Mengapa Rasulullah Menjadi Pemimpin Terbaik Sepanjang Sejarah?
Selasa, 17 September 2024 | 12:00 WIB
Siti Amiratul Adibah
Kolomnis
Rasulullah merupakan sosok teladan dalam berbagai aspek kehidupan, tak terkecuali sebagai seorang pemimpin. Kepemimpinan beliau bahkan bukan hanya diakui oleh orang-orang Islam saja, melainkan juga diakui oleh tokoh-tokoh non-Muslim, seperti salah satu ilmuwan Amerika Serikat Michael Hart.
Pada tahun 1978, Hart menulis sebuah buku berjudul The 100: A Ranking of The Most Influential Persons in History, yang menceritakan tentang 100 orang yang paling berpengaruh dalam sejarah dunia. Dalam buku tersebut, ia menempatkan Rasulullah SAW pada peringkat pertama sebagai orang yang paling berpengaruh, meskipun Hart adalah seorang Yahudi.
Tulisan Hart yang menempatkan Rasulullah sebagai manusia yang paling berpengaruh ini menjadi salah satu bukti keteladanan Rasulullah SAW dalam kepemimpinan. Oleh karena itu, sudah sepatutnya sebagai umat Muslim, kita mencontoh Rasulullah dalam hal kepemimpinan.
Rasulullah sendiri memiliki 4 sifat yang menjadi karakternya sebagai nabi dan rasul. Keempat sifat ini juga dimiliki oleh setiap rasul dalam memimpin umatnya. Sifat-sifat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Shiddiq
Shiddiq dalam bahasa Arab berarti benar atau jujur. Rasulullah SAW dikenal sebagai sosok yang sangat jujur, bahkan sejak memasuki dunia perniagaan, sebelum menjadi rasul. Kejujurannya membangun kepercayaan dan relasi kuat dengan berbagai kalangan.
2. Amanah
Amanah berarti dapat dipercaya. Sifat ini sangat berkaitan dengan karakter Rasulullah yang selalu berkata jujur. Karena kejujuran beliau, Rasulullah menjadi orang yang bisa dipercaya oleh banyak orang, dan dijuluki sebagai "al-Amin" atau orang yang dapat dipercaya.
3. Tabligh
Tabligh berarti menyampaikan. Rasulullah SAW selalu menyampaikan apa yang seharusnya beliau sampaikan. Dalam berdakwah, beliau selalu menyampaikan semua yang diperintahkan oleh Allah tanpa menyembunyikannya.
4. Fathanah
Rasulullah SAW dikenal sebagai sosok yang sangat cerdas, dan kecerdasan ini tercermin dari cara beliau menyelesaikan konflik peletakan Hajar Aswad. Meskipun saat itu beliau belum diangkat sebagai rasul, kecermatannya dalam mencari solusi menunjukkan keteladanan sebagai pemimpin yang mampu menyelesaikan masalah umat dengan bijak dan adil.
Keempat poin di atas adalah sifat wajib bagi setiap nabi dan rasul. Dalam akidah Ahlussunnah wal Jama'ah, terdapat 50 prinsip ('Aqaidul Khamsin) yang harus diyakini oleh setiap Muslim. Empat di antaranya adalah keyakinan pada sifat-sifat rasul yang telah dipaparkan di atas. (Muhammad al-Fudhali, Kifayatul Awam, [Beirut: Darul Kutub 'Ilmiyah, 2008], halaman 44).
Sifat Rasulullah SAW sebagai Pemimpin
Selain keempat karakter wajib Rasulullah sebagai seorang nabi dan rasul tersebut, Rasulullah juga mencontohkan karakter lain sebagai seorang pemimpin dalam menghadapi umatnya. Di antara karakter tersebut adalah sebagai berikut:
1. Terbuka mendengarkan pendapat orang lain
Meski Nabi Muhammad merupakan utusan yang menerima pengetahuan langsung dari Allah, beliau tidak melarang para sahabatnya untuk mengungkapkan pendapat mengenai persoalan yang sedang dihadapi. Sebagaimana yang digambarkan oleh Imam Ibn Katsir di dalam Tafsir al-Quranil 'Azhim:
وَالْمَعْرُوفُ أن رسول الله صلى الله عليه وسلم لَمَّا سَارَ إِلَى بَدْرٍ، نَزَلَ عَلَى أَدْنَى مَاءٍ هُنَاكَ أَيْ: أَوَّلِ مَاءٍ وَجَدَهُ، فَتَقَدَّمَ إِلَيْهِ الْحُبَابُ بْنُ الْمُنْذِرِ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، هَذَا الْمَنْزِلُ الَّذِي نَزَلْتَهُ مَنْزِلٌ أَنْزَلَكَهُ اللَّهُ فَلَيْسَ لَنَا أَنْ نُجَاوِزَهُ، أَوْ مَنْزِلٌ نَزَلْتَهُ لِلْحَرْبِ وَالْمَكِيدَةِ؟ فَقَالَ: بَلْ مَنْزِلٌ نَزَلْتُهُ لِلْحَرْبِ وَالْمَكِيدَةِ". فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ هَذَا لَيْسَ بِمَنْزِلٍ، وَلَكِنْ سِرْ بِنَا حَتَّى نَنْزِلَ عَلَى أَدْنَى مَاءٍ يَلِي الْقَوْمَ وَنُغَوِّرُ ما وراءه من القلب وَنَسْتَقِي الْحِيَاضَ فَيَكُونُ لَنَا مَاءٌ وَلَيْسَ لَهُمْ مَاءٌ. فَسَارَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَفَعَلَ كَذَلِكَ
Artinya, "Umum diketahui bahwa ketika Rasulullah SAW dalam perjalanan menuju Perang Badar, beliau berhenti di dekat mata air terdekat, yaitu mata air pertama yang beliau temui. Lalu Hubab bin Mundzir mendekati Rasulullah SAW dan berkata, 'Wahai Rasulullah, apakah tempat ini adalah lokasi yang Allah perintahkan kepada Anda untuk ditempati, sehingga kita tidak boleh melewatinya, atau ini adalah tempat yang Anda pilih untuk strategi perang dan taktik?'
