Tasawuf/Akhlak

Profesi Para Nabi: dari Arsitek hingga Desain​​​​​​​er Baju Besi

Ahad, 28 Agustus 2022 | 16:15 WIB

Profesi Para Nabi: dari Arsitek hingga Desain​​​​​​​er Baju Besi

Profesi para Nabi: dari arsitek hingga desain​​​​​​​er baju besi

Islam mengajarkan pemeluknya untuk menjadi pribadi yang mandiri. Sebab itu, Nabi Muhammad saw pernah menyampaikan bahwa profesi yang paling baik adalah pekerjaan yang dilakukan dengan jerih payah sendiri. Lebih jauh, Allah swt menyebutkan profesi para nabi, mulai dari arsitektur, petani, pemintal baju besi, tukang kebun, hingga penggembala kambing. Hal ini juga ditegaskan dalam hadits berikut:
 

كانَ داودُ زرَّادًا وَكانَ آدمُ حرَّاثًا وَكانَ نوحٌ نجَّارًا وَكانَ إدريسُ خيَّاطًا وَكانَ موسى راعيًا 


Artinya, “Nabi Dawud adalah seorang pemintal baju besi, Nabi Adam petani, Nabi Nuh arsitektur, Nabi Idris penjahit, dan Nabi Musa seorang penggembala.” (HR Ibnu Abbas) 

 

Penyebutan profesi para nabi di dalam Al-Qur’an bukan tanpa alasan, melainkan sebagai bentuk penghormatan para nabi sendiri. Sebab, dengan memiliki pekerjaan mandiri maka para nabi mencari nafkah dengan cara yang halal dan tidak menggantungkan hidupnya kepada uluran tangan orang lain. Berikut adalah beberapa ayat Al-Qur’an yang secara gamblang menyebutkan profesi tiap-tiap nabi. 

 

Nabi Nuh Seorang Arsitek 

Profesi Nabi Nuh as ini disebutkan dalam firman Allah berikut,

 

وَاصْنَعِ الْفُلْكَ بِاَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا وَلَا تُخَاطِبْنِيْ فِى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا ۚاِنَّهُمْ مُّغْرَقُوْنَ 

 

Artinya, “Dan buatlah kapal itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah engkau bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim. Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.” (QS Hud : 37).

 

Allah memerintahkan Nabi Nuh as untuk membuat bahtera (perahu berukuran besar) karena akan terjadi banjir bah yang menenggelamkan negeri. Bukan tanpa alasan Allah menugaskan Nuh as untuk mengerjakan hal demikian, sebab ia adalah serong arsitektur ulung. 

 

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, proses pembuatan bahtera ini memakan waktu yang cukup lama. Dimulai dari menanam pohon, menebangnya setelah besar, lalu dikeringkan. Tiga tahapan ini saja membutuhkan waktu seratus tahun. Kemudian, Nuh as membutuhkan waktu seratus tahun lagi untuk mengolah kayunya dengan menggeregaji, menyerut, dan menghaluskannya. 

 

Hasilnya, Nuh as dengan dibantu umatnya berhasil menciptakan bahtera yang kuat menerjang banjir bah mengerikan dan mampu menyelamatkan seluruh umatnya yang taat, bahkan hewan-hewan juga turut serta di dalamnya. (Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’anil ‘Adzim, [2016], juz II, halaman 400).

 

Nabi Dawud Seorang Desainer Baju Besi 

Profesi Nabu Dawud as ini disebutkan dalam firman Allah berikut:

 

وَعَلَّمْنٰهُ صَنْعَةَ لَبُوْسٍ لَّكُمْ لِتُحْصِنَكُمْ مِّنْۢ بَأْسِكُمْۚ فَهَلْ اَنْتُمْ شٰكِرُوْنَ 

 

Artinya, “Dan Kami ajarkan (pula) kepada Dawud cara membuat baju besi untukmu, guna melindungi kamu dalam peperangan. Apakah kamu bersyukur (kepada Allah)?” (QS Al-Anbiya: 80). 

