Tasawuf/Akhlak

Muhasabah, Introspeksi Diri di Ujung Waktu

Rab, 30 Desember 2020 | 09:15 WIB

Muhasabah, Introspeksi Diri di Ujung Waktu

Orang yang bijak, kata Imam Al-Ghazali, seyogianya melakukan muhasabah atau introspeksi diri pada pagi dan sore hari; awal dan akhir pekan; dan awal serta di pengujung tahun.

Muhasabah atau introspeksi merupakan sejenis saktah (diam sejenak) untuk menengok apa yang sudah kita lakukan. Muhasabah atau introspeksi penting dilakukan untuk memeriksa kembali dan menilai apa yang sudah kita lakukan.


Muhasabah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai introspeksi atau mawas diri, yaitu peninjauan atau koreksi terhadap (perbuatan, sikap, kelemahan, kesalahan, dan sebagainya) diri sendiri.


Waktu Muhasabah atau Introspeksi Diri

Imam Al-Ghazali dalam karyanya, Ihya Ulumiddin, mengupas hakikat muhasabah atau introspeksi diri selain menyebutkan keutamaannya. Imam Al-Ghazali menganjurkan seseorang mengalokasikan waktu untuk muhasabah atau introspeksi diri pada pagi hari. (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M], juz IV, halaman 420).


اعلم أن العبد كما يكون له وقت في أول النهار يشارط فيه نفسه على سبيل التوصية بالحق فينبغى أن يكون له في آخر النهار ساعة يطالب فيها النفس ويحاسبها على جميع حركاتها وسكناتها


Artinya, “Ketahuilah, seorang hamba sebagaimana menyediakan waktu pada awal hari untuk menentukan syarat yang berat bagi dirinya sebagai nasihat pada kebenaran seyogianya menyediakan waktu pada ujung hari untuk ‘menuntut’ dan ‘mengadili’ dirinya baik gerak maupun diamnya,” (Imam Al-Ghazali, 2018 M: IV/420).


Pada kesempatan tersebut, seseorang menetapkan syarat yang berat untuk dirinya untuk mengingatkannya pada kebenaran. Muhasabah atau introspeksi diri di awal waktu penting, kata Imam Al-Ghazali, untuk merencanakan kebaikan-kebaikan dan meneguhkan komitmen pada kebaikan serta menjauhi keburukan.


Pada akhir waktu, Imam Al-Ghazali juga menganjurkan seseorang untuk melakukan muhasabah atau introspeksi diri. Muhasabah di akhir waktu cukup penting sebagai sebuah kesempatan seseorang untuk mengintrospeksi semua perbuatan dirinya, baik diam maupun geraknya. (Imam Al-Ghazali, 2018 M: IV/420).


Dengan demikian, muhasabah atau introspeksi diri sama pentingnya di awal dan di akhir waktu. Imam Al-Ghazali menganjurkan siapa saja untuk melakukan muhasabah atau introspeksi diri secara harian, mingguan, bulanan, dan tahunan.


Orang yang bijak, kata Imam Al-Ghazali, seyogianya melakukan muhasabah atau introspeksi diri pada pagi dan sore hari; awal dan akhir pekan; dan awal serta di pengujung tahun. Jadi, tidak ada ketentuan bahwa muhasabah atau introspeksi diri hanya dilakukan pada akhir tahun karena muhasabah atau introspeksi diri dilakukan harian, mingguan, bulanan, dan tahunan.


Imam Al-Ghazali mengajak kita untuk menengok dunia para pedagang dan koleganya yang kerap melakukan muhasabah atau introspeksi diri pada ujung hari, akhir bulan, dan akhir tahun untuk mendapatkan keuntungan, mengantisipasi kemungkinan kerugian, atau sekadar mengantisipasi luputnya kesempatan keuntungan.


Kalau para pedagang saja memikirkan dengan cermat dan telaten untung dan rugi, bagaimana orang bijak tidak melakukan muhasabah atau introspeksi diri baik lahir maupun batin yang berkaitan dengan kebinasaan dan kebahagiaan yang menjadi nasibnya di akhirat kelak.


Peremehan atas muhasabah atau introspeksi diri, kata Imam Al-Ghazali, hanya lahir dari kelalaian, kehinaan, dan kurangnya taufik dari Allah SWT. Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)