Tasawuf/Akhlak

Keutamaan Menahan Diri saat Marah dalam Islam

Kam, 25 Mei 2023 | 11:30 WIB

Keutamaan Menahan Diri saat Marah dalam Islam

Keutamaan Menahan Diri saat Marah dalam Islam. (Foto: NU Online/Freepik)

Islam memberikan perhatian pada sikap marah pada diri manusia. Islam tidak melarang manusia untuk marah karena perasaan marah merupakan sesuatu yang manusiawi. Hanya saja Islam memberikan keutamaan bagi mereka yang dapat menahan dan mengendalikan diri ketika marah, berang, gusar, dan naik pitam.


Imam Al-Ghazali di dalam Kitab Ihya Ulumiddin mengutip Surat Al-Fatah ayat 26 di mana Allah mencela kesombongan orang kafir sebagai kesombongan jahiliyah yang berasal dari perasaan marah yang batil. Sebaliknya, Allah memuji umat Islam karena ketenangan diri yang Allah turunkan kepada orang-orang yang beriman.


إِذْ جَعَلَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ فِى قُلُوبِهِمُ ٱلْحَمِيَّةَ حَمِيَّةَ ٱلْجَٰهِلِيَّةِ فَأَنزَلَ ٱللَّهُ سَكِينَتَهُۥ عَلَىٰ رَسُولِهِۦ وَعَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ


Artinya, “Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan Jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang yang beriman,” (Surat Al-Fatah ayat 26).


Imam Al-Ghazali juga mengutip beberapa hadits perihal keutamaan menahan diri ketika marah. (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439-1440 H], juz III, halaman 133).


1. Amalan sedikit yang sangat penting.


وروى أبو هريرة أن رجلا قال يا رسول الله مرني بعمل وأقلل قال لَا تَغْضَبْ ثم أعاد عليه فقال لَا تَغْضَبْ


Artinya, “Sahabat Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwa seorang sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah, perintahkan aku sebuah amalan dan sedikit saja?’ ‘Tahan marah,’ jawab Rasulullah saw. Ia pun mengulangi permintaannya. Rasul pun menjawab, ‘Tahan marah,’” (HR Bukhari).


2. Amalan sedikit yang penting untuk dipegang.


وقال ابن عمر قلت لرسول الله صلى الله عليه و سلم قل لي قولا وأقلله لعلي أعقله فقال لَا تَغْضَبْ فأعدت عليه مرتين كل ذلك يرجع إلى لَا تَغْضَبْ


Artinya, “Sahabat Ibnu Umar ra bertanya, ‘Wahai Rasulullah, katakan padaku sebuah perintah dan sedikit saja agar dapat kupegang?’ ‘Tahan marah,’ jawab Rasulullah saw. ‘Kuulangi lagi dua kali.’ Setiap pertanyaan Rasulullah saw kembali menjawab, ‘Tahan marah,’” (HR Abu Ya‘la).


3. Menyelamatkan dari murka Allah.


وعن عبد الله بن عمرو أنه سأل رسول الله صلى الله عليه و سلم ماذا ينقذني من غضب الله قال لَا تَغْضَبْ


Artinya, “Dari Abdullah bin Amr ra bahwa ia bertanya kepada Rasulullah saw, ‘(Wahai Rasulullah), apa yang dapat menyelamatkanku dari murka Allah?’ ‘Tahan marah,’ jawab Rasulullah saw,” (HR At-Tabarani dan Ibnu Abdil Barr).


4. Orang kuat dan perkasa yang sejati.


وقال ابن مسعود قال النبي صلى الله عليه و سلم مَا تَعُدُّوْنَ الصُّرْعَةَ فِيْكُمْ قلنا الذي لا تصرعه الرجال قال لَيْسَ ذَلِكَ وَلَكِنَّ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَه عِنْدَ الغَضَبِ


Artinya, “Ibnu Mas’ud ra berkata, Rasulullah saw bertanya, ‘Apa yang kalian pikirkan tentang tarung?’ kami menjawab, ‘Orang yang tidak terkalahkan dikeroyok beberapa orang.’ ‘Bukan itu, tapi petarung sejati ialah orang yang mengendalikan dirinya ketika marah,’ jawab Rasulullah saw,” (HR Muslim).


Adapun berikut ini hadits serupa riwayat Muttafaq Alaih:

 
وقال أبو هريرة قال النبي صلى الله عليه و سلم لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُّرْعَةِ وَإِنَّمَا الشَّدِيْدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَه عِنْدَ الغَضَبِ


Artinya, “Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah saw bertanya, ‘Seseorang disebut sebagai kuat perkasa bukan karena duel. Orang yang kuat perkasa ialah orang yang mengendalikan diri ketika marah,’” (HR Muttafaq).


5. Ditutupi aurat dan kekurangan.


وقال ابن عمر قال النبي صلى الله عليه و سلم مَنْ كَفَّ غَضَبَه سَتَرَ اللهُ عَوْرَتَه


Artinya, “Sahabat Ibnu Umar ra berkata, Rasulullah saw bersabda, ‘Siapa yang menahan marahnya, niscaya Allah akan menutupi auratnya,’” (HR Ibnu Abid Dunia).


6. Mengantarkan ke surga.
 

وقال أبو الدرداء قلت يا رسول الله دلني على عمل يدخلني الجنة قال لَا تَغْضَبْ


Artinya, “Sahabat Abud Darda ra bertanya, ‘Wahai Rasulullah, tunjukkan pada amalan yang dapat mengantarkan ke surga?’ ‘Tahan marah,’ jawab Rasulullah saw,” (HR Ibnu Abid Dunia dan At-Thabarani).


7. Menjauhkan dari murka Allah.


وقال له رجل أي شيء أشد على الله قال غضب الله قال فما يبعدني عن غضب الله قال لَا تَغْضَبْ 


Artinya, “Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah saw, ‘Dosa apa yang besar di sisi Allah?’ ‘Membuat murka Allah,’ jawab Nabi Muhammad saw. Ia bertanya lagi, ‘Apa yang dapat menjauhkanku dari murka-Nya?’ ‘Tahan marah,’ jawab Rasulullah saw,” (HR Ahmad).


Pengendalian diri ketika marah atau kecewa sangat penting. Energi kemarahan harus dikondisikan sehingga tidak mendorong kita pada tindakan kalap, lupa diri, gelap mata, atau tindakan destruktif lain yang tentu saja mendatangkan mafsadat pribadi maupun umum baik di dunia maupun di akhirat. Wallahu a’lam.


Alhafiz Kurniawan, Redaktur Keislaman NU Online