 

Salah satu mukjizat yang Allah berikan kepada Nabi Dawud as adalah mampu melunakkan besi tanpa perlu dipanaskan. Berkat kemampuannya inilah Dawud as bisa membuat baju perang dengan desain yang lebih nyaman saat dipakai. Sebelumnya, baju perang hanya terbuat dari lempengan yang cukup mengganggu ketika dikenakan. 

 

Model desain baju perang karya Dawud ini kemudian diwariskan kepada umat-umat setelahnya sehingga ia berjasa besar dalam hal ini, mengingat saat itu baju perang sangat dibutuhkan. (Abdul Hamid Kisyk, Fi Rihabit Tafsir, juz XV, halaman 2398). 

 

Nabi Yusuf Seorang Bendahara Negara 

Profesi Nabi Yusuf as disebutkan dalam firman Allah berikut, 

 

قَالَ اجْعَلْنِيْ عَلٰى خَزَاۤىِٕنِ الْاَرْضِۚ اِنِّيْ حَفِيْظٌ عَلِيْمٌ 

 

Artinya, “Dia (Yusuf) berkata, “Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir); karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, dan berpengetahuan.” (QS Yusuf: 55). 

 

Salah satu mukjizat yang dimiliki oleh Nabi Yusuf as adalah mampu menafsirkan mimpi. Hal itu pernah dipraktikannya kepada raja Mesir tentang mimpi melihat tujuh ekor sapi. Yusuf as memberi takwil bahwa suatu saat nanti akan terjadi masa paceklik dahsyat selama tujuh tahun setelah sebelumnya tujuh tahun masa subur. 

 

Sebagai solusi, ia kemudian menyarankan raja agar masyarakat menanam di tujuh tahun masa subur untuk bekal di tujuh tahun masa paceklik setelahnya. Berkat kemampuannya dalam menakwil mimpi dan menyiasati perekonomian bangsa, sang raja kemudian memberinya jabatan sebagai bendahara negara. (Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, juz IX, halaman 186). 

 

Nabi Musa Seorang Penggembala 

Profesi Nabi Musa ini disebutkan dalam firman Allah berikut:

 

قَالَتْ اِحْدٰىهُمَا يٰٓاَبَتِ اسْتَأْجِرْهُ ۖاِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْاَمِيْنُ 

 

Artinya, “Dan salah seorang dari kedua (perempuan) itu berkata, “Wahai ayahku! Jadikanlah dia sebagai pekerja (pada kita), sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil sebagai pekerja (pada kita) ialah orang yang kuat dan dapat dipercaya.” (QS Al-Qashash: 26). 

 

Dikisahkan, ada satu keluarga yang terdiri dari seorang ayah yang sudah tua dan kedua putrinya. Karena tidak memiliki seorang putra dan pembantu, yang mengurus semua pekerjaan termasuk menggembala kambing adalah si kedua putri tadi. 

 

Mengetahui ada seorang pemuda kuat dan jujur bernama Musa, salah satu putri meminta kepada ayah agar menjadikannya sebagai pembantu untuk menggembalakan kambing dan mengurus pekerjaan lainnya dengan upah yang layak. Ternyata sang ayah kagum melihat ketekunan dan kejujuran Musa. Akhirnya, ia pun mengangkatnya sebagai menantu. (Ar-Razi, Tafsir Al-Kabir, [1981], juz XIV halaman 238-239).

 

Masih banyak ayat Al-Qur’an dan hadits yang menjelaskan profesi para nabi, termasuk Rasulullah saw sendiri adalah seorang pedagang sukses dan penggembala kambing. 

 

Dari penyebutan berbagai macam profesi para nabi tersebut dapat dipahami, Islam mendorong pemeluknya untuk hidup secara mandiri dengan memiliki profesi yang jelas dan halal. Bukan hanya berpangku tangan atau mencari nafkah melalui jalan usaha yang dilarang. Wallahu a’lam.

 

Ustadz Muhamad Abror, penulis keislaman NU Online, alumnus Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon dan Ma'had Aly Saidusshiddiqiyah Jakarta