Tafsir

Tafsir Surat Ar-Rum Ayat 21: Menelusuri Makna Cinta dan Ketentraman dalam Pernikahan

Kamis, 18 Juli 2024 | 15:15 WIB

Tafsir Surat Ar-Rum Ayat 21: Menelusuri Makna Cinta dan Ketentraman dalam Pernikahan

Tafsir ayat cinta (freepik).

Surat Ar-Rum ayat 21 menjelaskan salah satu tanda kebesaran Allah swt, yaitu penciptaan pasangan laki-laki dan perempuan untuk hidup bersama dalam pernikahan. Manusia diciptakan dengan naluri alami untuk tertarik pada lawan jenisnya. Daya tarik ini mendorong mereka untuk saling mendekat dan menjalin hubungan yang wajar.
 

Puncak dari hubungan ini adalah pernikahan, yang mana laki-laki dan perempuan menemukan pasangan paling cocok dan menarik bagi mereka. Pernikahan yang bahagia memberikan ketenangan hati bagi kedua pasangan, menjadi modal berharga dalam membangun rumah tangga yang harmonis.
 

Rumah tangga yang bahagia membawa ketenangan jiwa dan pikiran, kedamaian dalam tubuh dan hati, serta kehidupan yang stabil dan penuh semangat. Hal ini pada akhirnya mengantarkan kepada kebahagiaan dan ketentraman bagi laki-laki dan perempuan secara menyeluruh.
 

Allah berfirman dalam surat Ar-Rum ayat 21: 
 

وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ
 

Wa min āyātihī an khalaqa lakum min anfusikum azwājal litaskunū ilaihā wa ja‘ala bainakum mawaddataw wa raḥmah(tan), inna fī żālika la'āyātil liqaumiy yatafakkarūn(a).
 

Artinya, "Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah bahwa Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya. Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir."
 

Tafsir Munir Wahbah Zuhaili

Merujuk Syekh Wahbah Zuhaili dalam kitab Tafsir Munir, jilid XXI, halaman 75, surat Ar-Rum ayat 21 menjelaskan salah satu tanda kebesaran Allah adalah penciptaan pasangan-pasangan dari jenis yang sama, yakni laki-laki dengan perempuan. Tujuannya adalah agar manusia dapat saling tertarik, mencintai, dan merasakan ketenangan bersama setelah disatukan dalam pernikahan. Ini merupakan wujud dari rahmat Allah.
 

Dalam proses penciptaan ini, Allah menjadikan pasangan hidup dari jenis yang sama, yakni laki-laki dan perempuan, dengan tujuan agar mereka saling menemukan ketenangan, cinta, dan kasih sayang di antara satu sama lain. Ini adalah tanda-tanda keajaiban penciptaan yang menunjukkan kepada mereka yang mau merenungkan, bahwa segala sesuatu dalam kehidupan ini memiliki keterkaitan yang dalam dan sistem yang luar biasa.
 

والخلاصة: أن الله تعالى حافظ‍ على النوع الإنساني بأمرين: كون الزوج من جنس الرجل، وما تفضي إليه الجنسية وهو السكون إليه، فالجنسية توجب السكون
 

Artinya,  "Kesimpulannya adalah sesungguhnya Allah SWT menjaga dan memelihara keberlangsungan spesies manusia dengan dua hal. Pertama, keberadaan istri yang
berasal dari jenis yang sama dengan jenis si suami, yaitu jenis manusia, dan kedua, yang dihasilkan dari jenis kelamin tersebut yaitu ketenangan bersamanya. Maka, jenis kelamin tersebut menyebabkan ketenangan."
[Syekh Wahbah Zuhaili, Tafsir Munir, [Beirut: Darul Kutub Ilmiyah, jilid XXI, halaman 75].


Penciptaan laki-laki dan perempuan dengan jenis yang sama ini, yakni sama-sama manusia, sebagaimana firman Allah dalam surat At-Taubat ayat 128:
 

لَقَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ
 

Artinya, "Sungguh, benar-benar telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, dan (bersikap) penyantun dan penyayang terhadap orang-orang mukmin."


Manusia, berasal dari tanah, mengandung dalam dirinya karakteristik dan kekayaan alamiah yang tersimpan dalam bumi. Allah swt kemudian menetapkan ikatan perkawinan di antara mereka, dari asal-usul yang sama dan dengan sifat-sifat yang serupa, dengan tujuan agar terbentuk ikatan cinta, kesenangan, dan ketertarikan di antara mereka. Ini adalah untuk menciptakan harmoni, kekeluargaan, dan kedamaian batin bagi mereka. Jiwa manusia cenderung mencari kesesuaian dan kecocokan, dengan maksud dan tujuan yang sejalan, sementara menolak yang berbeda dan bertentangan dengannya.
 

Dengan begitu, ayat ini mengajarkan bahwa hubungan pernikahan tidaklah semata-mata kebetulan, tetapi merupakan bagian dari rencana Ilahi yang penuh hikmah dan tujuan baik bagi manusia. Dalam hubungan ini terdapat pula pembelajaran akan nilai-nilai seperti kasih sayang, pengorbanan, dan keharmonisan, yang semuanya merupakan karunia dan rahmat dari Allah swt  kepada manusia yang mau merenungkan dan memahami tanda-tanda-Nya.
 

Karena itu, ayat ini tidak hanya menggambarkan proses fisik penciptaan dan hubungan antara manusia, tetapi juga mengajak manusia untuk mendalami hikmah dan kebijaksanaan di balik penciptaan dan pengaturan Ilahi ini. Dalam keharmonisan hubungan suami-istri, terdapat cerminan dari cinta dan rahmat Allah swt yang meliputi segala aspek kehidupan manusia, baik dalam aspek fisik maupun spiritual.


Lebih lanjut, Allah juga menanamkan rasa mahabbah, cinta kasih, dan rasa sayang di antara laki-laki dan perempuan agar mereka dapat bersinergi dan saling membantu menghadapi beban dan permasalahan hidup secara bersama-sama. Dengan fondasi ini, rumah tangga dan keluarga terbentuk dengan sistem yang kuat dan kukuh, serta memberikan ketenangan, kedamaian, dan keharmonisan yang sesungguhnya.
 

Hubungan antara laki-laki dan perempuan tidak hanya didasarkan pada kebutuhan fisik atau materi, tetapi juga atas dasar cinta, kasih sayang, dan belas kasihan. Keharmonisan ini dapat timbul dari berbagai faktor, seperti kecocokan, kebutuhan akan perlindungan, dan rasa cinta yang mendalam di antara keduanya.
 

Lebih lanjut, kata [مَّوَدَّةً] yang berarti cinta, menandakan adanya hubungan yang penuh dengan perasaan kasih dan sayang yang tulus. Sementara itu, kata [وَّرَحْمَةً] yang berarti belas kasihan, menunjukkan bahwa hubungan suami istri juga dilandasi oleh rasa belas kasihan dan kepedulian satu sama lain. Kedua elemen ini adalah fondasi utama dalam membangun rumah tangga yang harmonis dan bahagia.
 

وروي معناه عن ابن عباس قال: المودّة: حبّ الرجل امرأته، والرحمة: رحمته إياها أن يصيبها بسوء
 

Artinya, "Dari Ibnu Abbas meriwayatkan maknanya, beliau berkata: "Mawaddah (kasih sayang) adalah cinta seorang laki-laki kepada istrinya, dan rahmah (kasih sayang) adalah rasa kasihannya terhadapnya agar tidak menimpanya sesuatu yang buruk."  (Zuhaili, XXI/75).
 

Ayat ini juga menekankan bahwa tanda-tanda kebesaran Allah ini hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang mau berpikir dan merenung. Bagi mereka yang merenungkan tanda-tanda ini, mereka akan menyadari betapa pentingnya pernikahan dalam kehidupan manusia dan bagaimana Allah telah menetapkan segala sesuatunya dengan bijaksana. Ini mengajarkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah dan memahami makna di balik penciptaan pasangan hidup kita.


Tafsir Thabari

Sementara Abu Ja'far Ibnu Jarir at-Thabari, dalam kitab Jami'ul Bayan, jilid XX, halaman 86 menjelaskan bahwa surah Ar-Rum ayat 21 menyingkap salah satu tanda kebesaran Allah swt, yaitu penciptaan pasangan laki-laki dan perempuan dan dihimpunkannya mereka dalam ikatan pernikahan. Ayat ini mengandung makna indah tentang cinta dan kasih sayang Allah swt kepada hamba-Nya.
 

Pertama, Allah swt menciptakan pasangan dari jenis yang sama, laki-laki dan perempuan, agar manusia menemukan ketenangan dan ketentraman dalam diri pasangannya. Hal ini menunjukkan kasih sayang Allah yang ingin manusia terhindar dari kesepian dan memiliki tempat untuk bersandar dan berbagi suka dan duka.
 

Kedua, Allah swt  menciptakan rasa cinta dan kasih sayang di antara pasangan suami istri. Rasa cinta ini bukan hanya cinta biasa, tetapi cinta yang didasari oleh iman dan taqwa kepada Allah swt. Cinta ini menjadi pondasi utama dalam membangun rumah tangga yang kokoh dan bahagia.
 

