Tafsir

Tafsir Surat Al-Haj Ayat 27: Seruan Nabi Ibrahim untuk Berhaji

Rab, 5 Juni 2024 | 08:30 WIB

Tafsir Surat Al-Haj Ayat 27: Seruan Nabi Ibrahim untuk Berhaji

Seruan melaksanakan ibadah haji. (Foto: NU Online/Freepik)

Ka'bah merupakan kiblat umat Islam saat melaksanakan shalat dan menjadi simbol pelaksanaan ibadah haji dan umrah yang di dalamnya terdapat ibadah tawaf, yaitu mengelilingi Ka'bah sebanyak 7 kali. 


Dalam sejarahnya, Ka'bah dibangun oleh Nabi Ibrahim kemudian atas perintah Allah ia diperintahkan untuk melakukan seruan kepada seluruh makhluk, terutama umat manusia agar melakukan ibadah haji.


Allah berfirman dalam Surat Al-Haj ayat 27:


وَاَذِّنْ فِى النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوْكَ رِجَالًا وَّعَلٰى كُلِّ ضَامِرٍ يَّأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍۙ 


Wa adzdzin fin-nâsi bil-ḫajji ya'tûka rijâlaw wa ‘alâ kulli dlâmiriy ya'tîna min kulli fajjin ‘amîq


Artinya: “(Wahai Ibrahim, serulah manusia untuk (mengerjakan) haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.


Asbabun nuzul

Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam kitab Tafsir Al-Munir menjelaskan, turunnya ayat ini dilatarbelakangi oleh situasi jamaah yang tidak menggunakan kendaraan saat menunaikan ibadah haji ke Baitullah.


وَعَلٰى كُلِّ ضَامِرٍ : أخرج ابن جرير عن مجاهد قال: كانوا لا يركبون، فأنزل الله : يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ فأمرهم بالزاد، ورخص لهم في الركوب والمتجر


Artinya: “Wa ‘alâ kulli dlâmirin: Ibnu Jarir meriwayatkan dari Mujahid, dia berkata: Dahulu orang-orang berhaji dengan berjalan kaki. Maka Allah menurunkan ayat ‘ya’tûka rijâlan wa ‘ala kulli dlâmirin. Mereka diperintahkan untuk membawa perbekalan dan menggunakan kendaraan, termasuk untuk berniaga.” (Syekh Wahbah Zuhaili, Kitab Tafsir Al-Munir, [Damaskus: Darul Fikr, 2009] Juz IX, halaman 211)


Tafsir Al-Qurthubi

Menurut Imam Qurthubi, surat Al-Hajj ayat 27 ini menjelaskan tentang perintah Allah yang diterima Nabi Ibrahim ketika selesai membangun Baitullah (Ka'bah). Perintah tersebut berisi agar Nabi Ibrahim menyerukan haji kepada manusia. Nabi Ibrahim masih merasa ragu karena suaranya dianggap tidak mungkin terdengar oleh seluruh umat manusia di muka bumi. Allah kemudian berfirman: “Serukan saja, nanti Aku yang akan menyampaikan seruan itu.”


Nabi Ibrahim kemudian naik ke gunung Abu Qubais dan berteriak menyerukan manusia untuk berhaji ke Baitullah.

 
يا أيها الناس، إن الله قد أمركم بحج هذا البيت، ليثيبكم به الجنة، ويجيركم من عذاب النار، فحجوا


Artinya: “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah telah memerintahkan kalian untuk berhaji ke Baitullah ini supaya kalian diberi ganjaran oleh-Nya berupa surga dan menyelamatkan kalian dari azab neraka. Maka berhajilah kalian.” (Imam Al-Qurthubi, Al-Jami'u li Ahkamil Qur'an (Beirut: Muassasah ar-Risalah: 2006) Juz XIV, halaman 361)


Menurut Imam Qurthubi, semua umat manusia, bahkan yang masih dalam tulang punggung laki-laki dan rahim perempuan merespons seruan tersebut dengan mengucapkan “Labbaikallâhumma labbaik”. 


Seseorang yang saat itu menjawab seruan Nabi Ibrahim ini akan melaksanakan ibadah haji sesuai dengan jumlah jawaban yang diberikan. Jika menjawab satu kali, maka dia akan menunaikan ibadah haji sebanyak satu kali. Jika menjawab dua kali, maka dia akan melaksanakan ibadah haji dua kali, dan seterusnya.


Tafsir Al-Munir

Syekh Wahbah Az-Zuhaili mengungkapkan, ayat ini menjadi dalil bahwa Nabi Ibrahim adalah orang pertama yang membangun kembali Baitul 'Atiq (Ka'bah). Sebelumnya, Ka'bah tidak pernah dibangun kembali setelah tersapu oleh banjir besar yang terjadi pada masa Nabi Nuh. 


Hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim dari Abu Dzarr, ia berkata:


قُلْتُ يَا رَسُولَ اللّٰهِ أَيُّ مَسْجِدٍ وُضِعَ أَوَّلُ قَالَ الْمَسْجِدُ الْحَرَامُ قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ قَالَ ثُمَّ الْمَسْجِدُ الْأَقْصَى قُلْتُ كَمْ كَانَ بَيْنَهُمَا قَالَ أَرْبَعُونَ سَنَةً


Artinya: “Aku bertanya kepada Rasulullah, wahai Rasulullah, masjid manakah yang pertama kali dibangun? Beliau menjawab, Masjidil Haram. Aku bertanya lagi, 'Kemudian masjid mana?" Beliau menjawab, "Baitul Maqdis. Aku kembali bertanya, 'Berapa lama jarak waktu antara kedua masjid itu? Beliau menjawab, Empat puluh tahun.” (HR Bukhari Muslim)


Selanjutnya, Syekh Wahbah Az-Zuhaili menyebut bahwa seruan haji dari Nabi Ibrahim dijawab oleh seluruh umat manusia, bahkan manusia yang belum lahir sekali pun, dengan mengucapkan “Labbaikallâhumma labbaik.” Menurut Syekh Wahbah, respons ini adalah sebuah mu'jizat karena Allah sangat berkuasa dalam mengendalikan makhluk yang ada di bumi maupun di langit.


وهذا معجزة خارقة للعادة، فهو سبحانه قادر على إيصال صوت إبراهيم إلى من يشاء في أنحاء الأرض والسماء


Artinya: “Ini adalah sebuah mukjizat luar biasa karena Allah berkuasa untuk menyampaikan seruan Nabi Ibrahim kepada siapa saja yang Dia kehendaki di seluruh penjuru bumi dan langit.” (Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir, Juz IX, halaman 212)


Oleh karena itu, jelas Syekh Wahbah, jawaban dari seruan Nabi Ibrahim ini membuat hati semua umat Islam sangat rindu untuk melihat Ka'bah dan bertawaf di sana. Maka sampai hari ini orang-orang dari berbagai penjuru dunia berduyun-duyun berangkat ke Tanah Suci untuk menjawab seruan tersebut.


Tafsir At-Thabari

Usai menjelaskan seruan Nabi Ibrahim, Imam Thabari dalam kitab tafsirnya menggambarkan sejumlah pendapat terkait seruan Nabi Ibrahim tersebut. Menurut riwayat yang bersumber dari Ibnu Abbas, seruan Nabi Ibrahim ini tidak hanya direspons oleh manusia, tapi seluruh makhluk yang ada di muka bumi.


فاستجاب له ما سَمِعَه مِن شَيْءٍ مِن حَجَرٍ وَشَجَر وَأكمة أو تُراب أوْ شَيْء : لَبَّيْكَ اللَّهُم لبيك


Artinya: “Maka semua yang mendengar seruan Nabi Ibrahim merespons, mulai dari batu, pohon, bukit, debu, dan sebagainya, dengan jawaban:  Labbaika allahumma labbaik” (Ibnu Jarir At-Thabari, Jamî‘ul Bayân ‘an Ta’wilil Qur’an [Kairo, Darul Hadits: 2010] Jilid VIII, halaman 177)


Imam Thabari juga meriwayatkan pendapat Al-Qasim dari Al-Husain yang berkata bahwa setelah mendapatkan perintah dari Allah, Nabi Ibrahim kemudian berdiri di atas maqam-nya dan menyerukan berhaji kepada manusia. Menurut riwayat ini, umat Islam yang bisa menunaikan ibadah haji adalah mereka yang saat itu menjawab seruan Nabi Ibrahim.


Selain itu, Imam Thabari juga menjelaskan, ada sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa kalimat Talbiyah (labbaikallâhumma labbaik) ini adalah kalimat yang diucapkan oleh Nabi Ibrahim. Ketika Nabi Ibrahim mendapat perintah Allah untuk menyeru manusia agar melaksanakan haji. Nabi Ibrahim berkata: “Wahai Tuhanku, apa yang harus kukatakan?” 


Allah kemudian berfirman: “Katakanlah: Labbaika allahuma labbaik.”. Nabi Ibrahim pun kemudian membaca Talbiyah dan itu adalah kalimat Talbiyah pertama yang berkumandang di muka bumi ini.


Dengan demikian, surat al-Hajj ayat 27 ini menjelaskan tentang seruan Nabi Ibrahim kepada umat manusia agar berhaji ke Baitullah. Orang yang beruntung bisa berangkat ke Tanah Suci adalah mereka yang menjawab seruan Nabi Ibrahim tersebut. Maka tidak heran jika banyak umat Islam dari kalangan menengah ke bawah yang bisa menunaikan ibadah haji. Sebaliknya, ada juga dari kalangan menengah ke atas yang tidak kunjung berangkat haji. Wallahu a’lam.


Muhammad Aiz Luthfi, Pengajar di Pesantren Al-Mukhtariyyah Al-Karimiyyah, Subang, Jawa Barat.