Nikah/Keluarga

Ketika Orang Tua Memerintahkan Anak Menceraikan Pasangannya

Sab, 19 Februari 2022 | 18:00 WIB

Ketika Orang Tua Memerintahkan Anak Menceraikan Pasangannya

\"Kehalalan yang paling dibenci oleh Allah adalah perceraian."

Pertengahan tahun 2021, saya pernah mengulas isi mauizhah hasanah KH Izzuddin Muslih dalam sebuah acara walimatul arus tentang Birrul Walidayn. Pagi ini, ada salah satu pembacanya bertanya: "Bagaimana bila orang tua menyuruh menceraikan pasangan? Apakah bila tidak menuruti mereka berarti tidak birrul walidayn (bakti kepada orang tua)?"


Nabi Muhammad bersabda:


أبغض الحلال إلى الله الطلاق


Artinya, "Kehalalan yang paling dibenci oleh Allah adalah perceraian."


Al-Imam As-Shan'any ketika mengulas hadits ini berkata: "Hadits ini menjadi dalil bahwa dalam kehalalan ada beberapa hal yang tidak disukai oleh Allah. Dan yang paling tidak disukai di antara semuanya itu adalah perceraian. Ini berarti perceraian itu tidak mengandung nilai ibadah dan tidak berpahala pastinya. Maka, hadits ini sekaligus menjadi dasar untuk menjauhkan diri dari perceraian, selagi masih ada hal yang bisa menjadi alasan menghindari perceraian tersebut."


Dalam hadist yang lain, Rasulullah bersabda:


ما زال جبريل يوصيني بالنساء حتى ظننت أنه سيحرم طلاقهن


Artinya: "Malaikat Jibril terus menerus berpesan tentang para wanita sampai sampai aku mengira menceraikan mereka akan diharamkan."


Para ulama memahami hadits-hadits tersebut menjadi sangat "menutup pintu" untuk urusan perceraian. Bahkan mereka melarang perceraian itu terjadi walaupun atas dasar taat kepada orang tua. Padahal Allah memerintahkan kita untuk taat kepada mereka dalam Al-Qur'an Al-Karim.


Syekh Atha' bin Abi Rabah, Mufti Al-Haram Al-Makki ketika ditanya oleh seseorang tentang pria yang mempunyai Ibu dan Istri dan sang Ibu tidak rela terhadapnya kecuali bila ia menceraikan istrinya.


Beliau menjawab: "Hendaknya dia bertakwa kepada Allah dalam urusan ibunya dan senantiasa menjalin hubungan baik dengannya."


Sang penanya berkata: "Apakah dia harus menceraikan istrinya?"


Beliau menjawab: "Tidak."


Sang penanya kembali berkata: "Bukankah dia tidak diridhai ibunya kecuali dia menceraikan istrinya?"


Beliau menjawab: "Maka Allah tidak ridha kepada ibunya. Istrinya ada di bawah tanggung jawabnya, bukan ibunya, dialah yang menentukan, mempertahankan, atau menceraikan."


Ketika mendengar cerita tentang seorang lelaki yang menceraikan istri atas perintah ibunya, Al-Imam Hasan Al-Bashri berkata :


ليس الطلاق من برها في شيئ


Artinya: "Perceraian itu sama sekali bukan termasuk berbakti kepada ibunya."


Suatu ketika, seorang lelaki curhat kepada Syekh Abdullah bin Al-Mubarik, dia berkata: "Dulu ibuku selalu memintaku untuk menikah, sampai aku menikah. Setelah aku menikah, ia selalu memintaku menceraikan istriku."


Syekh berkata: "Kalau engkau sudah merasa melakukan semua bakti kepada ibumu kecuali ini, ya sudah ceraikan saja. Tapi, jika engkau menceraikan istrimu, lalu engkau membuat keributan yang luar biasa dan ibumu tetap marah kepadamu sebab kegaduhan yang kau buat itu, maka jangan kau ceraikan istrimu."


Seorang pria bertanya kepada Imam Ahmad bin Hanbal: "Bagaimana jika ayahku memerintahku menceraikan istriku?"


Beliau menjawab: "Jangan kau ceraikan."


Dia berkata: "Bukankah Sayyidina Umar juga menyuruh putranya, Abdullah, untuk menceraikan istrinya?"


Beliau menyahut: "Sampai ayahmu bisa menjadi seperti Sayyidina Umar."


Sebuah simpulan disampaikan oleh Al-Muhaddits, Abdul Aziz bin As-Shiddiq Al-Ghumary: "Maka tidak ada hak bagi ayah suami atau ibunya dan ayah istri atau ibunya untuk merusak atau membubarkan pernikahan anaknya demi keinginan pribadinya dan menuruti perbuatan dan bisikan setan, hal ini yang banyak terjadi sehingga mengakibatkan perceraian dan perpisahan bagi anak dan pasangannya."


Kokohnya rumah tangga adalah tanggung jawab suami dan istri selaku penumpang bahtera ini. Berumah tangga juga wahana mengolah semua kemampuan untuk menjadi bijaksana dalam mengambil keputusan.


Semoga rumah tangga kita, dari hari ke hari, senantiasa bertambah kemesraan dan keharmonisannya. Aamiin...


KH R Abdul Aziz, peneliti pada Aswaja NU Center PWNU Jatim, Direktur Aswaja NU Center PCNU Bangil.