Tafsir

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 31

Jum, 20 November 2020 | 06:06 WIB

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 31

Tafsir, Quran, Nabi Adam

Berikut ini adalah teks, transliterasi, terjemahan, dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas Surat Al-Baqarah ayat 31:


وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ


Wa ‘allama Ādamal asmā’a kullahā, tsumma ‘aradhahum ‘alal malā’ikati, faqāla “Anbi’ūnī bi asmā’i hā’ulā’i in kuntum shādiqīna.”


Artinya, “Dia mengajarkan Adam semua nama-nama (benda), kemudian menampilkan semuanya di hadapan malaikat, lalu mengatakan, ‘Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama semua benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar,’” (Surat Al-Baqarah ayat 31).


Ragam Tafsir

Syekh Jalaluddin dalam Tafsir Jalalain mengatakan, “(Dia mengajarkan Adam semua nama-nama [benda-benda]), Allah memberikan langsung pemahaman nama-nama benda ke dalam hati Adam AS (kemudian menampilkan semuanya) benda-benda itu. Di sini terdapat pemenangan makhluk berakal (di hadapan malaikat, lalu mengatakan) kepada mereka sebagai bentuk kemenangan hujah, (‘Sebutkanlah) Beritahukanlah (kepada-Ku nama-nama semua benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar) bahwa Aku tidak menciptakan makhluk yang lebih pandai dari kamu’ atau 'bahwa kamu lebih berhak pada khilafah sebagai [pengganti-Ku].’”


Imam Al-Baghowi dalam tafsirnya Kitab Ma’alimut Tanzil fit Tafsir wat Ta’wil mengatakan, ketika Allah mengatakan, “Aku akan menjadikan khalifah atau pengganti-Ku di bumi,” malaikat yang mendengar mengatakan, “Tuhan kita dapat menciptakan apa saja. Tetapi Dia tidak akan menciptakan makhluk yang lebih mulia dari kita. Kalau pun lebih mulia, kita lebih pandai darinya karena kita diciptakan lebih dahulu darinya dan kita dapat melihat apa yang tidak dapat dilihat olehnya.”


Allah kemudian menunjukkan kelebihan ilmu pada Adam AS di atas malaikat. Hal ini menjadi dalil bahwa para nabi lebih utama daripada malaikat sekalipun malaikat juga adalah rasul atau utusan Allah sebagaimana pandangan Ahlussunnah wal Jamaah.


Sahabat Ibnu Abbas RA, Mujahid, dan Qatadah mengatakan, yang diajarkan Allah kepada Adam AS adalah nama segala benda hingga nama mangkuk besar dan mangkuk kecil. Ada yang menafsirkan, yang diajarkan Allah kepada Adam AS adalah nama benda yang sudah ada dan nama segala yang akan tercipta hingga hari kiamat. Rabi’ bin Anas mengatakan, Nabi Adam AS diberitahu nama-nama malaikat.


Ada ulama mengatakan, Nabi Adam AS diberitahu nama-nama keturunannya kelak. Ulama menakwilkan, Allah mengajari Nabi Adam AS segala jenis bahasa, lalu anak-anaknya berbicara dengan bahasa yang berbeda. Mereka kemudian berdiaspora ke berbagai belahan bumi sehingga setiap kelompok masyarakat yang terbentuk dari keturunan Nabi Adam AS itu berbicara dengan bahasa khas bangsanya.


Allah kemudian menampilkan semuanya baik makhluk hidup maupun benda mati di hadapan malaikat. Allah lalu mengatakan kepada malaikat, “Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama semua benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar bahwa Aku tidak akan menciptakan makhluk melainkan kamu tetap lebih utama dan lebih pandai darinya.”


Malaikat, kata Imam Al-Baghowi, lalu berkata sebagai pengakuan atas ketidakberdayaan diri, “Maha suci Engkau, tiada ilmu pada kami selain yang Kau ajarkan kepada kami. Sungguh, Kau maha tahu lagi maha bijaksana.”


Adapun Imam Al-Baidhawi dalam tafsir Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil mengatakan, Allah menciptakan Nabi Adam AS dengan organ-organ berbeda dan potensi kekuatan berbeda karena dipersiapkan untuk menjangkau berbagai jenis pengetahuan baik konseptual abstrak, hal empiris, barang-barang imajinatif, dan halusinasi.


Allah mengilhamkan kepadanya pengetahuan, kekhasan, dan nama-nama berbagai benda; dasar-dasar pengetahuan; hukum-hukum hasil kerajinan tangan; dan cara penggunaan alat-alat perkakas.


Imam Ibnu Katsir dalam karyanya, Tafsirul Qur’anil Azhim, menjelaskan Surat Al-Baqarah ayat 31 merupakan sebuah petunjuk di mana Allah menyebutkan kemuliaan bangsa Adam dibandingkan jenis malaikat atas keistimewaan pengetahuan nama-nama segala benda yang tidak diketahui oleh bangsa lainnya.


Peristiwa ini, kata Imam Ibnu Katsir, terjadi setelah malaikat sujud kepada Adam AS. Pasal ini didahulukan karena berkaitan dengan kedudukan Adam AS dan ketidaktahuan malaikat atas hikmah penciptaan khalifatullah, yaitu ketika mereka bertanya demikian, lalu Allah menjawab bahwa Dia mengetahui apa yang mereka tidak ketahui.


Oleh karena itu, Allah menerangkan hal ini untuk menjelaskan kepada malaikat terkait kelebihan Adam AS atas ilmu yang dianugerahkan. Tetapi pendapat yang shahih, kata Imam Ibnu Katsir, Allah mengajarkan nama segalanya, baik benda, sifat, maupun perbuatannya sebagaimana pandangan sahabat Ibnu Abbas RA. Wallahu a‘lam. (Alhafiz Kurniawan)