Tasawuf/Akhlak

Pola dan Cara Makan Rasulullah (2) 

Rab, 28 Agustus 2019 | 13:30 WIB

Pola dan Cara Makan Rasulullah (2) 

Jangan mencela makanan, serakah, bermewah-mewah, atau kotor ketika hendak makan!

Pada tulisan sebelumnya telah dijelaskan tujuh pola dan cara makan yang diteladankan Rasulullah. Beberapa poin yang dianjurkan antara lain tentang sikap bijak memperlakukan perut, tidak tamak terhadap makanan, serta posisi yang baik dan etika sosial saat makan. Dalam kesempatan ini, ulasan serupa akan dipaparkan sebagai kelanjutan dari keterangan tersebut.
 
Kedelapan, duduklah dengan rendah hati dan makanlah dari bagian pinggir makanan. Abdullah ibn Basar meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ memiliki sebuah mangkuk besar yang disebut dengan al-gharrâ’ dan cukup untuk dipakai makan oleh berempat. Usai shalat dhuha dan setelah mangkuk diisi makanan, sejumlah sahabat berkerumun di sekitar mangkuk tersebut, dan Rasulullah ﷺ pun terlihat duduk berlutut. 
 
Seorang Arab pedesaan bertanya, “Duduk apa ini?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah menjadikanku sebagai hamba yang mulia dan tidak menjadikanku sebagai hamba yang sombong dan penentang.” Setelah itu beliau memerintah para sahabat, “Makanlah makanan yang ada di pinggir mangkuk ini dan biarkanlah bagian tengahnya. Dengan begitu, makanan itu akan berkah” (HR Abu Dawud). 
 
Kesembilan, membasuh kedua tangan sebelum makan. Siti ‘Asiyah meriwayatkan bahwa ketika hendak tidur dalam keadaan junub, Rasulullah ﷺ selalu berwudhu; dan sewaktu hendak makan, beliau selalu mencuci tangan (HR al-Nasai dan Ahmad). 
 
Kesepuluh, jangan pernah mencela makanan. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ sama sekali tidak pernah mencela makanan. Jika menyukai suatu makanan, beliau memakannya. Namun ketika tidak menyukainya, beliau meninggalkannya. (HR al-Bukhari). 
 
Kesebelas, Rasulullah melarang makan atau minum dalam wadah emas atau perak. Dalam kaitan ini, Hudzaifah menyebutkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Janganlah kalian minum dalam wadah emas atau perak. Janganlah pula kalian makan dalam wadah emas atau perak. Jangan memakai pakaian berbahan sutera, sebab sutera adalah pakaian mereka (orang-orang kufur) di dunia, tapi pakaian kalian di akhirat” (HR al-Bukhari). 
 
Keduabelasmembaca basmalah sebelum makan. Dan jika lupa membacanya, bacalah di saat ingat. Ibnu Mas‘ûd meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda, “Siapa yang lupa mengucap nama Allah sebelum makan, maka bacalah setelah ingat, bismillâhi fî awwalihi wa âkhirihî, sebab doa itu menyambut makanan yang baru dan mencegah keburukan yang menimpa makanan yang masuk” (HR Ibnu Hibban). 
 
Siti ‘Aisyah meriwayatkan, Rasulullah ﷺ pernah makan bersama keenam sahabatnya. Tiba-tiba datanglah seorang warga Arab pedesaan. Akibatnya beliau hanya makan dua suap saja. Beliau lantas bersabda, “Seandainya dia membaca basmalah, tentu makanan itu cukup bagi kalian.” 
 
Ketigabelas, Rasulullah ﷺ juga selalu makan dan minum dengan tangan kanannya. Hafshah meriwayatkan bahwa beliau menggunakan tangan kanannya untuk makan, minum, wudhu, berpakaian, mengambil sesuatu, memberi sesuatu, dan menggunakan tangan kirinya untuk selain itu (HR Ahmad). 
 
