Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 253: Keistimewaan Nabi Muhammad dari Nabi Sebelumnya
Rabu, 11 September 2024 | 06:00 WIB
Muhammad Tantowi
Kolomnis
Dalam acara maulid Nabi Muhammad SAW sering dibacakan kitab maulid. Seperti Maulid al-Diba'i, al-Barzanji, dan Simtud Durar. Semuanya menceritakan sejarah, keistimewaan serta keagungan sifat-sifat Nabi Muhammad. Tujuannya tentu agar masyarakat mengenal Nabinya, ketika sudah mengenalnya, maka harapannya adalah meneladani dan menerapkan sifat-sifat agung tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Berbicara tentang keistimewaannya, sebenarnya Nabi Muhammad telah mewanti-wanti agar tidak menganggap satu Nabi lebih baik dan lebih istimewa dari Nabi lainnya dalam sebuah hadits. Sebagaimana diungkapkan Al-Qurthubi dalam tafsirnya: “la takhayyaru baina al-anbiya’”, “wa la tufadhillu baina anbiyaillah”. (Muhammad Bin Ahmad Bin Abu Bakar Al-Qurthubi, al-Jami' li Ahkamil Qur'an, [Beirut: Muassasah al-Risalah, 2006], Jilid IV, hal. 253).
Lantas bagaimana memahami keistimewaan Nabi Muhammad SAW dalam perspektif Al-Qur'an. Berikut penjelasannya:
Berikut adalah teks, transliterasi, terjemah dan kutipan beberapa tafsir ulama terhadap Surat Al-Baqarah ayat 253:
تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍۘ مِّنْهُم مَّن كَلَّمَ اللَّهُۖ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَاتٍۚ وَآتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِۗ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلَ الَّذِينَ مِن بَعْدِهِم مِّن بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَلَٰكِنِ اخْتَلَفُوا فَمِنْهُم مَّنْ آمَنَ وَمِنْهُم مَّن كَفَرَۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلُوا وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ
tilkar-rusulu fadldlalnâ ba‘dlahum ‘alâ ba‘dl, min-hum mang kallamallâhu wa rafa‘a ba‘dlahum darajât, wa âtainâ ‘îsabna maryamal-bayyinâti wa ayyadnâhu birûḫil-qudus, walau syâ'allâhu maqtatalalladzîna mim ba‘dihim mim ba‘di mâ jâ'at-humul-bayyinâtu wa lâkinikhtalafû fa min-hum man âmana wa min-hum mang kafar, walau syâ'allâhu maqtatalû, wa lâkinnallâha yaf‘alu mâ yurîd
Artinya : “Para rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka atas sebagian (yang lain). Di antara mereka ada yang Allah berbicara (langsung) dengannya dan sebagian lagi Dia tinggikan beberapa derajat. Kami telah menganugerahkan kepada Isa putra Maryam bukti-bukti yang sangat jelas (mukjizat) dan Kami memperkuat dia dengan Ruhulkudus (Jibril). Seandainya Allah menghendaki, niscaya orang-orang setelah mereka tidak akan saling membunuh setelah bukti-bukti sampai kepada mereka. Akan tetapi, mereka berselisih sehingga ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) yang kufur. Andaikata Allah menghendaki, tidaklah mereka saling membunuh. Namun, Allah melakukan apa yang Dia kehendaki”.
Pada ayat ini, Allah SWT menceritakan para utusannya, seperti Musa bin 'Imran, Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub, Syamuail, Daud dan lainnya. Kemudian seakan Allah SWT berfirman: “Mereka itulah para utusan-Ku yang masing-masing Aku beri keistimewaan atas lainnya. Sebagian mereka ada yang Aku ajak berbicara seperti Musa dan sebagian lainnya Aku angkat derajatnya dengan martabat dan kedudukan tinggi”.
