Khutbah

Khutbah Jumat: Cara dan Keutamaan Memakmurkan Masjid

Sel, 26 Desember 2023 | 06:00 WIB

Khutbah Jumat: Cara dan Keutamaan Memakmurkan Masjid

Masjid di Solo. (Foto: NU Online/Faizin)

Materi khutbah Jumat ini mengangkat materi tentang sejarah memakmurkan masjid di zaman Rasulullah yang bisa kita jadikan pegangan dalam memakmurkan masjid di era saat ini. Hal ini penting karena masjid merupakan rumah ibadah umat Islam yang mampu dijadikan wahana untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan juga ibadah-ibadah sosial lainnya. 


Teks khutbah Jumat ini berjudul: "Khutbah Jumat: Cara dan Keutamaan Memakmurkan Masjid". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat! Cara mencetak, klik tombol download di atas atau bawah naskah khutbah. 



Khutbah I


اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ وَلاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِمِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. يَا أَيُهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفۡسٖ وَٰحِدَةٖ وَخَلَقَ مِنۡهَا زَوۡجَهَا وَبَثَّ مِنۡهُمَا رِجَالٗا كَثِيرٗا وَنِسَآءٗۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ ٱلَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلۡأَرۡحَامَۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيۡكُمۡ رَقِيبٗا. قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَن بَنَى مَسْجِدًا يَبْتَغِي به وجْهَ اللَّهِ بَنَى اللَّهُ له مِثْلَهُ في الجَنَّةِ (متفق عليه)

Hadirin jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah

Setelah umat Islam menguasai kota Makkah pada tahun ke delapan hijriyah, kalimat Allah menggema di Masjidil Haram dan di sekitarnya. Kebenaran menggantikan kebatilan dan kebaikan menggantikan keburukan. Kegiatan ibadah dalam Masjidil Haram dilaksanakan sesuai dengan ajaran Islam. Segala bentuk ibadah yang batil yang dilaksanakan kaum musyrik pun dihapuskan. Pada tahun ke sembilan hijriyah, Nabi saw mengutus Ali bin Abi Thalib untuk menyampaikan awal surat al-Taubah pada waktu haji akbar. Awal surat al-Taubah itu menyatakan pembatalan perjanjian dengan orang-orang musyrik, karena mereka selalu mengkhianati perjanjian itu. 


Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa setelah selesai perang Badar, al-Abbas adalah termasuk orang yang ditawan oleh umat Islam. Ia mendapatkan ejekan dan cemoohan dari orang-orang Muslim dan menyatakan bahwa dia seorang yang kafir. Al-Abbas menjawab cemoohan orang-orang Muslim dengan pernyataan: Mengapa kamu hanya menyebut-nyebut kejahatan kami saja, dan tidak sedikitpun menyebut kabaikan kami? Sayyidina Ali menjawab pertanyaan Abbas: Apa kebaikan yang kamu lakukan? Abbas menjawab: Kami mengurus dan memakmurkan Masjidil Haram, memelihara Ka’bah dan menyediakan minuman bagi jamaah haji. 


Berkaitan dengan pernyataan al-Abbas itu turun ayat untuk membantahnya, yaitu:


مَا كَانَ لِلۡمُشۡرِكِينَ أَن يَعۡمُرُواْ مَسَٰجِدَ ٱللَّهِ شَٰهِدِينَ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِم بِٱلۡكُفۡرِۚ أُوْلَٰٓئِكَ حَبِطَتۡ أَعۡمَٰلُهُمۡ وَفِي ٱلنَّارِ هُمۡ خَٰلِدُونَ 


Artinya: "Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka." (QS. al-Taubah, 09:17).


Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Ayat ini menjelaskan bahwa tidak layak bagi kaum musyrikin, memakmurkan Masjidil Haram dan masjid-masjid lainnya. Memakmurkan masjid-masjid Allah itu bertujuan untuk mengesakan dan mengagungkan Allah, serta mentaati-Nya. Dengan demikian, kegiatan itu hanya layak dilakukan oleh orang-orang yang beriman, bukan oleh orang-orang kafir maupun orang-orang munafik.

Yang dimaksud dengan memakmurkan masjid ialah membangunnya, mengurusnya dengan baik, menghidupkannya dengan amal ibadah yang diridhai oleh Allah. Al-Abbas setelah ditawan oleh umat Islam dalam perang Badar, termasuk orang yang ditebus dan pada perkembangan selanjutnya, ia masuk agama Islam.