Ketiga, Allah swt memberikan rahmat kepada pasangan suami istri yang mampu menjaga dan menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang dalam pernikahan mereka. Rahmat ini berupa kebahagiaan, ketenangan, dan keberkahan dalam kehidupan rumah tangga.
 

Keempat, ayat ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa pernikahan adalah anugerah Allah swt yang patut disyukuri. Kita harus senantiasa menjaga dan menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang dalam pernikahan agar tercipta keluarga yang sakinah mawaddah warahmah.
 

Lebih lanjut, Ayat 21 Surat Ar-Rum menjelaskan salah satu tujuan pernikahan dalam Islam, yaitu tercapainya sakinah, mawaddah warahmah dalam rumah tangga. Ketiga istilah ini saling terkait dan memiliki makna yang mendalam.
 

Mawaddah diartikan sebagai rasa cinta dan kasih sayang yang tumbuh antara suami dan istri. Cinta ini bukan hanya cinta yang membara di awal pernikahan, tetapi cinta yang semakin kuat dan mendalam seiring waktu. Mawaddah mendorong pasangan untuk saling memahami, menghargai, dan mengasihi satu sama lain.
 

Sedangkan rahmah diartikan sebagai kasih sayang dan kelembutan hati yang muncul secara alami dalam hubungan suami istri. Rahmah mendorong pasangan untuk saling membantu, memaafkan, dan bersabar satu sama lain. Rahmah juga melahirkan rasa tanggung jawab untuk saling menjaga dan melindungi.
 

Perpaduan mawaddah dan rahmah menghasilkan sakinah, yaitu ketenangan dan kedamaian dalam rumah tangga. Suasana rumah tangga yang penuh cinta dan kasih sayang, serta saling pengertian dan pengorbanan, akan melahirkan rasa aman dan nyaman bagi seluruh anggota keluarga.
 

Sementara itu, rahmat yang Allah anugerahkan mencakup berkah dan karunia-Nya yang melimpah kepada manusia. Dengan rahmat-Nya, Allah mempermudah manusia untuk membangun hubungan yang harmonis dan penuh berkat, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. 
 

Kehadiran rahmat Allah juga menandakan bahwa cinta yang dijalin dalam mawaddah tidak hanya bersifat duniawi, tetapi juga diberkahi dan dilindungi oleh-Nya, sehingga kehidupan rumah tangga dan kekerabatan dapat menjadi sumber kebahagiaan dan kedamaian yang abadi.
 

وقوله: (وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً) يقول: جعل بينكم بالمصاهرة والختونة مودة تتوادّون بها، وتتواصلون من أجلها، (وَرَحْمَةً) رحمكم بها، فعطف بعضكم بذلك على بعض
 

Artinya, "Dan firman-Nya: '(Dan Dia jadikan di antara kamu rasa kasih sayang dan rahmat). Maksudnya: Dia menjadikan di antara kalian dengan ikatan pernikahan dan hubungan kekerabatan kasih sayang, yang kalian saling mencintai dan berhubungan karena itu, '(dan rahmat)' Dia memberkahi kalian dengan itu, sehingga kalian saling mengasihi satu sama lain." (Ibnu Jarir At-Thabari,  Jami'ul Bayan, [Makkah: Dar Tarbiyah wa Turats, tt], Jilid XX, halaman 86).


Tafsir Abu Laits Samarqandi
 

Sementara itu, Abu Laits Samarqandi dalam kitab Bahrul Ulum, jilid III, halaman 8 menjelaskan, tafsir firman Allah [وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ] , "Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah bahwa Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu" adalah Allah menciptakan bagi manusia pasangan dari jenis manusia. Pasalnya, jika pasangan tersebut tidak dari kalangan manusia, maka akan timbul chaos dan jauh dari rasa aman dan tentram.  
 

ثم قال عزّ وجلّ: وَمِنْ آياتِهِ يعني: من علامات وحدانيته أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ يعني: من جنسكم أَزْواجاً لأنه لو كان من غير جنسه، لكان لا يستأنس بها
 

Artinya, "Kemudian Allah swt berfirman, "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya" (yaitu tanda-tanda keesaan-Nya) "adalah penciptaan-Nya untuk kamu pasangan-pasangan dari jenis kamu sendiri" (yaitu dari jenis kamu sendiri). Karena seandainya pasangan itu dari jenis lain, niscaya tidak akan ada rasa tenteram bersamanya." (Abu Laits Samarqandi. Bahrul Ulum, [Beirut: Darul Kutub Ilmiyah, 1993], jilid III, halaman 8].
 

