Tasawuf/Akhlak

Wali Punya Makam Banyak, Mana yang Diziarahi?

Ahad, 28 Agustus 2022 | 23:45 WIB

Wali Punya Makam Banyak, Mana yang Diziarahi?

Ziarah Wali yang punya makam banyak.

Beberapa waktu lalu sempat viral tentang sejarah Jaka Tingkir. Di samping nasab dan para tokoh yang diyakini sebagai keturunannya, makam Jaka Tingkir sendiri juga menuai kontroversi.

 

Setidaknya hingga hari ini ada tiga makam yang masyhur diyakini sebagai makamnya. Versi resmi dari Kraton Catur Sagotrah, Jaka Tingkir dimakamkan di desa Butuh Sragen bersama dengan ayahnya, Ki Kebo Kenanga. Dalam versi lain,makamnya telah dipindah ke Kotagedhe atas perintah Panembahan Senopati yang ingin ngalab berkah dengan keberadaan makam ayah angkatnya tersebut. Di sisi lain, ada juga di Pringgoboyo Lamongan berdasarkan cerita Gus Dur, diyakini pula sebagai makam Jaka Tingkir.

 

Jaka Tingkir tak sendiri dengan kontroversi makamnya. Banyak juga makam yang diyakini sebagai makam anaknya yaitu Pangeran Benowo. Di antaranya di desa Butuh, satu komplek dengan ayahanda. Ada lagi di Demak, Jombang, maupun Kendal.

 

Begitu juga Sunan Bonang, Arya Penangsang, Syekh Jumadil Kubro, dan banyak tokoh lain yang ternyata punya banyak makam. Makam yang banyak ini tentu memunculkan pertanyaan tersendiri bagi orang yang hendak ziarah. Sebenarnya manakah makam yang asli? Bagaimana andai ternyata kita berziarah namun keliru identifikasi?

 

Persoalan demikian ternyata tak hanya khas Indonesia. Di Mesir ada beberapa ulama dan ahlu bait atau keturunan Rasulullah Saw yang memiliki banyak makam. 
 

Menanggapi hal ini, Syekh Mukmin bin Hasan Mukmin dalam kitab Nurul Abshar menyatakan:

 

واعلم أنه لا عبرة بالاختلاف في دفن بعض أهل البيت الذين لهم بمصر القاهرة مزارات فان الأنوار التي على أضرحتهم شاهد صدق على وجودهم بهذه الأمكنة

 

ِArtinya. "Ketahuilah, perbedaan pemakaman sebagian ahli bait di Kairo Mesir yang semuanya diziarahi, tidak perlu dipermasalahkan. Karena nur yang ada di pusara mereka menunjukkan bahwa mereka ada di tempat tempat tersebut. (Mukmin bin Hasan Mukmin, Nurul Abshar fi Manaqibi Alin Nabiyil Mukhtar, [Darul Fikr], halaman191).

 

Selanjutnya Syekh Mukmin mengutip Syekh Ali al-Khawash, bahwa pintu barzakh itu seperti ombak yang dimasuki oleh seseorang. Orang tersebut akan tenggelam kemudian mengambang di tempat lain sebagaimana yang terjadi pada Sayyidi Ahmad bin ar-Rifa'i dan Sayyidah Nafisah. Kemudian ketika sangkakala ditiup di hari kiamat, jenazah akan dibangkitkan dari tempat penguburannya semula.

 

Mungkin yang dimaksud Syekh Ali al-Khawwash, keberkahan dan kehadiran seorang wali tak selalu terkait dengan lokasi pemakamannya. Bisa jadi keberkahan tersebut juga berada di petilasannya.

 

Sebagaimana informasi yang disampaikan Imam as-Sya'rani, ada dua lokasi yang sering diziarahi terkait Sayyidah Nafisah. Yang pertama adalah makamnya dan yang satunya adalah petilasan tempatnya sering beribadah. Begitu juga Imam Ahmad bin ar-Rifai juga memiliki dua makam yang sering diziarahi.

 

Karena itulah, sebagian ulama mengatakan bahwa hal seperti ini sangat tergantung dengan niat yang baik pezairah. Ketika kita ziarah di suatu makam namun ternyata itu bukan makam dari wali yang dituju, maka bacaan Al-Qur'an, dzikir, tawasul dan doa tetap sampai kepada wali di manapun jenazahn​​​​ya dimakamkan. Karenanya tak perlu diributkan. Wallahu a'lam.

 

Ustadz Muhammad Masruhan, Pengajar di PP Al-Inayah Wareng Tempuran dan Pengurus LBM NU Kabupaten Magelang