Orang-orang musyrik Quraisy meskipun mereka pada awalnya memakmurkan masjid, memelihara Ka’bah, dan menyediakan air minum untuk jamaah haji, amal mereka tertolak, karena mereka masih dalam keadaan musyrik. Allah berfirman:


ذَٰلِكَ هُدَى ٱللَّهِ يَهۡدِي بِهِۦ مَن يَشَآءُ مِنۡ عِبَادِهِۦۚ وَلَوۡ أَشۡرَكُواْ لَحَبِطَ عَنۡهُم مَّا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ 


Artinya: "Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan." (QS. al-An’am, 06:88).


Mereka yang paling layak untuk memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman dan berserah diri kepada Allah, amal dan ibadahnya dikerjakan dengan ikhlas semata-mata untuk memperoleh keridhaan-Nya. 


إِنَّمَا يَعۡمُرُ مَسَٰجِدَ ٱللَّهِ مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَى ٱلزَّكَوٰةَ وَلَمۡ يَخۡشَ إِلَّا ٱللَّهَۖ فَعَسَىٰٓ أُوْلَٰٓئِكَ أَن يَكُونُواْ مِنَ ٱلۡمُهۡتَدِينَ 


Artinya: "Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. al-Taubah, 09:18).


Mereka yang layak memakmurkan masjid-masjid Allah, adalah (1) orang-orang yang beriman kepada Allah, (2) beriman kepada hari akhirat, (3) menegakkan shalat, (4) menunaikan zakat, dan (5) hanya takut kepada Allah, tidak takut kepada yang lainnya. Lima kriteria tersebut bisa dikembangkan lebih luas lagi, misalnya memakmurkan masjid Allah dengan orang-orang yang berilmu dan mengajarkan ilmunya di tempat tersebut.

Demikian juga orang-orang yang membangun masjid. Nabi bersabda:


مَن بَنَى مَسْجِدًا يَبْتَغِي به وجْهَ اللَّهِ بَنَى اللَّهُ له مِثْلَهُ في الجَنَّةِ


Artinya: "Barang siapa yang membangun masjid semata-mata mencari keridhaan Allah, maka Allah akan membangunkan baginya tempat tinggal seperti itu di syurga". (HR. Bukhari, 450).


Termasuk dalam kegiatan memakmurkan masjid adalah orang-orang yang membiasakan diri untuk shalat dan beribadah di dalamnya. Nabi bersabda:


إذا رَأيتُمُ الرَّجُلَ يَعتادُ المَسجِدَ، فاشْهَدُوْا لَهُ بِالْإِيْمَانِ


Artinya: "Apabila engkau melihat seseorang yang membiasakan diri (beribadah) di masjid, maka saksikanlah bahwa ia seorang yang beriman". (HR. Ibnu Hibban, 1721).


Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Memakmurkan masjid juga bisa dengan jalan menjaga kebersihan dan kesuciannya, mengepel lantainya, dan menyapu halamannya, memasang lampu-lampu penerang, serta berbagai kegiatan lain yang dianggap baik.

Rasulullah saw pernah menanyakan kepada para sahabatnya tentang seorang wanita atau seorang pemuda yang biasa membersihkan masjid. Para sahabat menginformasikan kepada Nabi bahwa wanita itu telah meninggal dunia. Nabi menegur para sahabat, kenapa kalian tidak memberitahuku agar aku dapat menyolatkannya. Kemudian Nabi mengatakan kepada para sahabat, tunjukkanlah kepadaku di mana kuburannya? Maka Nabi mendatangi kuburan itu, lalu menyolatkannya. 


أنَّ امْرَأَةً سَوْدَاءَ كَانَتْ تَقُمُّ المَسْجِدَ، أَوْ شَابًّا، فَفَقَدَهَا رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ، فَسَأَلَ عَنْهَا، أَوْ عنْه، فَقالوا: مَاتَ، قالَ: أَفلا كُنْتُمْ آذَنْتُمُونِي قالَ: فَكَأنَّهُمْ صَغَّرُوا أَمْرَهَا، أَوْ أَمْرَهُ، فَقالَ: دُلُّونِي علَى قَبْرِهِ فَدَلُّوهُ، فَصَلَّى عَلَيْهَا، ثُمَّ قالَ: إنَّ هذِه القُبُورَ مَمْلُوءَةٌ ظُلْمَةً علَى أَهْلِهَا، وإنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُنَوِّرُهَا لهمْ بصَلَاتي عليهم.


