Syekh Wahbah Zuhaili (wafat 2015 M) dalam tafsirnya setelah menafsirkan ayat-ayat di atas menyimpulkan sebagai berikut:

 

لهذا بدأت دعوة الإسلام بالترغيب في القراءة والكتابة، وبيان أنها من آيات اللَّه في خلقه، ومن رحمته بهم، وكانت معجزة محمد صلّى اللَّه عليه وسلّم الخالدة، وهو العربي الأميّ، قرآنا يتلى، وكتابا يكتب، وأنه بذلك نقل أمته من حال الأميّة والجهل إلى أفق النور والعلم

 

Artinya, "Karena itu dakwah Islam dimulai dengan motivasi membaca dan menulis (semangat literasi); dan den​​​​​​gan​penjelasan bahwa membaca dan menulis merupakan ayat-ayat Allah, serta merupakan rahmat bagi makluk-Nya. Mukjizat abadi Nabi Muhammad saw, seorang Arab yang ummi atau tak mampu b​​​​​​​aca tulis adalah kitab​​​​​​​ suci Al-Qur'an yang dibaca dan ditulis. Dengan itu, Nabi Muhammad saw membawa umatnya dari keadaan tidak mampu baca tullis, menuju cakrawala cahaya dan ilmu". Wallahu a'lam. (Wahbah bin Musthafa az-Zuhaili, At-Tafsir Munir, [Damaskus, Darul Fikr: 1418 H], jus XXX, halaman 318).

 

Ustadz Muhammad Hanif Rahman, Dosen Ma'had Aly Al-Iman Bulus dan Pengurus LBM NU Purworejo