Tasawuf/Akhlak

Pembiasaan Laku Tirakat sebagai Solusi Masalah Kehidupan

Jum, 9 September 2022 | 15:00 WIB

Pembiasaan Laku Tirakat sebagai Solusi Masalah Kehidupan

Laku tirakat sebagai solusi masalah kehidupan.

Tirakat menurut KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah menahan hawa nafsu (seperti berpuasa, berpantang). Sedangkan dalam khazanah pesantren tirakat diserap dari kata thariqah yang berarti jalan. Thariqah, tarekat, dan selanjutnya menjadi tirakat mempunyai arti tata cara atau jalan untuk mendekatkan diri pada Allah swt.
 

Dalam dunia pesantren tirakat bukanlah kata yang asing, bahkan sangat familiar dan menjadi laku spiritual para santri, agar mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan berguna bagi dirinya, dan umumnya bagi masyarakat luas.


Tirakat biasanya identik dengan menjalankan puasa dan menahan lapar, disertai menjalankan amalan-amalan yang diijazahkan oleh para masyayikh atau kiai seperti doa, shalawat atau bahkan hizib.


Kehidupan masyarakat dewasa ini dengan segala problematikanya, bentuk kejahatan dan kemaksiatan yang semakin tak terkendali, bahkan sampai kenakalan remaja yang beragam, sangat membutuhkan solusi. Kiranya, pembiasaan tirakat menjadi salah satu solusi dan jalan keluar untuk memperbaiki kembali moral masyarakat modern kita.


Tirakat ala Nabi Muhammad saw

Tirakat yang sudah jamak diketahui adalah puasa. Puasa merupakan senjata dan benteng yang sangat ampuh untuk mengendalikan semua bentuk hawa nafsu dan kemaksiatan. Nabi Muhammad saw dengan tegas menyatakan:


عَنْ عَبْدِاللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ: قَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ، وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ؛ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ


Artinya, “Dari Abdullah bin Mas'ud: “Rasulullah saw mengatakan kepada kami: ‘Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian mempunyai kemampuan untuk menikah maka menikahlah, karena sesungguhnya menikah lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih membentengi kemaluan; dan barangsiapa tidak mempunyai kemampuan untuk menikah maka hendaklah ia berpuasa, karena sesungguhnya puasa menjadi benteng bagi dirinya.” (Muttafaqun ‘Alaih)


Hadits di atas dengan tegas mengatakan, “Berpuasalah hai para remaja untuk membentengi diri kalian dari segala bentuk hawa nafsu dan kemaksiatan.” 

 

Tirakat dan Kenakalan Remaja

Sering kita lihat, kasus kenakalan remaja berupa pergaulan bebas, tawuran, bahkan sampai pada level pembunuhan, kerap terjadi. Tentu di antara sebabnya adalah karena tidak terpenuhinya pendidikan yang mengajarkan cara mengolah dan mengendalikan hawa nafsu. 


Tirakat menurut Imam Al-Ghazali

Berkaitan hal itu Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya' Ulumiddin mengatakan:


ان المقصود من الصوم التخلق بخلق من أخلاق الله عز وجل وهو الصمدية والاقتداء بالملائكة في الكف عن الشهوات بحسب الإمكان. فإنهم منزهون عن الشهوات
 

Sesungguhnya tujuan dari puasa adalah berakhlak dengan salah satu akhlak Allah swt, yaitu dengan bersandar dan mengikuti malaikat dalam hal mencegah hawa nafsu sedapat mungkin, karena para malaikat suci dari segala bentuk hawa nafsu. (Al-Ghazali, Ihya' Ulumiddin, [Jeddah, Al-Haramain], juz I, halaman 237).


Selain itu, Imam Al-Ghazali menerangkan bahwa di dalam perut yang lapar, dalam hal ini puasa, mempunyai beberapa faedah, sebagaimana dikatakannya:


الفائدة الخامسة وهي من أكبر الفوائد كسر شهوات المعاصي كلها والاستيلاء على النفس الأمارة بالسوء فإن منشأ المعاصي كلها الشهوات والقوى ومادة القوى والشهوات لا محالة الأطعمة فتقليلها يضعف كل شهوة وقوة


Artinya, “Faedah kelima yang paling besar dari perut lapar yaitu dapat memecah semua syahwat kemaksiatan, serta dapat mengendalikan hawa nafsu yang condong pada keburukan. Sesungguhnya penyebab tumbuhnya semua kemaksiatan adalah syahwat dan kekuatan. Sedangkan bahan kekuatan dan syahwat tidak lain hanyalah makanan. Maka dengan sedikit makan akan dapat melemahkan semua syahwat dan kekuatan. (Al-Ghazali, Ihya', juz III, halaman 81).


Kiranya keterangan Imam Al-Ghazali bisa menjadi dasar bagi masyarakat untuk melakukan amalan tirakat khususnya puasa. 


Tirakat puasa seperti yang diajarkan oleh Rasulullah saw bisa dilakukan dengan puasa Senin Kamis, atau puasa sunah lainnya. 


Tirakat puasa ini seperti ini menjadi solusi pendidikan hati yang dapat meminimalisir dan mengendalikan kenakalan remaja, seks bebas, kemaksiatan lainnya, seiring pesan al-Ghazali: 


وإنما السعادة كلها في أن يملك الرجل نفسه والشقاوة في أن تملكه


Artinya, “Sesungguhnya semua kebahagiaan terletak pada orang yang mampu mengendalikan nafsunya, sedangkan kesengsaraan terletak pada orang yang dikuasai oleh nafsunya sendirinya." Wallahul musta’an. (Al-Ghazali, Ihya', juz III, halaman 81). 

 

Ustadz Zuhad Abdillah, Alumni Pondok Pesantren Tremas Pacitan