Berawal dari diksi ‘masing-masing aku beri keistimewaan atas lainnya’ inilah, Muhammad Bin Jarir Al-Thabari mengungkap lima keistimewaan Nabi Muhammad SAW yang tidak pernah diberikan kepada seorangpun sebelumnya. Hal ini dengan merujuk sebuah hadits:
وَمِمَّا يَدُلُّ عَلَى صِحَّةِ مَا قُلْنَا فِي ذَلِكَ قَوْلُ النَّبِيِّ ﷺ : أُعْطِيْتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ قَبْلِى؛ بُعِثْتُ إِلَى الْأَحْمَرِ وَالْأَسْوَدِ، وَنُصِرْتُ بالرُّعْبِ؛ فَإِنَّ العَدُوَّ لَيُرْعَبُ مِنِّى عَلَى مَسِيْرَةِ شَهْرٍ، وجُعِلَتْ لِى الأَرْضُ مَسْجِدًا وطَهُورًا، وأُحِلَّتْ لِيْ الْغَنَائِمُ، وَلَمْ تَحِلَّ لِأَحَدٍ كَانَ قَبْلِىْ، وَقِيْلَ لِيْ: سَلْ تُعْطَهُ . فَاخْتَبَأْتُهَا شفَاعَةً لأُمَّتِي، فَهِىَ نَائِلَةٌ مِنْكُمْ إِنْ شَآءَ اللَّهُ مَنْ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا.
Artinya : “Dan sebagian dalil yang menunjukkan atas benarnya apa yang kami katakan ada sabda Nabi Muhammad SAW : ‘Aku diberi lima hal yang tidak diberikan kepada siapa pun sebelumku. Aku diutus pada bangsa Arab dan Ajam atau golongan manusia dan jin, aku ditolong dengan kepanikan, karena musuh pasti panik padaku sejauh perjalanan satu bulan, dan bumi dijadikan untukku sebagai tempat sujud dan suci, dihalalkan untukku harta rampasan perang yang tidak pernah halal bagi seorangpun sebelumku. Kemudian dikatakan kepadaku: ‘Mintalah! Niscaya engkau akan diberinya’. Kemudian aku menyimpan syafaat untuk umatku. Syafaat itu anugerah untuk kalian ketika Allah SWT menghendaki orang yang tidak menyekutukan sesuatu dengan Allah”. (Muhammad Bin Jarir al-Thabari, Jami'ul Bayan 'an Ta'wil Ayil Qur'an, [Turki: Dar Hijr Publishing, 2011], Jilid IV, hal. 519-520).
Selain keistimewaan yang diungkapkan di atas, Fakhruddin al-Razi mengungkapkan keistimewaan Nabi Muhammad atas para Nabi sebelumnya sebanyak sembilan belas hal. Dari jumlah tersebut setidaknya dapat dikelompokkan dari beberapa tinjauan.
Tinjauan Mukjizat
Ketika ditinjau dari segi mukjizat, maka mukjizat Nabi Muhammad lebih unggul dibandingkan dengan mukjizat para Nabi sebelumnya. Al-Qur'an merupakan mukjizat berupa huruf dan suara yang tidak membekas. Sedangkan mukjizat para Nabi sebelumnya berupa hal yang dapat membekas secara fisik. Akan tetapi Allah menjadikan Al-Qur'an bertahan hingga akhir zaman. Sedangkan mukjizat para Nabi sebelumnya dapat hilang dan punah.
Dari sisi kuantitas, Al-Qur'an lebih unggul dengan ribuan ayat di dalamnya. Sedangkan kitab dan suhuf bagi para Nabi sebelumnya tidak pernah mencapai angka sebanyak itu. Nabi Musa hanya diutus untuk menyampaikan sembilan ayat. Sebagaimana diungkapkan dalam Al-Qur'an berikut ini:
وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَىٰ تِسْعَ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍۖ فَاسْأَلْ بَنِي إِسْرَائِيلَ إِذْ جَاءَهُمْ فَقَالَ لَهُ فِرْعَوْنُ إِنِّي لَأَظُنُّكَ يَامُوسَىٰ مَسْحُورًا
Artinya : “Dan sesungguhnya Kami telah memberikan kepada Musa sembilan buah mukjizat yang nyata, maka tanyakanlah kepada Bani Israil, tatkala Musa datang kepada mereka lalu Fir'aun berkata kepadanya: "Sesungguhnya aku sangka kamu, hai Musa, seorang yang kena sihir”. (QS. Al Isra':101)
Tinjauan Perjuangan
Ketika Allah mengutus Nabi Musa kepada bani Israil, maka perjuangannya sebatas menghadapi Fir'aun dan kaumnya. Dan yang memusuhinya juga hanya terbatas dari dua kelompok tersebut. Akan tetapi ketika Allah mengutus Nabi Muhammad kepada seluruh alam, maka yang ia dihadapi dan kerap memusuhinya adalah orang kafir seluruh dunia juga. Sehingga tidak heran ketika ditemukan seruan dengan kata-kata ‘qul ya ayyuhal kafirun’.
