Sirah Nabawiyah

Caos Dahar: Tradisi Makan Gratis Berlauk Ikan ala Sunan Kalijaga

Selasa, 26 November 2024 | 10:00 WIB

Caos Dahar: Tradisi Makan Gratis Berlauk Ikan ala Sunan Kalijaga

Ilustrasi makan siang di sekolah. Sumber: Canva/NU Online

Uji coba makan gratis bergizi di beberapa daerah baru-baru ini menggunakan lauk ikan. Sebagai sumber protein tinggi, ikan tersedia melimpah di Indonesia dan telah lama digunakan sebagai lauk utama penduduk Nusantara. Bagaimana khazanah kuliner berlauk ikan ini ditradisikan oleh ulama Islam di tengah-tengah masyarakat? Apa keistimewaan lauk ikan yang terdapat pada acara tradisi kuliner tersebut?


Sejak zaman Sunan Kalijaga, sudah ada tradisi makan gratis berlauk ikan dengan nama Caos Dahar yang secara harfiah berarti memberikan makanan kepada orang lain. Sunan Kalijaga, yang bernama Raden Said atau Raden Mas Syahid, merupakan idola masyarakat kelas bawah di Jawa karena selalu berpihak kepada mereka. Meskipun lahir dari keluarga ningrat, beliau memilih hidup sebagai rakyat jelata dan membantu masyarakat lemah.


Pada masa Sunan Kalijaga, bencana kelaparan melanda masyarakat sehingga mengusik nuraninya untuk membantu fakir miskin yang kesulitan makanan. Latar belakang kondisi masyarakat yang sering kelaparan pada zaman Sunan Kalijaga ini tercatat dalam studi yang dilakukan oleh peneliti (Meachem, 2023, Sunan Kalijaga: The Birth of a Self-Actualized Pilgrimage Culture, SIT Graduate Institute Fakultas Filsafat UGM, Independent Study Project Collection, 3649).


Setelah dikenal sebagai ulama penyebar Islam, Sunan Kalijaga gemar memberikan hidangan makanan untuk para tamu yang datang. Tamu itu tentu beragam, mulai dari kalangan raja, ulama, hingga rakyat jelata. Menu yang disuguhkan adalah menu kesukaan Sunan Kalijaga yang berlauk ikan. Tradisi itulah yang dikenal dengan nama Caos Dahar dan hingga kini, peninggalan kuliner zaman Walisanga itu masih dilestarikan oleh komunitas di Kadilangu, Demak, sebagai tradisi selamatan atau syukuran.


Selain ditradisikan rutin setiap tahun oleh keturunan Sunan Kalijaga, Caos Dahar menjadi model bagi warga Demak yang akan mengadakan syukuran dan berbagi kebahagiaan kepada orang lain. Ketika mendapatkan anugerah dalam kehidupan, mereka mengeluarkan sedekah berupa membagikan makanan. Hadirin yang datang pada acara selamatan tentu mendapatkan menu makanan Caos Dahar tersebut secara gratis.


Lauk yang digunakan dalam acara tersebut di antaranya adalah ikan lele bakar dan ikan asin petek bakar berbumbu pedas. Pemilihan ikan lele oleh Sunan Kalijaga saat itu memiliki nilai filosofis. Ikan lele hidup di perairan berlumpur yang umumnya berada di empang atau kolam yang lebih rendah dari permukaan tanah. Lingkungan hidup ikan lele memberi pesan agar orang yang sedang mengalami kebahagiaan hidup tidak melupakan orang lain yang posisinya lebih rendah.


Dari kandungan gizinya, ikan lele tidak kalah dengan sumber protein lainnya. Protein ikan adalah protein yang istimewa karena mengandung semua asam amino esensial, seperti lisin, leusin, dan metionin, yang lebih tinggi dibandingkan protein yang terkandung dalam susu dan daging. Kandungan leusin pada ikan air tawar seperti lele sangat diperlukan anak-anak karena membantu perombakan dan pembentukan protein otot, sedangkan lisin membantu pertumbuhan (Martiana, 2015, Eksperimen Pembuatan Sosis Ikan Lele Dumbo [Clarias gariepinus] dengan Penambahan Wortel,Ā [Skripsi, Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Universitas Negeri Semarang], 26-27).


Proses pengolahan ikan lele sebagai lauk pada menu Caos Dahar juga relevan dengan penelitian ilmu gizi. Ikan lele pada menu Caos Dahar dimasak dengan cara dibakar atau dipanggang. Hasil penelitian di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa cara pengolahan terbaik untuk menjaga mutu nutrisi dan rasa ikan lele adalah dengan dibakar atau dipanggang.


Cara pengolahan ikan lele dengan dibakar atau dipanggang dapat mengurangi kontaminasi lemak-lemak berbahaya bila dibandingkan dengan penggorengan, sehingga lebih aman untuk kesehatan jantung (Al-Turk, 2007, Consumer Attitudes and Acceptability of Catfish Prepared in a Lowat Manner, Theses and Dissertations, Mississippi State University, 1167).


