Khutbah

Khutbah Jumat: Memetik Hikmah dari Kisah Qarun

Jum, 24 Mei 2024 | 10:00 WIB

Khutbah Jumat: Memetik Hikmah dari Kisah Qarun

Khutbah Jumat kisah Qarun. (Foto: NU Online)

Kisah Qarun adalah salah satu kisah yang terdapat dalam Al-Qur'an. Kisah seorang yang dianugerahi oleh Allah kekayaan lalu kufur nikmat. Karenanya Allah memberikan balasan dan azab kepada Qarun. Dari kisah Qarun, umat Islam dapat mengambil ibrah (pelajaran) agar selamat dalam menjalani kehidupan.


Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul "Khutbah Jumat: Memetik Hikmah dari Kisah Qarun". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat! (Redaksi)



Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ، أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَام ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ, اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ, وَاشْكُرُوْهُ عَلَى مَا هَدَاكُمْ لِلإِسْلاَمِ، وَأَوْلاَكُمْ مِنَ الْفَضْلِ وَالإِنْعَامِ، وَجَعَلَكُمْ مِنْ أُمَّةِ ذَوِى اْلأَرْحَامِ. قَالَ تَعَالَى : مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ.
 
 

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt,

Segala puji dan syukur kita persembahkan kepada Allah swt atas segala karunia dan rahmatnya yang senantiasa diberikan kepada kepada hamba-hambaNya. Shalawat dan salam kita haturkan kepada baginda Rasulullah saw. Sumber keteladanan, manusia yang paling mulia di muka bumi ini. 


Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt,

Dua pertiga Al-Qur'an berisi kisah-kisah umat terdahulu untuk menjadi iktibar bagi umat kemudian. Ada kisah yang sangat terkenal, yaitu kisah Qarun,  seorang yang dianugerahi nikmat kemudian menjaid kufur. Allah swt berfirman: 


  إِنَّ قارُونَ كانَ مِنْ قَوْمِ مُوسى فَبَغى عَلَيْهِمْ وَآتَيْناهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفاتِحَهُ لَتَنُوأُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ   


Artinya: "Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat." (QS. Al-Qashash: 76). 


Awalnya ia adalah pengikut Nabiyullah Musa, tidak ada harta apalagi kekuatan. Selanjutnya Allah membukakan pintu rezeki kepadanya berupa harta yang melimpah. Dalam ayat ini, Allah mengingatkan kita betapa kemudian Qarun memisahkan diri dari pengikut Musa. Redaksi ayatnya kemudian memposisikan ia sejajar bersama Firaun dan Hamman. Allah swt berfirman: 


وَقَارُونَ وَفِرْعَوْنَ وَهَامَانَ ۖ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مُوسَىٰ بِالْبَيِّنَاتِ فَاسْتَكْبَرُوا فِي الْأَرْضِ وَمَا كَانُوا سَابِقِينَ


Artinya: "Dan sesungguhnya Musa telah datang kepada mereka (Qarun, Firaun, dan Haman) dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi mereka berlaku sombong di muka bumi, maka tidaklah mereka luput dari kehancuran'' (QS Al 'Ankabut: 39).


Selanjutnya Qarun pasca menjadi kaya berubah total 180 derajat. Kawan-kawan dekatnya ia jauhi, bahkan ia sudah melupakan Nabiyullah Musa as. Ia telah menjadi hamba yang tidak lagi bersyukur akan nikmat Allah swt.  Allah swt berfirman: 


وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيددٌ


Artinya: ''Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih'' (QS Ibrahim: 7).  


Al-Qur'an ingin supaya kita semua belajar dari kisah Qarun, seorang yang Allah anugerahi nikmat kemudian lupa akan semua. Kecongkakannya telah membinasakan dirinya dan menjadi semena-mena kepada yang lemah. Padahal sifat ini bisa membahayakan dan menjatuhkan seseorang ke jurang kehancuran. Bahkan kemudian, Qarun menjual dirinya kepada penguasa yang bernama Firaun, agar membantu kekuasaan Firaun dengan hartanya.


Begitu lezat ia berbuat zalim dan sombong sampai kemudian tibalah masanya Allah menghancurkan dia dan seluruh hartanya dalam sekejap. Allah swt berfirman: 


  فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِينَ   


Artinya: "Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (diri),” (QS. Al-Qashash: 81).


Kisah Qarun menjadi iktibar kepada umat Islam saat ini, adakah diri kita berubah sesudah Allah memberi nikmat yang luas, berupa kekayaan, kekuasaan, istri dan anak?. Apakah kita masih tetap sebagai seorang yang dulunya rajin beribadah, mencium tangan orang tua, bertemu dan menyapa sahabat-sahabat seperjuangan, ataukah kita saat ini tak lagi mempraktikkan laku itu?. Maka jangan-jangan sifat Qarun sudah bersemayam dalam hati kita. Naudzubillah min dzalik


Betapa banyak sekarang fenomena perceraian, di mana seorang suami berubah sikapnya manakala harta dan kuasanya bertambah. Ia lupa diri dengan berselingkuh, ia lupa jika keberhasilannya juga atas dorongan dan dukungan sang istri. Terjadilah konflik rumah tangga yang berakhir dengan kehancuran dan air mata. 


Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt,

Orang beriman tak pernah merasa goyah dan berubah baik dia berstatus sebagai seorang miskin maupun kaya. Punya jabatan atau tidak, seorang mukmin tetaplah menjadi mukmin yang mempunyai sifat rendah hati kepada sesama, penyayang, murah hari, pemaaf, saling menolong serta menjadi teladan bagi siapapun. Akhlak ini yang sesungguhnya yang dicontohkan Rasulullah kepada kita sebagai umatnya.


Begitupun ketika dunia Islam dimasuki dengan teknologi dan budaya yang luar biasa. Seorang Mukmin tidak akan berubah, tidak akan membenamkan diri dalam perubahan negatif. Sebaliknya, seorang mukmin akan memanfaatkan perubahan-perubahan dunia untuk kemajuan agamanya. 


Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah swt, 

Sebagai penutup khutbah ini, kita diingatkan kembali kepada khalifah Bani Umayah, Umar bin Abdul Aziz. Menjelang wafatnya, ia bacakan satu ayat yang menyadarkan diri kita akan hakikat kehidupan kita di dunia ini (Ibnu Katsir, juz, V h. 223): 


تِلْكَ الدَّارُ الْاٰخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِيْنَ لَا يُرِيْدُوْنَ عُلُوًّا فِى الْاَرْضِ وَلَا فَسَادًاۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ 


Artinya: "Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan tidak berbuat kerusakan di bumi. Kesudahan (yang baik, yakni surga) itu (disediakan) bagi orang-orang yang bertakwa." (QS Al-Qashas; 83).


Mari terus mensyukuri nikmat Allah dengan meningkatkan kualitas ibadah, semoga kita senantiasa mendapatkan petunjuk dari Allah swt. Amin ya Rabbal alamin. 


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ


Khutbah II


اَلْحَمْدُ للّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ   أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ 


Azmi Abubakar, Penyuluh Agama Islam Asal Aceh, Pengajar di Pondok Dayah Jeumala Amal.