Hikmah

Pandangan Islam tentang Ragam Bisikan Setan

Ahad, 8 Desember 2024 | 09:00 WIB

Pandangan Islam tentang Ragam Bisikan Setan

Ilustrasi ragam bisikan setan. Sumber: Canva/NU Online

Ragam bisikan jahat sering kali datang dalam bentuk halus, mengalir lembut dalam pikiran kita seakan berasal dari dalam diri sendiri. Ia bisa berbentuk keraguan, godaan untuk mengambil jalan pintas, atau bahkan kecemasan yang mengarah pada keputusasaan.


Dalam Islam, bisikan jahat yang kita rasakan tak jarang berasal dari setan yang berusaha mengelabui dan menyesatkan umat manusia. Setan, dengan segala tipu dayanya, selalu berusaha mengalihkan kita dari jalan kebaikan dengan menanamkan rasa was-was (keraguan) atau dorongan untuk mengikuti hawa nafsu. 


Allah dalam Al-Qur'an sering mengingatkan kita tentang keberadaan setan yang selalu mengintai, mencari celah untuk menggoda dan menjauhkan kita dari jalan-Nya. 


Berawal dari Iblis yang menolak perintah Allah untuk menghormati Adam dengan bersujud, sejak itu ia mulai menjauh dari rahmat-Nya. Iblis yang merasa sombong dan enggan tunduk kepada perintah Allah, akhirnya tergelincir dalam kesalahan besar yang membuatnya diusir dan dicampakkan dari surga. 


Peristiwa ini, yang tercatat dalam Surat Al-Baqarah ayat 36, menjadi awal dari perjalanan panjang Iblis untuk menggoda dan menyesatkan manusia, agar mengikuti jejak kesombongannya dan menjauh dari jalan yang lurus. Allah berfirman:


فَاَزَلَّهُمَا الشَّيْطٰنُ عَنْهَا فَاَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيْهِ ۖ وَقُلْنَا اهْبِطُوْا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۚ وَلَكُمْ فِى الْاَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَّمَتَاعٌ اِلٰى حِيْنٍ 


Artinya, "Lalu, setan menggelincirkan keduanya darinya sehingga keduanya dikeluarkan dari segala kenikmatan ketika keduanya ada di sana (surga). Kami berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain serta bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.”


Hingga saat ini, berbagai godaan dan bisikan setan terus mengganggu ketentraman hidup manusia. Dalam Islam, kita diajarkan untuk mewaspadai beragam bisikan yang datang dari setan. Apa saja bentuknya? Berikut penjelasan tentang ragam bisikan setan yang perlu kita hati-hati.


1. Bisikan untuk Memecah Belah

Setan selalu berusaha menanamkan kebencian, iri hati, dan kedengkian di dalam hati manusia, agar persatuan umat tidak terjalin. Ia senang melihat perpecahan dan permusuhan di tengah-tengah kita. 


Bisikan-bisikan ini sering kali disalurkan melalui perilaku buruk, seperti kecanduan alkohol dan judi, yang merusak hubungan antar sesama.


Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Ma’idah ayat 91:


اِنَّمَا يُرِيْدُ الشَّيْطٰنُ اَنْ يُّوْقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاۤءَ فِى الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ وَعَنِ الصَّلٰوةِ فَهَلْ اَنْتُمْ مُّنْتَهُوْنَ 


Artinya, "Sesungguhnya setan hanya bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu melalui minuman keras dan judi serta (bermaksud) menghalangi kamu dari mengingat Allah dan (melaksanakan) salat, maka tidakkah kamu mau berhenti?"


Abu Ja’far At-Thabari dalam kitab tafsirnya, Jami’ul Bayan Jilid X, menjelaskan bahwa setan awalnya mengajak manusia untuk terjerumus dalam minuman keras dan judi, dengan membungkus keduanya dalam kesenangan semu. Tujuannya adalah menciptakan permusuhan dan perpecahan di antara umat manusia.


Akibat dari bisikan-bisikan setan yang merusak ini, manusia terpecah belah, padahal sebelumnya mereka disatukan oleh iman dan ukhuwah Islamiyah. Selain itu, minuman keras dan judi juga menghalangi orang-orang beriman untuk mengingat Allah, yang seharusnya menjadi pusat hidup mereka.


2.Bisikan yang Membuat Manusia Terlena dalam Angan-angan

Setan sering kali membisikkan kepada hati manusia untuk terlarut dalam angan-angan kosong tentang masa depan, menciptakan perasaan senang dan harapan yang belum tentu terjadi. Akibatnya, manusia menjadi terlena dan lalai terhadap perintah-perintah Tuhan, terfokus pada khayalan yang tidak membawa manfaat, sementara kewajiban nyata seringkali terabaikan.


