Tafsir

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 34

Sel, 22 Desember 2020 | 13:30 WIB

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 34

Surat Al-Baqarah ayat 34 menunjukkan buruknya perbuatan takabur. Takabur dapat mengantarkan seseorang pada kekufuran.

Berikut ini adalah teks, transliterasi, terjemahan, dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas Surat Al-Baqarah ayat 34:


وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ


Wa idz qulnā lil malā’ikatis judū li Ādama fa sajadū illā Iblīsa abā wastakbara wa kāna minal kāfirīna.


Artinya, “(Ingatlah) ketika Kami berkata kepada malaikat, ‘Sujudlah kalian kepada Adam,’ maka mereka bersujud kecuali Iblis. Ia enggan dan takabur. Ia termasuk golongan orang-orang yang ingkar.” (Surat Al-Baqarah ayat 34).


Ragam Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 34


Syekh Jalaluddin dalam Tafsirul Jalalain mengatakan, sujud yang dimaksud tidak seperti sujud yang kita mengerti hari ini, tetapi membungkuk sebagai bentuk penghormatan untuk Adam AS. Sedangkan Iblis adalah pemuka bangsa jin yang berada di tengah malaikat.


Iblis, dalam Tafsirul Jalalain, tidak mau melakukan sujud penghormatan dan bersikap takabur dengan mengatakan, “Aku lebih baik dari Adam AS.” Dalam ilmu Allah yang azali, Iblis tercatat sebagai kelompok yang ingkar.


Imam Al-Baghowi dalam karya tafsirnya Ma’alimut Tanzil fit Tafsiri wat Ta’wil mengatakan, sujud yang diperintahkan pada Surat Al-Baqarah ayat 34 mengandung makna ketaatan kepada Allah. Sujud yang dimaksud pada Surat Al-Baqarah ayat 34 adalah sujud takzim dan penghormatan, bukan sujud ibadah sebagaimana sujud anak-anak Yakub kepada Yusuf sebagaimana Surat Yusuf ayat 100.


Sujud pada Surat Al-Baqarah ayat 34 ini tidak sampai meletakkan wajah di atas bumi. Sujud penghormatan dengan menunduk ini kemudian dibatalkan ketika Islam datang dengan perintah ucapan salam.


Imam Al-Baghowi mengutip sebagian ahli tafsir yang mengatakan, perintah sujud pada Surat Al-Baqarah ayat 34 menjadikan Adam hanya sebagai kiblat. Sementara sujud itu sendiri diniatkan kepada Allah sebagaimana kedudukan Ka’bah sebagai kiblat shalat. Sedangkan shalat itu sendiri ditujukan kepada Allah SWT.


Imam Al-Baghowi mengatakan, nama Iblis AS dalam bahasa Suryani adalah ‘Azazil; dan dalam bahasa Arab adalah Al-Harits. Ketika bermaksiat kepada Allah, ia mengubah nama dan bentuknya sehingga dinamai “Iblis” sebagaimana kia kenal sekarang karena ia berputus asa (ablasa) dari rahmat Allah.


Ragam Pendapat Ulama Perihal Iblis pada Surat Al-Baqarah Ayat 34

Ulama, kata Imam Al-Baghowi, berbeda pendapat perihal Iblis. Ibnu Abbas dan kebanyakan ahli tafsir mengatakan, Iblis termasuk ke dalam jenis malaikat. Sementara Hasan Al-Bashri mengatakan, ia termasuk bangsa jin, bukan bangsa malaikat sebagaimana kandungan Surat Al-Kahfi ayat 50.


Iblis merupakan asal muasal bangsa jin sebagaimana Adam yang menjadi asal muasal bangsa manusia. Ia diciptakan dari api. Sedangkan malaikat diciptakan dari cahaya. Kalau Iblis berketurunan, bangsa malaikat tidak memiliki keturunan.


Dari kedua pendapat ini, pendapat pertama lebih shahih kata Imam Al-Baghowi karena perintah sujud pada Surat Al-Baqarah ayat 34 ditujukan kepada malaikat. Iblis termasuk golongan jin, maksudnya malaikat penjaga surga. Menurut Said bin Jubair, Iblis termasuk malaikat yang beribadah di surga. Menurutnya, ada sekelompok malaikat yang mewarnai perhiasan ahli surga.


Ada sekelompok malaikat, kata Imam Al-Baghowi, diciptakan dari api. Sekelompok malaikat ini disebut jin (tertutup) karena tersembunyi dari pandangan mata. Iblis adalah bagian dari kelompok ini. Imam Al-Baghowi mengutip hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, “Jika anak Adam membaca ayat Sajdah, setan menjauh dan menangis. Ia meratap, ‘Celaka aku… Diperintahkan sujud, anak Adam bersujud. Ia pun berhak mendapatkan surga. Sedangkan aku diperintahkan untuk bersujud, lalu aku pun mendurhakainya. Aku berhak mendapat neraka.’”


Al-Baidhawi dalam karya tafsirnya Kitab Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil mengatakan, ketika Adam mengabarkan nama-nama benda kepada malaikat dan Allah memberitahu mereka hal tidak mereka ketahui, Allah memerintahkan mereka sujud kepada Adam sebagai bentuk pengakuan atas kelebihan Adam, pelaksanaan atas kewajiban, dan bentuk permohonan maaf atas ucapan mereka perihal Adam.


Surat Al-Baqarah ayat 34, kata Imam Al-Baidhawi, menunjukkan bahwa Adam AS meski hanya dari satu sisi lebih utama dari malaikat yang diperintahkan untuk bersujud kepadanya. Surat Al-Baqarah ayat 34 menunjukkan buruknya perbuatan takabur. Takabur dapat mengantarkan seseorang pada kekufuran.


Surat Al-Baqarah ayat 34, kata Imam Al-Baidhawi, menganjurkan kita untuk mematuhi perintah Allah dan tidak tenggelam dalam pencarian hikmah di balik perintah tersebut. Wallahu a‘lam. (Alhafiz Kurniawan)