Adapun ayat "لِّتَسْكُنُوْٓ" ("agar kamu merasa tenteram") dalam Surat Ar-Rum ayat 21 merujuk pada salah satu hikmah pernikahan, yaitu menciptakan ketenangan dan ketentraman bagi pasangan suami istri.
 

Menurut Abu Laits Samarqandi, frasa ini memiliki makna luas daripada sekadar ketenangan fisik. Maksudnya adalah agar hati dan jiwa pasangan suami istri merasa tenang dan damai saat bersama. Hal ini dimungkinkan karena pernikahan menyediakan tempat berlindung yang aman dan penuh kasih sayang, di mana mereka dapat saling menguatkan dan menemukan ketentraman dalam menghadapi berbagai cobaan hidup.
 

Perumpamaan yang digunakan dalam tafsir Bahrul Ulum tersebut adalah seorang pria yang berkelana ke berbagai tempat. Ketika dia jauh dari keluarga, hatinya tidak akan tenang. Namun, ketika dia kembali ke keluarganya, dia akan merasa aman dan damai. Hal ini menunjukkan bahwa pernikahan bagaikan pelabuhan bagi jiwa yang gelisah, di mana mereka dapat menemukan ketenangan dan kedamaian sejati.


لِتَسْكُنُوا إِلَيْها يعني: لتستقر قلوبكم عندها. لأن الرجل إذا طاف البلدان، لا يستقر قلبه، فإذا رجع إلى أهله، اطمأن واستقر
 

Artinya, "Supaya kamu merasa tenteram kepadanya, artinya: supaya hatimu menjadi tenang di sisinya. Karena jika seorang pria berkeliling ke berbagai tempat, hatinya tidak akan tenang, tetapi jika ia kembali kepada keluarganya, ia akan merasa tenteram dan tenang." [(Abu Laits Samarqand, Bahrul Ulum, [Beirut: Darul Kutub Ilmiyah, 1993], jilid III, halaman 8).
 

Dengan demikian, frasa "لِّتَسْكُنُوْٓ" bukan hanya tentang ketenangan fisik, tetapi juga tentang ketenangan jiwa dan hati. Pernikahan yang ideal adalah pernikahan yang mampu mewujudkan ketenangan ini bagi kedua pasangan, sehingga mereka dapat hidup bahagia dan sejahtera bersama.


Sementara itu, ayat [ وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً ۗ] yang berarti "Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang", menggambarkan hubungan harmonis yang diatur oleh Allah swt di antara manusia. Ayat ini menerangkan tentang  cinta dan kasih sayang, khususnya dalam konteks pernikahan antara suami dan istri. Meskipun tidak ada ikatan kekerabatan di antara mereka [suami dan istri] sebelumnya, kemudian Allah swt menanamkan perasaan saling mencintai dalam hati keduanya,  sehingga tercipta ikatan yang kuat dan harmonis.
 

Lebih lanjut, maksud ayat ini, selain dalam hubungan suami istri, cinta dan kasih sayang juga berlaku dalam hubungan sosial yang lebih luas. Misalnya, Allah swt menanamkan rasa cinta dari yang lebih muda kepada yang lebih tua dan rasa kasih sayang dari yang lebih tua kepada yang lebih muda. Hal ini menciptakan keseimbangan dalam hubungan sosial, di mana setiap orang saling menghormati dan menyayangi satu sama lain tanpa memandang usia.


وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً يعني: الحب بين الزوج والمرأة، ولم يكن بينهما قرابة. ويحب كل واحد منهما صاحبه، ويقال: وجعل منكم مودة للصغير على الكبير، ورحمة للكبير على الصغير
 

Artinya, "Dan Dia menjadikan di antara kalian rasa cinta dan kasih sayang, yang berarti cinta antara suami dan istri, meskipun tidak ada hubungan kekerabatan di antara mereka. Masing-masing dari mereka mencintai pasangannya. Dan dikatakan: Dia menjadikan di antara kalian rasa cinta dari yang lebih muda kepada yang lebih tua, dan kasih sayang dari yang lebih tua kepada yang lebih muda." (Samarqandi, III/8).
 

Kesimpulannya, ayat وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً menekankan pentingnya cinta dan kasih sayang dalam hubungan antar manusia, khususnya dalam pernikahan. Cinta dan kasih sayang ini merupakan anugerah dari Allah swt dan menjadi kunci kebahagiaan dan keharmonisan dalam kehidupan.



Ustadz Zainuddin Lubis, Pegiat Kajian Islam Tinggal di Ciputat