Hal lain yang mengesankan ketika ikan lele dibakar atau dipanggang adalah keluarnya minyak ikan lele yang sangat bermanfaat. Cara pengolahan ikan lele bakar pada menu Caos Dahar sebagai warisan Sunan Kalijaga seolah menjawab tantangan zaman yang dihadapi Indonesia saat ini. Kandungan minyak ikan lele ternyata sangat bermanfaat untuk mengatasi stunting, yang menjadi problem serius di Indonesia pada masa sekarang.


Ketika diuji di laboratorium, minyak ikan lele punya potensi untuk mengatasi stunting karena dapat meningkatkan berat badan dan mengurangi peradangan. Meskipun penelitian ini dilakukan pada hewan uji, tetapi hasilnya bisa diterapkan pada manusia karena ikan lele adalah makanan yang terjangkau harganya dan memiliki pengaruh terhadap peningkatan nafsu makan yang biasanya menjadi masalah pada anak stunting (Reski et al, 2021, Efficacy of Catfish [Pangasius hypophtalmus] to Overcome Stunting by Reducing Inflammatory Condition, [Innovare Academic Sciences Vol 13 Issue 5], 18-22).


Keberhasilan ikan lele untuk meningkatkan berat badan anak-anak telah dibuktikan di Afrika Selatan. Uji coba yang dilakukan di sana menggunakan filet ikan lele untuk diberikan pada anak-anak yang kurang gizi sebanyak tiga kali sehari selama satu tahun. Berat badan dan tinggi badan anak-anak yang diberi filet ikan lele itu lalu dibandingkan dengan yang tidak diberi ikan lele sebagai kelompok kontrol.


Hasilnya menunjukkan bahwa pertambahan berat badan dan tinggi badan pada anak yang diberi ikan lele lebih cepat dibandingkan dengan yang tidak mengonsumsi lele. Selain itu, DHA dan zat besi pada anak-anak yang diberi ikan lele lebih tinggi daripada yang tidak (Byrd et al, 2022, Fish and Fish-Based Products for Nutrition and Health in the First 1000 Days: A Systematic Review of the Evidence from Low and Middle-Income Countries, Adv Nutr, 2458-2487).


Bagaimana dengan ikan asin petek yang juga menjadi lauk pada Caos Dahar? Adakah keistimewaan dari ikan petek? Ikan ini termasuk ikan kecil yang pipih dan berwarna keperakan, hidup di perairan payau maupun lautan. Karena ukurannya yang kecil, ikan ini kurang diminati masyarakat dan harganya sangat murah di pasaran, sehingga biasanya hanya dibuat sebagai ikan asin. Namun, Sunan Kalijaga menjadikan ikan petek sebagai menu lauk Caos Dahar, sehingga tidak salah untuk dicermati dengan saksama.


Ikan Petek atau juga disebut Peperek memiliki nama latin Leiognathus equulus yang banyak ditemukan di Laut Jawa telah diteliti kandungan gizinya. Bila dibandingkan dengan ikan lainnya, kandungan protein terlarut pada Ikan Petek paling tinggi di antara 9 ikan yang diteliti (Pritani et al., 2018, Protein and Fatty Acid Profile of Marine Fishes From Java Sea, Indonesia, [Biodiversitas Journal of Biological Diversity, Volume 19, Number 5], 1737ā€“1742).


Berdasarkan penelitian tersebut, kandungan protein terlarut Ikan Petek menempati urutan pertama (286,68 mg/g). Di bawah Ikan Petek ada ikan-ikan lain yang kandungan proteinnya juga diukur pada penelitian itu, seperti Ikan Bilis, Kurisi, Boso, Bawal, Selar, Kerong, Buntal, dan Layur. Dengan demikian, kandungan nutrisi Ikan Petek berprotein paling tinggi sehingga sangat potensial untuk membantu pertumbuhan anak-anak.


Pertumbuhan anak-anak, sejak bayi hingga 1000 hari selanjutnya, memang menjadi periode kunci untuk mengatasi stunting. Namun, ketika anak-anak sudah berada pada usia sekolah, nutrisinya juga harus dipertahankan agar tetap bergizi. Ketika menuntut ilmu, suplai nutrisi tentu sangat penting agar siswa siap untuk menerima materi pelajaran di sekolah.