Rasulullah menjawab, 'Tempat ini aku pilih untuk strategi perang dan taktik.'
Hubab kemudian berkata, 'Wahai Rasulullah, tempat ini tidak ideal. Sebaiknya kita bergerak ke mata air yang lebih dekat dengan kaum musyrikin, lalu kita keringkan sumur-sumur lainnya sehingga kita memiliki air sementara mereka tidak.' Rasulullah SAW pun bergerak dan melaksanakan saran Hubab bin Mundzir." (Tafsir Al-Quranil Azhim, [Beirut: Darul Kutub al-‘Ilmiyah, 1997], jilid IV, hal. 20-21).
Kisah di atas menggambarkan bahwa sebagai pemimpin, Rasulullah memberikan kesempatan kepada para sahabat untuk menyuarakan pendapat. Menjadi pemimpin tidak membuat beliau bersikap egois atau merasa paling benar.
Rasulullah SAW menunjukkan bahwa seorang pemimpin yang baik tidak hanya memaksakan kehendaknya, tetapi juga mendengarkan pandangan orang lain, terutama mereka yang memiliki keahlian atau pengetahuan yang relevan.
Meskipun memiliki otoritas tertinggi, Rasulullah tidak bersikap sombong atau mengabaikan saran dari pengikutnya, melainkan dengan rendah hati menerima masukan yang lebih baik.
2. Komunikatif
Rasulullah SAW memiliki kemampuan komunikasi yang baik dalam setiap tutur kata atau pun perbuatannya. Beliau selalu menyampaikan firman Allah dan ajaran Islam dengan bahasa yang lembut dan disesuaikan dengan lawan bicaranya, sehingga bisa langsung menyentuh hati dan pikiran pendengar.
Hal ini membuat setiap ajaran Rasulullah bisa diterima oleh berbagai kalangan. Kemampuan komunikasi yang baik ini pula yang membuat Rasulullah SAW mampu mengajak banyak orang agar mengikuti jalan yang benar. Salah satu contoh komunikasi efektif yang dilakukan Rasulullah diriwayatkan oleh Aisyah RA:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْرُدُ سَرْدَكُمْ هَذَا وَلَكِنَّهُ كَانَ يَتَكَلَّمُ بِكَلَامٍ بَيْنَهُ فَصْلٌ يَحْفَظُهُ مَنْ جَلَسَ إِلَيْهِ
Artinya, “Dari ‘Aisyah, dia berkata, ‘Rasulullah SAW tidak pernah berbicara dengan terburu-buru seperti pembicaraan kalian ini, akan tetapi beliau berbicara dengan penjelasan yang terperinci dan dapat dihafal oleh orang yang duduk bersamanya.’” (HR At-Tirmidzi).
Hadits ini menunjukkan bagaimana Rasulullah SAW berbicara dengan tenang, jelas, dan teratur, serta tidak terburu-buru. Beliau memilih kata-kata yang tepat, memberikan jeda di antara pembicaraannya, sehingga siapa pun yang mendengarnya dapat dengan mudah memahami dan mengingat apa yang beliau sampaikan.
3. Memiliki empati dan kecintaan kepada umat
Rasulullah merupakan sosok pemimpin yang sangat cinta dan peduli kepada umatnya. Kecintaan dan kepedulian inilah yang membuat setiap keputusan yang diambil menjadi bijaksana, karena beliau selalu mempertimbangkan kepentingan umat, bukan hanya satu kelompok.
Contoh luar biasa dari kecintaan Rasulullah SAW terlihat saat sakaratul maut. Dalam detik-detik terakhir hidupnya, beliau masih memikirkan umatnya, dan kata-kata terakhir yang keluar dari lisan mulia beliau adalah, "Umatku, umatku, umatku." (Muslim, Shahih Muslim, [Kairo: Mathba’ah ‘Isa wa Syurakah, 1955], jilid I, hal. 191).
Berdasarkan berbagai sifat Rasulullah ini, kita dapat mempelajari bahwa pemimpin yang baik dapat memberikan maslahat kepada umatnya. Pemimpin yang baik mau menerima kritik, bermusyawarah, bisa menerima pendapat orang lain, dan mampu memimpin umatnya dengan kejujuran, kecerdasan, serta menyampaikan kebenaran untuk menuju kebaikan. Wallahu a'lam.
Ustadzah Siti Amiratul Adibah, Mahasiswa Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang dan Alumnus Ponpes As'ad Jambi dan Ma'had Aly Situbondo
Terpopuler
1
Temui Menkum, KH Ali Masykur Musa Umumkan Keabsahan JATMAN 2024-2029
2
Baca Doa Ini untuk Lepas dari Jerat Galau dan Utang
3
Cara KH Hamid Dimyathi Tremas Dorong Santri Aktif Berbahasa Arab
4
Jadwal Lengkap Perjalanan Haji 2025, Jamaah Mulai Berangkat 2 Mei
5
Apel Akbar 1000 Kader Fatayat NU DI Yogyakarta Perkuat Inklusivitas
6
Pengurus Ranting NU, Ujung Tombak Gerakan Nahdlatul Ulama
Terkini
Lihat Semua