Ramadhan

Kultum Ramadhan: Teladan Rasulullah dan Pasangan Suami Istri Sahabat dalam Membantu Sesama

Jum, 24 Maret 2023 | 15:00 WIB

Kultum Ramadhan: Teladan Rasulullah dan Pasangan Suami Istri Sahabat dalam Membantu Sesama

Teladan sahabat nabi. (Liustrasi: NU Online)

Ini adalah kisah teladan dari Rasulullah saw dan sepasang suami istri dari generasi sahabat yang secara totalitas membantu terhadap sesama, khusunya terhadap fakir miskim.


Ramadhan adalah bulan mulia, bulan yang sangat baik digunakan sebagai momentum untuk membantu sesama. Bila di bulan-bulan selainnya kita belum terbiasa membantu terhadap sesama, maka Ramadhan dapat menjadi kesempatan untuk membiasakan diri membantu terhadap orang lain. Sementara bila sudah terbiasa, maka Ramadhan dapat menjadi kesempatan untuk meningkatkannya. 


Suatu ketika, ada orang mendatangi Rasulullah saw untuk meminta makanan karena memang tidak mempunyai makanan sedikitpun untuk dimakannya. Sumpah demi Allah pun rela dilakukannya agar mendapatkan bantuan.


"Wahai Rasulullah, berilah aku makan, sungguh Demi Allah aku telah kepayahan," pinta orang itu penuh kasihan. 


Namun bagaimana, Rasulullah saw sendiri pada waktu itu tidak mempunyai simpanan makanan, sehingga tak bisa langsung segera membantunya. 


Akan tetapi kondisi ini tidak menyurutkan semangat Rasulullah saw untuk membantu orang yang itu sebisa mungkin. 


"Demi Dzat yang jiwaku ada pada kekuasaan-Nya, tak ada makanan padaku untuk diberikan kepadamu, tapi aku akan berusaha mencarinya," jawab Rasulullah saw.


Kemudian Rasulullah saw mendatangi salah seorang sahabat Anshar yang sedang makan sore bersama istrinya. Beliau meminta bantuan makanan kepadanya. 


Sahabat Anshar itupun kemudian memberitahu istrinya atas maksud kedatangan Rasulullah saw kepadanya. 


"Berilah orang yang meminta bantuan kepada Rasulullah itu makanan dan minuman," kata istri sahabat Anshar penuh keikhlasan.


Kedua kalinya, datang seorang anak yatim kepada Rasulullah saw untuk meminta bantuan makanan.


"Wahai Rasulullah, berilah aku makan, sungguh aku telah kepayahan," rengek anak mengharap iba darinya.


Seperti tadi, Rasulullah saw kebetulan juga sedang tidak punya makanan untuk disumbangkan kepada anak yatim malang itu.


"Demi Allah tidak ada makanan yang ada bersamaku untuk diberikan kepadamu, tapi aku akan mengusahakannya," jawab Rasulullah saw tanpa memupus harapan anak yatim itu.


Rasulullah saw kemudian mendatangi sahabat Anshar tadi untuk kedua kalinya bermaksud meminta bantuan makanan untuk si yatim. Ia segera menyelesaikan maksudnya kepadanya. Kemudian istri sahabat Anshar berkata:


"Berilah anak yatim itu makanan dan minuman."


Sahabat Anshar itupun memberikan bantuan makanan kepada si yatim melalui Rasulullah saw.


Untuk ketiga kalinya, kali ini datang seorang tawanan perang kepada Rasulullah saw yang juga bermaksud meminta makanan. 


"Wahai Rasulullah, beri aku makanan, sungguh aku telah mengalami kepayahan," kata tawaran perang itu penuh keyakinan akan segera diberi bantuan makanan oleh Rasulullah saw.


Lagi-lagi Rasulullah saw sedang tidak mempunyai cadangan makanan sehingga dapat membantu tawanan perang itu secara langsung. Pun demikian, Rasulullah saw tidak menolaknya. Untuk ketiga kalinya Rasulullah saw menyanggupi untuk mencarikan donasi makanan kepada orang yang meminta bantuan kepada.


"Demi Allah tidak ada makanan yang ada bersamaku untuk diberikan kepadamu, tapi aku akan mengusahakannya," jawab Rasulullah saw menyanggupinya.


Ketiga kalinya Rasulullah saw kemudian mendatangi kembali sepasang suami istri sahabat itu untuk meminta bantuannya. Setelah menyampaikan maksud kedatangannya pada sahabat Anshar, lalu Rasulullah saw mendapat jawaban dari istrinya:


"Ath'imhu wa asqih (Berilah tawanan perang itu makanan dan minuman." 


Nah, dari kisah ini dapat diambil pelajaran, bahwa Rasulullah saw dan sepasang sahabat suami istri rela membantu terhadap sesama secara totalitas. 


Rasulullah saw yang kebetulan tidak mempunyai cadangan makanan, tidak menolak secara serta merta terhadap orang, anak yatim dan tawanan perang yang terpaksa meminta bantuan makanan kepada. Tak hanya sekali, sampai tiga kali berturut-turut Rasulullah saw berkenan mengusahakannya untuk mencarikan bantuan kepada orang lain yang punya cadangan makanan.


Demikian pula sepasang sahabat suami istri juga rela memberi bantuan makanan secara totalitas. Terhitung tiga kali diminta bantuan melalui Rasulullah saw, tiga kali pula mereka memberi bantuan. 


Untuk diketahui, kisah ini disampaikan oleh Imam Al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya, Al-Jami' li Ahkamil Qur'an dari Abu Hamzah At-Tsumali, saat menafsirkan surat Al-Insan ayat 8-9:


وَیُطۡعِمُونَ ٱلطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ مِسۡكِینࣰا وَیَتِیمࣰا وَأَسِیرًا (٨) إِنَّمَا نُطۡعِمُكُمۡ لِوَجۡهِ ٱللَّهِ لَا نُرِیدُ مِنكُمۡ جَزَاۤءࣰ وَلَا شُكُورًا ٩


Artinya, "(8) Dan Al-Abrar atau orang-orang yang berbudi luhur itu memberikan makanan padahal mereka menyukainya kepada orang miskin, anak yatim dan tawanan perang. (9) Niscaya kami memberi makan kalian karena Allah. Kami tidak mengharapkan balasan dari kalian dan tidak mengharapkan kesyukuran kalian."


Totalitas membantu terhadap sesama seperti yang diteladankan oleh Rasulullah dan sepasang sahabat suami istri ini tentu dapat dijadikan pelajaran untuk meningkatkan rasa empati kita untuk membantu terhadap sesama secara total. 


Bila kebetulan kita tidak bisa membantu secara langsung, maka kita dapat melakukan kolaborasi dan kerjasama dengan pihak-pihak tertentu yang dapat bersama-sama memberi bantuan. Utamanya di bulan yang penuh berkah, bulan Ramadhan. 


Hal ini juga seiring dengan teladan kedermawanan Rasulullah saw. Dalam kesempatan lain diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra:


كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ، فَلَرَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ‏


Artinya, "Rasulullah saw adalah orang yang paling dermawan; dan beliau paling dermawan di dalam bulan Ramadhan saat bertemu malaikat Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk tadarus Al-Qur’an bersamanya. Maka sungguh kedermawanan Rasulullah Saw dalam memberikan kebaikan melebihi angin yang berhembus." (HR Al-Bukhari). Wallahu a'lam.


Ustadz Ahmad Muntaha AM, Redaktur Keislaman NU Online dan Founder Aswaja Muda