Selain itu, dengan angan-angan ini setan akan mudah menyesatkan manusia. Dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa ayat 119 diterangkan:


وَّلَاُضِلَّنَّهُمْ وَلَاُمَنِّيَنَّهُمْ 


Artinya, "Aku benar-benar akan menyesatkan mereka, membangkitkan angan-angan kosong mereka."


Abu Hasan al-Mawardi dalam kitabnya, An-Nukat al-‘Uyun Jilid I (Beirut, Darul Kutub al-Ilmiyah, 2010: 530), menjelaskan bahwa setan berusaha menyesatkan manusia dalam keimanannya dengan membangkitkan angan-angan kosong dalam hati mereka. 


Maksud dari angan-angan kosong ini adalah agar manusia lebih terfokus pada khayalan tentang dunia, sehingga mereka lebih mencintai dunia daripada akhirat.


3. Bisikan untuk Berbuat Kejahatan

Setan juga berusaha membisikkan kepada hati manusia untuk melakukan perbuatan keji dan kemungkaran. Dalam Surat An-Nur ayat 21, Allah mengingatkan kita bahwa salah satu gangguan setan adalah mendorong manusia untuk melakukan tindakan yang tidak baik. 


Setan berusaha merusak hati manusia dengan membimbing mereka menuju perbuatan yang menjauhkan dari kebaikan. Allah berfirman:


۞ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ وَمَنْ يَّتَّبِعْ خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ فَاِنَّهٗ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِۗ وَلَوْلَا فَضْلُ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهٗ مَا زَكٰى مِنْكُمْ مِّنْ اَحَدٍ اَبَدًاۙ وَّلٰكِنَّ اللّٰهَ يُزَكِّيْ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ 


Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan! Siapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya dia (setan) menyuruh (manusia mengerjakan perbuatan) yang keji dan mungkar."


Syekh Nawawi al-Bantani dalam kitabnya, Marah Labid Jilid II (Beirut: Darul Kutub al-‘Ilmiyah, 1996:106), menjelaskan bahwa ayat ini merupakan larangan Allah SWT untuk tidak mengikuti bisikan setan.


Maksudnya, mengikuti bisikan setan berarti mematuhi godaan untuk melakukan kemungkaran, seperti berbohong dan menyebarkannya dengan cara yang keji. 


Syekh Nawawi juga menafsirkan bahwa siapa pun yang mengikuti bisikan setan, maka seakan-akan ia sedang melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan syariat Islam.


4. Bisikan yang Menimbulkan Ketakutan Akan Kemiskinan

Setan sering berusaha menanamkan rasa takut miskin dalam hati manusia, sehingga mereka enggan untuk mengeluarkan harta dalam bentuk infaq, sedekah, atau zakat. Setan merasa tidak senang ketika manusia bersedekah, karena tindakan tersebut mendekatkan mereka pada keberkahan Allah. 


Oleh karena itu, setan berusaha menghalangi kebaikan ini dengan membisikkan ketakutan akan kekurangan atau kehilangan harta. Dalam Surat Al-Baqarah ayat 268, Allah mengingatkan kita tentang bisikan setan ini dan menegaskan bahwa setan hanya berusaha menakut-nakuti kita, sementara Allah menjanjikan balasan yang berlipat ganda bagi mereka yang bersedekah dengan ikhlas.


اَلشَّيْطٰنُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاۤءِ ۚ 


Artinya, "Setan menjanjikan kamu kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat keji (kikir), sedangkan Allah menjanjikan kamu ampunan dan karunia-Nya. Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui."


Syekh Ahmad bin Musthofa al-Maraghi dalam kitabnya Tafsir al-Maraghi Jilid III (Mesir: Maktabah al-Baby al-Halbi, 1946: 41) menjelaskan bahwa dalam ayat tersebut, Allah SWT memberi informasi bahwa setan membisikkan ketakutan akan kemiskinan ke dalam hati manusia ketika mereka hendak berinfaq atau bersedekah, sehingga membuat mereka enggan dan pelit untuk memberi.


Setan juga membisikkan manusia bahwa berinfaq dan bersedekah akan mengurangi harta, padahal seharusnya harta itu disimpan untuk kebutuhan di masa depan (hlm. 41).


Sebagai penutup, kita telah mengenali empat bisikan setan yang seringkali mengganggu ketenangan hati dan menghalangi kita dari kebaikan. Setan, sebagaimana yang ditegaskan dalam Al-Qur’an, adalah musuh nyata bagi umat manusia yang tidak akan berhenti berusaha menyesatkan. 

 

Oleh karena itu, kita diajak untuk selalu waspada dan menjaga diri dari godaan-godaannya. Dengan kesadaran dan keteguhan iman, semoga kita bisa melawan bisikan-bisikan tersebut dan terus berjalan di jalan yang benar. Wallahua’lam.


Ustadz Muhaimin Yasin, Alumnus Pondok Pesantren Ishlahul Muslimin Lombok Barat dan Pegiat Kajian Keislaman