Artinya: "Sesungguhnya ada seorang wanita berkulit hitam, ia menghidupkan masjid, atau seorang pemuda. Nabi s.a.w. tidak melihatnya, maka beliau bertanya kepada para sahabat. Para sahabat menginformasikan bahwa ia telah wafat. Nabi bersabda: Kenapa kalian tidak memberitahuku. Tampaknya para sahabat menganggap kecil atau menyepelekan pekerjaan perempuan atau pemuda itu. Maka Nabi bersabda: Tunjukkanlah kepadaku di mana kuburannya. Maka para sahabat menunjukinya, maka Nabi pun menyolatkannya di kuburan itu. Nabi bersabda: Sesungguhnya kuburan ini tempat yang penuh kegelapan, dan sesungguhnya Allah s.w.t. akan menerangi kuburan itu dengan shalat/doaku untuk mereka". (HR. Muslim, 956).


Dari hadits tersebut dapat dipahami betapa pentingnya kedudukan orang yang selalu menjaga kebersihan masjid dan kesuciannya, demikian juga menerangi masjid dengan lampu-lampu secukupnya. Dalam beberapa kitab tafsir, antara lain Ruhul Bayan dan Tafsir Kementrian Agama disebutkan:


مَنْ أَسْرَجَ سِرَاجًا فِي الْمَسْجِدِ بِقَدْرِ مَا يَدُوْرُ فِي الْعَيْنِ لَمْ تَزَلِ الْمَلاَئِكَةُ تَسْتَغْفِرُ لَهُ مَا دَامَ ذَلِكَ الضَّوْءُ فِي الْمَسْجِدِ


Artinya: "Barang siapa yang menyalakan lampu di masjid, yang mengakibatkan mata bisa melihat, tidak henti-hentinya para malaikat memohon ampunan untuknya, selama lampu itu terus menyala di masjid". (HR. Salim al-Razi dari Anas r.a.).


Ada beberapa kegiatan yang sangat baik yang pahalanya terus mengalir, yaitu: (1) orang yang mengamalkan dan mengajarkan ilmunya, (2) membuat selokan air, (3) membuat sumur, (4) menanam pohon, (5) mendirikan masjid, (6) mewariskan mushaf, dan (7) memiliki anak yang memohon ampunan kepada Allah untuk kedua orang tuanya setelah keduanya wafat. Disebutkan dalam hadits:


سَبْعٌ يَجْرِي لِلْعَبْدِ أَجْرُهنَّ وَهُوَ فِيْ قَبْرِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ: مَنْ علَّم علمًا أو كَرَى نَهْرًا، أَوْ حَفَرَ بِئْرًا، أَوْ غَرَسَ نَخْلًا أَوْ بَنَى مَسْجِدًا، أَوْ وَرَّثَ مُصْحَفًا، أَوْ تَرَكَ وَلَدًا يَسْتَغْفِرُ لَهُ بَعْدَ مَوْتِهِ


Artinya: "Ada tujuh amal yang pahalanya terus mengalir ke dalam kubur setelah seseorang meninggal, yaitu: (1) orang yang mengamalkan dan mengajarkan ilmunya, (2) membuat selokan air, (3) membuat sumur, (4) menanam pohon, (5) mendirikan masjid, (6) mewariskan mushaf, dan (7) memiliki anak yang memohon ampunan kepada Allah untuk orang tuanya setelah wafat". (HR. al-Bazzar, 7289).


Sayyidina Ali ra menjelaskan, ada enam muru’ah (keperwiraan) yang harus dilestarikan, tiga dilakukan pada saat ada di rumah, dan yang tiga lagi pada saat bepergian. Tiga yang ada di rumah yaitu: (1) membaca al-Qur’an, (2) memakmurkan masjid, dan (3) bersahabat karena Allah. Tiga yang dilakukan di perjalanan adalah: (1) memberi bekal, (2) berperilaku baik, (3) bercanda atau bergurau yang baik. 


Kaum Muslimin yang kami muliakan

Semoga kita bisa memakmurkan masjid dengan maksimal sehingga masjid bisa berfungsi dengan maksimal. Dan semoga dengan upaya ini keimanan dan ketakwaan kita akan semakin meningkat. Amin.


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآياَتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.


Khutbah II


اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ أَشْهَدُ أَنْ لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلَهُ, أَرْسَلَهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. اَللّهُمَّ ارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ وَعَنْ جَمِيْعِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

اَللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا كَامِلًا وَيَقِيْنًا صَادِقًا وَقَلْبًا خَاشِعًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَتَوْبَةً نَصُوْحًا اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمْسُلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ اَللّهُمَّ أَصْلِحِ الرُعَاةَ وَالرَّعِيَّةَ وَاجْعَلْ إِنْدُوْنِيْسِيَّا وَدِيَارَ الْمُسْلِمِيْنَ آمِنَةً رَخِيَّةً رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فىِ السِّرِّ وَالْعَلَنِ وَجَانِبُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ


Dr KH Zakky Mubarak, Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)