Khutbah

Khutbah Jumat: Islam, Agama Cinta Damai dan Keselamatan Sesama 

Kam, 7 Desember 2023 | 17:00 WIB

Khutbah Jumat: Islam, Agama Cinta Damai dan Keselamatan Sesama 

Masjid. (Foto ilustrasi: NU Online/Freepik)

Islam adalah agama yang menjunjung tinggi kedamaian dan keselamatan sesama. Hal itu tercermin dalam setiap ajarannya. Mulai dari bermuamalah dengan Allah atau hablun minallah, hingga bermuamalah dengan sesama atau hablun minannas.


Khutbah Jumat kali ini mengangkat tema Islam sebagai agama yang menegakkan kedamaian dan keselamatan sesama, sekaligus menunjukkan praktik-praktik amaliah muamalah dan amaliah yang sarat dengan nilai-nilai kedamaian dan keselamatan tersebut. Untuk mencetak, silahkan tombol download pada bagian atas naskah khutbah ini. 



Khutbah I  


اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي شَرَحَ صُدُوْرَ الْمُوَفَّقِيْنَ بِأَلْطَافِ بِرِّهِ وَآلَائِهِ، وَنُوْرِ بَصَائِرِهِمْ بِمُشَاهَدَةِ حُكْمِ شَرْعِهِ وَبَدِيْعِ صَنْعِهِ وَمُحْكَمِ آيَاتِهِ، وَأَلْهَمَهُمْ كَلِمَةَ التَّقْوَى، وَكَانُوا أَحَقَّ بِهَا وَأَهْلَهَا، فَسُبْحَانَهُ مَنْ إِلَهٌ عَظِيْمٌ، وَتَبَارَكَ مَنْ رَبٌ وَاسِعٌ كَرِيْمٌ، وَأَشْهَدُ أَن لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، فِي أَسْمَائِهِ، وَصِفَاتِهِ، وَأَفْعَالِهِ، وَخَيْرَاتِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَشْرَفُ رُسُلِهِ وَخَيْرِ بَرِيَاتِهِ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ فِي غَدَوَاتِ الدَّهْرِ وَرُوحَاتِهِ. 

أَمَّا بَعْدُ، فَيَاعِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، ، يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱدْخُلُواْ فِى ٱلسِّلْمِ كَآفَّةً وَلَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ  إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ،  وَقَالَ النَّبيُّ صَلَّى اللهِ علَيْهِ وَسَلَّمَ ، الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ ،صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ وَصَدَقَ رَسُوْلُهُ الْحَبِيْبُ الْكَرِيْمُ وَنَحْنُ عَلَى ذَلِكَ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ وَالشَّاكِرينَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ


Jamaah Jumat yang berbahagia,

Sebelum melanjutkan khutbah ini, khatib berwasiat khusus kepada diri sendiri, umumnya kepada jamaah jumat sekalian, mari kita sama-sama meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt. Sebab, takwa merupakan sebaik-baiknya bekal menghadapi kehidupan akhirat yang kekal dan menghadap Sang Pencipta. 

  
Mari kita memanjatkan rasa syukur yang tak terhingga kepada Allah swt, Dzat yang maha mengatur alam, karena kita pada saat ini ada dalam keadaan ketentraman dan keleluasaan yang tiada tara. Karenanya, mari kita bersungguh-sungguh mensyukuri kesempatan ini dengan cara mengisinya dengan berbagai amaliah ibadah dan berupaya keras meraih rida-Nya, sebelum kesempatan berharga ini hilang dari diri hadapan kita.   


Untuk lebih meningkatkan rasa syukur, mari kita tengok saudara-saudara kita yang ada di Palestina. Bagaimana keadaan mereka sekarang. Mereka berharap sekali ketenangan dan kedamaian seperti kita. Namun kenyataannya, mereka hidup dalam darurat perang, keadaan serba terbatas, belum lagi dihantui rasa ketakutan yang tiada henti menghadapi serbuan bangsa penjajah setiap saat. Walhasil, hidup mereka betul-betul tiada ketenangan selain memasrahkan diri kepada Dzat yang Maha Mencipta. Kapan pun Dia mengambil nyawa mereka, mereka siap lillahi ta’ala.   


Sebaliknya kita yang ada di Indonesia. Keadaan serba leluasa. Tenang dan tenteram. Mulai beraktivitas hingga menjalankan ibadah. Masa iya, keadaan ini tidak kita syukuri dengan aneka ragam ibadah dan menghamba kepada Yang Kuasa. Sungguh keterlaluan, di saat warga Palestina menyempatkan diri beribadah bagaimana pun caranya, meski dalam keadaan darurat, sementara kita berleha-leha padahal keadaan aman dan leluasa.  

 
Nikmat mana lagi yang hendak engkau dustakan? 


فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ 


Namun, mudah-mudahan, kemelut yang dialami saudara-saudara kita di Palestina segera berakhir. Allah senantiasa memberi keselamatan, kesabaran, dan juga kemenangan kepada mereka. Allah secepatnya menurunkan kedamaian dan keselamatan kepada mereka. Sebab, tiada yang mereka dambakan saat ini kecuali kedamaian, ketentraman, dan hidup tenteram seperti bangsa-bangsa di belahan dunia lainnya. Semoga pertolongan Allah segera datang bagi mereka. Sebab, jika pertolongan Allah datang, perang yang selama ini lebih didominasi pihak Zionis, akan berbalik arah kepada pihak pejuang Palestina. Allah swt berfirman:  


وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ رَمَىٰ ۚ وَلِيُبْلِيَ الْمُؤْمِنِينَ مِنْهُ بَلَاءً حَسَنًا 


Artinya: “Bukan engkau yang melempar ketika melempar (senjata), tapi Allah yang melempar. Sesungguhnya Allah memberi ujian kepada orang-orang yang beriman berupa ujian yang baik.” (QS. Al-Anfal [8]: 17). 


Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah 

Perlu kita ketahui, selain bermakna ‘pasrah’ dan ‘berserah’, Islam juga bermakna ‘damai’, ‘selamet’, ‘aman’, dan ‘tenteram’. Yang semua itu mengacu kepada keadaan yang sangat didambakan oleh setiap insan. Bukan saja oleh umat Islam, tetapi juga oleh seluruh umat manusia di mana pun berada, termasuk seluruh makhluk dan tumbuhan. 


Selanjutnya, secara konsep, Islam merupakan agama yang mengajarkan monoteisme tauhid yang harus diwujudkan dalam bentuk kepasrahan diri dan ketaatan kepada Allah semata dan rasul-Nya selaku utusan yang membawa rahmat ke seluruh alam untuk meraih kebahagiaan dan keselamatan dunia dan akhirat.  


Namun, kebahagiaan itu tidak akan terwujud tanpa kedamaian dan ketenteraman serta kasih sayang di antara sesama. Intinya, melalui misi kedamaian serta kasih sayang, risalah Islam diturunkan ke seluruh alam.    


Selama ini, damai masih dimaknai sebagai hidup rukun berdampingan antara dua pihak atau dua kekuatan yang berseteru. Padahal, nyatanya tidak demikian. Dalam Islam, jiwa dan individu umat diciptakan untuk damai dan tenteram, yang keduanya merupakan kebutuhan dasar. Mari kita lihat setiap gerak-gerik kita, termasuk dalam beribadah, kita diperintah untuk selalu tertib, tenang, tuma'ninah, dan khusyu’. Tidak boleh terburu-buru, selain memang sikap tergesa-gesa itu berasal dari setan. 


Dalam muamalah dengan Allah atau yang disebut dengan hablun minallah, misalnya, kita diperintah dzikir kepada Allah, yang salah satu tujuannya menciptakan jiwa yang damai dan tenang, sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Quran surah ar-Ra’du ayat 28. Kemudian, ketika menunaikan shalat, kita diwajibkan sambil tuma'ninah dalam melaksanakannya alias tenang tidak terburu-buru. Di akhir shalat, kita juga diperintah untuk mengucap salam yang maknanya tak lain adalah kedamaian dan keselamatan.  


Usai shalat, kita dianjurkan untuk berdoa, di antara doa yang biasa kita baca adalah doa selamat dan doa keselamatan, Allahumma antas salam wa minkas salam…. Dan masih banyak lagi tradisi lainnya yang tidak bisa dilepaskan dari semangat kedamaian serta keselamatan. Bahkan, di akhirat kelak, yang akan dipanggil oleh Allah masuk surga tak lain adalah hamba Allah yang jiwa-jiwanya penuh dengan ketenangan dan kedamaian, sebagaimana yang disebutkan dalam surah Al-Fajri ayat 27 sampai ayat 30.  

 
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً


Artinya: “Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha lagi diridhai-Nya,” QS. Al-Fajr [89]: 27-30). 


Sidang Jumat yang dirahmati Allah 

Begitu pula dalam muamalah dengan sesama manusia atau yang biasa disebut dengan hablun minannas. Islam sudah mengajarkan kita semua untuk menebar salam atau ucapan assalamu alaikum saat bertemu orang lain di samping kita harus menjunjung semangat toleransi, sehingga tercipta kehidupan yang rukun, baik sesama seagama maupun sesama umat beragama.


Berbicara ajaran, tentu rujukannya adalah Al-Quran dan sunah Rasulullah saw. Dalam Al-Quran, kata salam dan kata turunannya, disebutkan tidak kurang dari 120 kali, yang salah satunya mengacu kepada asma Allah, as-Salam yang artinya Dzat yang maha memberi keselamatan dan kedamaian. Ini menunjukkan, Allah adalah sumber kedamaian dan keselamatan, yang mewajibkan para hamba-Nya meraih keduanya. Walhasil, berdasar keimanan dan kasih sayang, Islam sangat menekankan pentingnya kasih sayang antarsesama, bahkan sesama makhluk, agar tercipta kedamaian dan keselamatan dunia dan akhirat. 


Begitu pula dalam sunah Rasulullah saw. Banyak sekali hadits yang mengajarkan hidup damai dan memperhatikan keselamatan sesama. Rasulullah bersabda:    


المُسْلِمُ مَن سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِن لِسانِهِ ويَدِهِ 


Artinya: “Orang muslim itu adalah orang yang muslim-muslim lainnya selamat dari gangguan lisan dan tangannya,” (HR. al-Bukhari). 


Oleh karena itu, semoga kita semua bisa memahami dan juga menjalankan ajaran damai yang sudah diajarkan oleh agama kita. Sehingga kita benar-benar memegang ajaran tersebut secara kaffah, sebagaimana pesan ayat, “Masuklah kalian ke dalam agama Islam secara kaffah,” (QS. Al-Baqarah [2]: 208).  


Mudah-mudahan di akhirat kelak, kita termasuk hamba yang mendapat kebahagiaan dan keselamatan serta mewarisi Darussalam negeri surga yang penuh dengan kedamaian, ketentraman, selama-lamanya. Amin ya rabbal alamin. 


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ


Khutbah II


اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا . وَصَلَّى الله عَلَى سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِوَالْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَ نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
 

M. Tatam Wijaya, Penyuluh dan Katib Syuriah MWC NU Sukanagara