Hikmah

Ketika Nabi Musa Enggan Berzikir

Jum, 17 Desember 2021 | 05:30 WIB

Ketika Nabi Musa Enggan Berzikir

Kisah ini menunjukkan adab Nabi Musa as dan betapa pentingnya zikir atau menyebut nama Allah.

Nabi Musa as adalah salah seorang rasul yang bergelar kalimullah, atau utusan yang dapat bercakap langsung dengan Allah tanpa perantara. Nabi Musa dalam banyak riwayat sering kali terlibat percakapan dengan Allah swt.


Abdullah bin Salam, salah seorang sahabat Yahudi Madinah yang memeluk Islam, menceritakan percakapan Nabi Musa dan Allah pada suatu hari. Keduanya terlibat percakapan terkait adab zikir.


“Tuhanku, apa bentuk syukur yang layak bagi-Mu?” tanya Nabi Musa.


“Lidahmu senantiasa basah menyebut nama-Ku,” jawab Allah.


“Tuhanku, aku sedang dalam kondisi tidak baik untuk berzikir demi memuliakan-Mu,” jawab Musa as.


“Kondisi apakah itu?”


“Yaitu saat aku junub, buang air besar, dan buang air kecil,” kata Musa as.


“Sekalipun demikian.”


“Apa harus kubaca?”


Subhānaka wa bi hamdika, wa jannibniyal adzā. Wa subhānaka wa bi hamdika, fa qinil adzā,” jawab Allah.


***


سُبْحَانَكَ وَ بِحَمْدِكَ وَجَنِّبْنِيَ الأَذَى، وَ سُبْحَانَكَ وَ بِحَمْدِكَ فَقِنِي الأَذَى


Subhānaka wa bi hamdika, wa jannibniyal adzā. Wa subhānaka wa bi hamdika, fa qinil adzā.


Artinya, “Mahasuci Engkau dan segala puji bagi-Mu, jauhilah aku dari penyakit. Mahasuci Engkau dan segala puji bagi-Mu, lindungilah aku dari penyakit.”


Kisah ini dikutip oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam karyanya Al-Wabilus Shayyib minal Kalimit Thayyib, (Kairo, Darur Rayyan lit Turats: 1987 M/1408 H, halaman 95), dari Imam Al-Baihaqi perihal keutamaan zikir.

 


Kisah ini menunjukkan adab Nabi Musa as dan betapa pentingnya zikir atau menyebut nama Allah. Kisah ini mengingatkan kepada kita untuk senantiasa mengingat Allah dan melazimkan zikir. Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)