Hikmah

Nasihat Bijak Para Ulama untuk Muhasabah Akhir Tahun

Senin, 30 Desember 2024 | 17:00 WIB

Nasihat Bijak Para Ulama untuk Muhasabah Akhir Tahun

Ilustrasi cermin. Sumber: Canva/NU Online

Di penghujung tahun, nasihat-nasihat dari para ulama terdahulu dapat menjadi bahan muhasabah bagi kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik di tahun mendatang. Kehidupan di tahun depan seharusnya membawa perubahan positif, baik dalam ibadah, pekerjaan, menjaga halal dan haram, maupun perbaikan dalam hubungan sosial dan kemasyarakatan. Kita juga perlu bersemangat menjaga diri dari dosa dan terus istiqamah dalam menyebarkan kebaikan.


Khalifah Umar bin Khattab adalah teladan sekaligus inspirasi dalam bermuhasabah dan menghargai waktu. Syekh Murtadha Az-Zabidi menukil perkataan beliau mengenai muhasabahdalam kitab Ithafus Sadatil Muttaqin (Jilid X, Beirut: Muassasah At-Tarikh Al-Arabiy, t.t.: 111):


حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا وزنوها قبل أن توزنوا


Artinya, "Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, dan timbanglah (amal kalian) sebelum amal kalian ditimbang." 


Nasehat yang sama persis terkait muhasabah dari Sayyidina Umar bin Khattab juga ditulis oleh Abu Nu'aim al-Asbahani dalam Hilyatul Aulia wa Tabaqatul Ashfiya Jilid I (Kairo, Darul Fikr, t.t.: 52): 


حَاسِبُوْا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا وَ تَزَيَّنُوا لِلْعِرْضِ الْأَكْبَرِ وَإِنَّمَا يَخِفُّ الْحِسَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِي الدُّنْيَا


Artinya, “Hisablah dirimu sebelum amalmu dihisab dan persiapkanlah dirimu untuk menghadapi hari di mana semua makhluk dihadapkan kepada Allah, sungguh hisab terasa ringan di hari kiamat bagi orang-orang yang gemar mengoreksi dirinya di dunia.” 


Imam Al-Ghazali dalam Ihya-nya, sebagaimana dikutip oleh Sayyid Bakri bin Muhammad Syatha Dimyati dalam kitab Kifayatul Atqiya (Beirut, Daru Ihya, t.t.: 16), banyak membahas pentingnya muhasabah dan perbaikan diri. Dalam Kifayatul Atqiya, Sayyid Bakri menyebutkan:

 

وَفِي الْإِحْيَاءِ فَمَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ قَبْلَ أَنْ يُحَاسَبُ خَفَّ فِي الْقِيَامَةِ حِسَابُهُ وُحُضِرَ عِنْدَ السُّؤَالِ جَوَابُهُ وَحَسُنَ مَنْقَلَبُهُ


Artinya: “Dijelaskan dalam kitab Ihya, siapa saja yang menghitung-hitung amaliah dirinya sebelum dihisab, akan diringankan hisabnya di hari kiamat, dimudahkan dalam menjawab pertanyaan (malaikat), dan akan menempati tempat terbaik [di sisi Allah].” 


Ibnu Qayyim juga mengingatkan kita agar tidak menyia-nyiakan waktu. Menurut beliau, setiap detik yang telah berlalu adalah kenangan yang tidak akan pernah bisa diulang. Oleh karena itu, kita harus memanfaatkan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya, baik untuk beribadah, belajar, maupun berbuat kebaikan. Ibnu Qayyim menyebutkan dalam Madarijus Salikin Jilid II (Beirut, Darul Kitab al-'Arabiy, 1996: 19):


الوقت كالسيف إن لم تقطعه قطعك


Artinya: “Waktu itu seperti pedang, jika kamu tidak memanfaatkannya dengan baik, ia akan memotongmu.” 

 
Ibnu Qayyim menjelaskan betapa berharganya waktu dan pentingnya memanfaatkannya dengan bijak. Waktu yang telah berlalu tidak akan pernah kembali, sehingga kita harus mengisinya dengan amal-amal yang bermanfaat. Beliau menjelaskan:

 

وعمارة الوقت الاشتغال في جميع آنائه بما يقرب إلى الله أو يعين على ذلك من مأكل أو مشرب أو منكح أو منام أو راحة

 

Artinya: “Memakmurkan waktu adalah dengan mengisinya di setiap saat dengan perbuatan dan aktivitas yang dapat mendekatkan diri kepada Allah, atau aktivtas lainnya yang dapat menjadi wasilah untuk mendekatkan diri pada-Nya, seperti makan, minum, hubungan suami istri, tidur, atau istirahat.” (hlm. 19).


Di penghujung tahun ini, sebaiknya kita merenungi kembali nasihat-nasihat untuk menjaga hati agar tetap fokus dalam memperkuat hubungan dengan Allah dan tidak terjerumus dalam keasyikan dunia yang fana. 


Para ulama senantiasa mengingatkan pentingnya menjaga hati. Salah satu nasihat berharga datang dari Sufyan ats-Tsauri, seorang ulama yang dikenal sangat menjaga hati dan selalu berusaha mempererat hubungannya dengan Allah. Abu Nu'aim, dalam Hilyatul Auliya (Jilid VII, hlm. 17), mengutip perkataan Sufyan ats-Tsauri:


لو أن اليقين، استقر في القلب كما ينبغي لطار فرحًا وحزنًا وشوقًا إلى الجنة، أو خوفًا من النار


Artinya: “Andai yakin itu tertanam dalam hati sebagaimana mestinya, maka ia akan terbang dengan suka dan duka, kerinduan akan surga, atau ketakutan akan neraka.”


Seiring dengan berlalunya waktu dan memasuki tahun baru, bermuhasabah untuk meningkatkan kualitas ibadah menjadi sebuah keniscayaan. Kualitas shalat berjamaah, ibadah puasa, semangat dalam mengkhatamkan Al-Qur'an, dan berbagai amal kebaikan lainnya perlu senantiasa ditingkatkan agar waktu yang kita miliki tidak terbuang sia-sia. Amiin.


Azmi Abubakar, Penyuluh Agama Islam Asal Aceh, Penulis Buku "Ya Jamalu Ya Rasulullah".