Jabir juga meriwayatkan, Rasulullah ﷺ melarang makan dan minum menggunakan tangan kiri.. Dalam riwayat al-Akwa‘ disebutkan ada seorang pria yang makan dengan tangan kirinya di hadapan Rasulullah ﷺ Beliau pun langsung menegur, “Makanlah dengan tangan kananmu.” Pria itu menjawab, “Aku tidak bisa.” Beliau menjawab, “Tidak. Engkau sesungguhnya mampu. Sebab, tidak ada yang menghalangi hal itu kecuali kesombongan.” Namun, sang pria tetap menggunakan tangan kirinya. Beliau akhirnya bersabda, “Jika salah seorang kalian makan, maka makanlah dengan tangan kanan. Jika minum, maka minumlah dengan tangan kanan. Sesungguhnya setan, selalu makan dan minum dengan tangan kiri” (HR Muslim).
 
Keempatbelas, makan dengan tiga jari. Dalam kaitan ini, Ka‘b ibn Mâlik meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ biasanya makan dengan tiga jari (HR Muslim). 
 
Menurut Ibnu Hajar tiga jari yang dimaksud adalah ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah. Kemudian, Ibnu al-Qayyim menjelaskan, Rasulullah ﷺ selalu makan dengan tiga jarinya dan cara ini lebih baik. Sebab, makan dengan banyak jari atau dengan dua jari tidak memberikan kenikmatan kepada pelakunya, tidak pula memberikan rasa kenyang kecuali setelah waktu lama. Selain itu, makan dengan lima jari, misalnya, membuat makanan yang diambil terlalu banyak atau penuh, sehingga tidak memberikan rasa nikmat dan nyaman. Karenanya, cara makan yang paling baik adalah cara makan ala Rasulullah ﷺ dan orang-orang yang mengikutinya, yakni dengan tiga jari ( Asyraf al-Wasail, hal. 204; dan Jadul Maad, jilid 4, hal. 322). 
 
Kelimabelas, tidak mengambil bagian pucuk makanan. Dalam riwayat Salmâ disebutkan, Rasulullah ﷺ tidak suka diambilkan pucuk makanan. Kemudian, seorang pelayan Rasulullah ﷺ bernama ‘Umar ibn Abu Salamah mengisahkan, “Sewaktu aku menjadi pelayan di rumah beliau, tanganku tak sengaja merogoh mangkuk. Beliau lalu menegurku, ‘Wahai sang pelayan, sebutlah nama Allah. Makanlah dengan tangan kananmu. Dan makanlah makanan yang ada di dekatmu” (HR al-Bukhari). Ibnu ‘Abbas juga meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Keberkahan itu turun di tengah makanan. Karenanya, makanlah di pinggir-pinggirnya, jangan tengah-tengahnya” (Abu Dawud dan al-Tirmidzi). 
 
Keenambelas, Rasulullah ﷺ mengajarkan agar makan makanan sampai habis. Anas meriwayatkan, “Rasulullah ﷺ memerintah kami untuk tidak menyisakan makanan di wadah. Sebab, beliau pernah menyampaikan, ‘Sesungguhnya kalian tidak tahu pada makanan manakah keberkahan itu berada,’” (HR Al-Tirmidzi). 
 
Ketujuhbelas, mengambil makanan yang terjatuh. Jabir meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Ketika suapmu terjatuh, ambillah. Buanglah kotoran yang ada padanya. Dan janganlah engkau menyisakannya untuk setan” (HR Muslim). 
 
Kedelapanbelas, tidak bersendawa di saat makan. Ibnu ‘Umar meriwayatkan, ada seorang pria yang bersendawa di hadapan Nabi ﷺ Beliau lalu menegurnya, “Hentikan serdawamu. Sebab orang yang paling sering kenyangnya di dunia adalah orang yang paling lama laparnya di hari Kiamat,” (HR al-Tirmidzi dan Ibnu Majah). 
 
Kesembilanbelas, di antara petunjuk Nabi ﷺ adalah menunggu makanan yang panas sampai dingin. Ketika memberi kuah suatu makanan, Asma binti Abu Bakar selalu menunggu rasa panas dan asapnya menghilang. Kemudian, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Cara itu adalah cara yang lebih agung untuk memperoleh keberkahan,’” (HR Ahmad). (Lihat: Abdul Basith Muhammad al-Sayyid, al-I’jâz al-‘Ilmi fî al-Tasyrî‘ al-Islâmî, [Darul Kutub: Beirut], hal. 359). 
 
Bersambung ...
 
Ustadz M. Tatam Wijaya, Alumni PP Raudhatul Hafizhiyyah Sukaraja-Sukabumi, Pengasuh Majelis Taklim “Syubbanul Muttaqin” Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat.