Tafsir

Tafsir Surat Al-'Alaq Ayat 2: Kewajiban Mengenal Allah

Sab, 24 September 2022 | 05:00 WIB

Tafsir Surat Al-'Alaq Ayat 2: Kewajiban Mengenal Allah

Tafsir Surat Al-'Alaq ayat 2.



Berikut ini adalah teks, terjemahan dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas surat Al-'Alaq  Ayat 2:
 

خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ (2)

Khalaqal-insāna min ‘alaq(in).
 

Artinya, (2) Dia menciptakan manusia dari segumpal darah.


Ragam Tafsir Surat Al-Alaq Ayat 2

Al-Qurthubi dalam tafsirnya menjelaskan firman Allah: "Khalaqal-insāna", yakni anak Adam. Min ‘alaq, yakni dari darah. Kalimat 'alaq merupakan bentuk jamak dari 'alaqah. Makna 'alaqah sendiri adalah segumpal darah. Penyebutan 'alaq dengan bentuk jamak karena Allah menghendaki maksudnya adalah seluruh manusia, dimana seluruh manusia diciptakan dari segumpal darah, setelah sebelumnya berupa air mani. Penyebutan insan secara khusus bertujuan untuk memuliakannya.
 

Ada yang mengatakan penyebutan insan secara khusus karena Allah menghendaki untuk menjelaskan kadar nikmat yang diberikan-Nya kepada manusia dengan penciptaannya dari segumpal darah yang hina hingga menjadi manusia yang sempurna, berakal, dan mampu membedakan berbagai hal.(Syamsuddin al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, [Mesir, Darul Kutub al-Mishriyah: 1384 H/1964 M], juz XX, halaman 119).
 

Al-Baidhawi menjelaskan ayat "Khalaqal-insāna", dengan makna: "Dia menciptakan manusia, atau Dzat yang menciptakan insan yang pada ayat pertama Allah menyamarkannya, kemudian menjelaskannya untuk memuliakan dan menunjukkan keajaiban tentang penciptaan manusia". Berkaitan dengan ayat min ‘alaq, pengunaan bentuk plural lafal 'alaq menunjukan manusia keseluruhannya.
 

Karena itu kewajiban paling awal adalah mengetahui atau mengenal Allah. Ayat ini pertama kali diturunkan oleh Allah untuk menunjukkan atas wujud (keberadaan), kekuasan menciptakan, dan kesempurnaan hikmah-Nya. (Nasiruddin as-Syairazi al-Baidhawi, Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta'wil, [Beirut, Darul Ihya': 1418 H], juz V, halaman 523).
 

Penafsiran al-Baidhawi di atas memberikan pemahaman bahwa kewajiban pertama kali bagi manusia adalah makrifat atau mengenal Allah. Menurutnya hal itu dapat dipahami dengan adanya ayat ini. Ayat ini termasuk dari ayat yang pertama kali diturunkan, di mana Allah menjelaskan dan mengenalkan Dzat-Nya sebagai pencipta manusia. 
 

Sementara al-Maraghi menafsirkan ayat ke dua ini dengan makna: "Sesungguhnya Dzat pencipta manusia yang merupakan makhluk paling mulia dari segumpal darah, kemudian Dia memberikannya kemampuan penguasaan, menjadikannya mampu mengusai sesuatu yang ada di bumi ini dengan pengetahuannya, serta menundukannya untuk melayaninya, Dialah dzat yang mampu menjadikan manusia yang sempurna seperti Nabi saw, yang dapat membaca sekalipun belum pernah belajar membaca". (Ahmad bin Musthafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, [Mesir: Matba'ah Musthafa al-Babil Halabi: 1365H/1946M], juz XXX, halaman 199).
 

Sederhananya, Dzat yang mampu menciptakan dari segumpal darah menjadi manusia hidup, dapat berbicara, dan mampu menguasai seluruh makhluk yang ada di bumi, mampu juga menjadikan Muhammad saw seorang yang dapat membaca, sekalipun tidak pernah belajar membaca dan menulis. Wallahu a'lam.
 

 

Ustadz Muhammad Hanif Rahman, Dosen Ma'had Aly Al-Iman Bulus dan Pengurus LBM NU Purworejo