Di sisi lain semakin luas medan perjuangan, semakin tinggi pula tingkat kesulitannya. Sebuah analogi sederhana, ketika seseorang diperintahkan untuk masuk ke sebuah wilayah yang di dalamnya terdapat seorang yang memiliki kekuatan dan senjata. Kemudian orang tersebut diminta menyampaikan informasi yang akan mengecewakannya. Maka hampir dipastikan tidak ada yang berani melakukannya. Sedangkan Nabi Muhammad menjalankan perjuangannya sepanjang hari dan malam untuk berhadapan dengan orang-orang semacam itu dengan penuh ketaatan. Hal inilah yang menjadikannya lebih unggul dibandingkan dengan para Nabi sebelumnya.
Tinjauan Agama dan Umat
Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad lebih unggul dibandingkan dengan agama yang dibawa oleh para nabi sebelumnya. Hal ini dikarenakan agama Islam menghapus ajaran agama sebelumnya dan yang berfungsi sebagai penghapus agama sebelumnya diyakini lebih baik dan lebih unggul dari yang dihapus.
Dalam hal ini Fakhruddin al-Razi mengutip sebuah hadits: “Barangsiapa memulai sebuah kebiasaan baik, maka baginya pahala dan pahala orang yang melaksanakannya hingga hari kiamat”. Berdasarkan hadits ini, Nabi Muhammad memiliki pahala lebih banyak dari pahala pembawa agama sebelumnya. Ketika memiliki pahala lebih banyak, maka juga mendapatkan posisi lebih unggul.
Umat Nabi Muhammad juga dianggap lebih unggul dari pada umat para Nabi terdahulu. Bukan hanya karena telah ditetapkan dalam Al-Qur'an yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran serta berjihad di jalan Allah. Lebih dari itu, umat Nabi Muhammad lebih konsisten mengikutinya. Sebagaimana Firman-Nya dalam QS. Ali Imran ayat 31. Ketika umatnya lebih unggul dari umat sebelumnya, maka Nabinya juga dianggap lebih unggul dari para Nabi sebelumnya. (Fakhruddin al-Razi, Mafatihul Ghaib, [Beirut: Daar al-Fikr, 1981], Jilid IV, hal. 210-212).
Dari penjelasan di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa keistimewaan Nabi Muhammad atas nabi-nabi sebelumnya tidak disebabkan oleh seberapa hebat dan langka mukjizatnya. Akan tetapi lebih disebabkan seberapa berat perjuangan menanamkan agama dan seberapa lama agama yang dibawa tetap dianut oleh umatnya. Wallahu A'lam.
Muhammad Tantowi, Koordinator Ma’had MTsN 1 Jember.
Terpopuler
1
Temui Menkum, KH Ali Masykur Musa Umumkan Keabsahan JATMAN 2024-2029
2
Baca Doa Ini untuk Lepas dari Jerat Galau dan Utang
3
Cara KH Hamid Dimyathi Tremas Dorong Santri Aktif Berbahasa Arab
4
Jadwal Lengkap Perjalanan Haji 2025, Jamaah Mulai Berangkat 2 Mei
5
Apel Akbar 1000 Kader Fatayat NU DI Yogyakarta Perkuat Inklusivitas
6
Pengurus Ranting NU, Ujung Tombak Gerakan Nahdlatul Ulama
Terkini
Lihat Semua