Ikan bakar dan ikan asin merupakan makanan istimewa sejak masa lampau sehingga menjadi bekal Nabi Musa ā€˜alaihissalam ketika mencari ilmu. Di dalam Surat Al-Kahfi ayat 62, disebutkan bahwa Nabi Musa membawa bekal makanan:


ŁŁŽŁ„ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲ§ Ų¬ŁŽŲ§ŁˆŁŽŲ²ŁŽŲ§ Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ Ł„ŁŁŁŽŲŖŁ°Ł‰Ł‡Ł Ų§Ł°ŲŖŁŁ†ŁŽŲ§ ŲŗŁŽŲÆŁŽŲ§Ū¤Ų”ŁŽŁ†ŁŽŲ§Ū– Ł„ŁŽŁ‚ŁŽŲÆŁ’ Ł„ŁŽŁ‚ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽŲ§ Ł…ŁŁ†Ł’ Ų³ŁŽŁŁŽŲ±ŁŁ†ŁŽŲ§ Ł‡Ł°Ų°ŁŽŲ§ Ł†ŁŽŲµŁŽŲØŁ‹Ų§


Fa lammĆ¢ jĆ¢wazĆ¢ qĆ¢la lifatĆ¢hu Ć¢tinĆ¢ ghadĆ¢'anĆ¢ laqad laqĆ®nĆ¢ min safarinĆ¢ hĆ¢dzĆ¢ nashabĆ¢


Artinya, "Ketika mereka telah melewati (tempat itu), Musa berkata kepada pembantunya, ā€œBawalah kemari makanan kita. Sungguh, kita benar-benar telah merasa letih karena perjalanan kita ini."


Pada ayat 63, disebutkan bahwa bekal makanan itu adalah lauk berupa ikan:


Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ Ų§ŁŽŲ±ŁŽŲ§ŁŽŁŠŁ’ŲŖŁŽ Ų§ŁŲ°Ł’ Ų§ŁŽŁˆŁŽŁŠŁ’Ł†ŁŽŲ§Ł“ Ų§ŁŁ„ŁŽŁ‰ Ų§Ł„ŲµŁ‘ŁŽŲ®Ł’Ų±ŁŽŲ©Ł ŁŁŽŲ§ŁŁ†Ł‘ŁŁŠŁ’ Ł†ŁŽŲ³ŁŁŠŁ’ŲŖŁ Ų§Ł„Ł’Ų­ŁŁˆŁ’ŲŖŁŽŪ– ŁˆŁŽŁ…ŁŽŲ§Ł“ Ų§ŁŽŁ†Ł’Ų³Ł°Ł‰Ł†ŁŁŠŁ’Ł‡Ł Ų§ŁŁ„Ł‘ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ų“Ł‘ŁŽŁŠŁ’Ų·Ł°Ł†Ł Ų§ŁŽŁ†Ł’ Ų§ŁŽŲ°Ł’ŁƒŁŲ±ŁŽŁ‡Ł—Ūš ŁˆŁŽŲ§ŲŖŁ‘ŁŽŲ®ŁŽŲ°ŁŽ Ų³ŁŽŲØŁŁŠŁ’Ł„ŁŽŁ‡Ł— ŁŁŁ‰ Ų§Ł„Ł’ŲØŁŽŲ­Ł’Ų±Ł Ų¹ŁŽŲ¬ŁŽŲØŁ‹Ų§


QĆ¢la a ra'aita idz awainĆ¢ ilash-shakhrati fa innĆ® nasĆ®tul-įø«Ć»ta wa mĆ¢ ansĆ¢nĆ®hu illasy-syaithĆ¢nu an adzkurah, wattakhadza sabĆ®lahĆ» fil-baįø«ri ā€˜ajabĆ¢


Artinya: Dia (pembantunya) menjawab, ā€œTahukah engkau ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi, sesungguhnya aku lupa (bercerita tentang) ikan itu dan tidak ada yang membuatku lupa untuk mengingatnya, kecuali setan. (Ikan) itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh.ā€


Redaksi kedua ayat itu menceritakan bahwa ikan bekal Nabi Musa mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali. Ikan yang sudah menjadi lauk itu hidup kembali dan menjadi penunjuk jalan tempat Nabi Khidir ā€˜alaihissalam berada. Menurut KH Bisri Mustofa dalam Tafsir Al-Ibriz, ikan yang dijadikan bekal oleh Nabi Musa dan muridnya, Yusya, adalah ikan asin yang sudah matang (Tafsir Al-Ibriz, [Lembaga Kajian Strategis Indonesia, 2015], 301).


Ikan dapat menjadi salah satu solusi ketika pembiayaan untuk penyediaan konsumsi makan gratis bergizi bagi siswa terbatas. Sejarah Walisanga mengungkap bahwa tradisi makan ikan adalah khazanah kuliner di Nusantara dan relevan dengan penelitian ilmiah dari sudut pandang nutrisi untuk pertumbuhan anak.

 

Sunan Kalijaga melalui tradisi Caos Dahar telah memberikan contoh model makan gratis bergizi berlauk ikan yang hingga kini masih eksis dan perlu diambil sebagai pelajaran. Wallahu a'lam


Ustadz Fauzi Yunus, Pendamping Proses Produk Halal (PPH) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Pengajar Majelis Taklim Al Hidayah