Sirah Nabawiyah

Kisah Nabi Muhammad Bantu Salman Al-Farisi Menanam 300 Pohon untuk Kemerdekaannya

Ahad, 2 Februari 2020 | 14:30 WIB

Kisah Nabi Muhammad Bantu Salman Al-Farisi Menanam 300 Pohon untuk Kemerdekaannya

Ilustrasi kebun kurma. (kawa-news.com)

Nabi Muhammad begitu menghormati budak. Beliau memerintahkan kepada para sahabatnya untuk berbuat baik kepada budaknya dan melarangnya memukulnya secara dzalim. Bagi Nabi, budak adalah seorang saudara. Oleh karenanya, mereka selayaknya diperlakukan secara manusiawi dan dipenuhi hak-haknya.  

Lebih dari itu semua, Nabi Muhammad menyatakan bahwa Islam memberikan hak kepada para budak untuk memerdekakan diri melalui mukatabah (sebuah perjanjian di mana seorang tuan akan memerdekakan budaknya jika mereka berhasil melunasi harga yang disepakati). Beliau juga tidak segan-segan membantu budak yang ingin merdeka. Dengan hak ini lah, akhirnya ada beberapa budak yang kemudian mendapatkan kemerdekaannya. Termasuk di antaranya adalah Salman al-Farisi.

Sebetulnya, Salman al-Farisi adalah seorang merdeka. Dia mengalami perjalanan yang panjang sebelum akhirnya bertemu dengan Nabi Muhammad dan menyatakan diri masuk Islam. Salman al-Farisi berasal dari Desa Jayyun, Kota Isfahan, Persia. Bapaknya adalah seorang kepala desa di sana dan seorang penyembah api (Majusi). 

Suatu hari, Salman al-Farisi diperintahkan bapaknya untuk menjalankan satu tugas di satu tempat. Di tengah jalan, Salman bertemu dengan orang-orang Nasrani yang tengah menjalankan ibadahnya. Ia mulai tertarik dengan agama itu. Ia bertanya kepada sang pendeta perihal agama Nasrani; dari mana agama tersebut berasal dan kepada siapa dia bisa belajar agama itu lebih dalam. 

Sejak saat itu, Salman al-Farisi mulai melakukan pengembaraan untuk memenuhi dahaga spiritualnya. Setelah mendapatkan wasiat dari pendeta yang ditemuinya, Salman pergi ke Syam, ke Irak, dan ke Amuriyah (bagain dari wilayah kekuasaan Romawi Timur). Hingga suatu ketika ada seorang pendeta yang memberikan kabar kepada Salman perihal akan datangnya Nabi baru dari bangsa Arab. Seorang Nabi yang diutus dengan agama yang sama dengan Nabi Ibrahim. 

Singkat cerita, Salman al-Farisi meminta kafilah dagang Bani Kalb, yang saat itu kebetulan melewatinya, untuk membawanya ke negeri Arab. Sebagai imbalannya, Salman akan memberikan harta benda yang dimilikinya. Pedagang Bani Kalb menyetujui permintaan Salman, namun di tengah jalan mereka mengkhianatinya. Salman al-Farisi malah dijual kepada seorang Yahudi ketika sampai di satu wilayah yang dekat dengan Yatsrib, Wadi Al-Qura. 

Sepupu majikan Salman kemudian membeli Salman dan membawanya ke Madinah. Hingga suatu hari, Salman al-Farisi mendengar majikan barunya ini membincang tentang datangnya seorang dari Makkah yang mengaku sebagai Nabi. Ia lalu mencari tahu keberadaan Nabi baru tersebut dan berhasil menemukannya. Salman baru menyatakan keimanannya setelah bertemu yang ketiga kalinya dengan Nabi Muhammad. Setelah Salman yakin dengan tanda-tanda kenabian pada diri Nabi Muhammad—sebagaimana yang dia ketahui dari pendeta Nasrani; tidak menerima sedekah, hanya menerima hadiah, dan memiliki ‘cap kenabian’ di punggungnya.

 Setelah menjadi seorang Muslim, Nabi Muhammad kemudian meminta Salman al-Farisi untuk membuat perjanjian dengan majikannya, di mana dia akan merdeka kalau berhasil melunasi sejumlah harta yang disepakati. Kepada majikannya, sebagaimana dalam buku Akhlak Rasul Menurut Al-Bukhari dan Muslim (Abdul Mun’im al-Hasyimi, 2018), Salman al-Farisi berjanji akan menanam 300 benih pohon kurma dan menyerahkan 40 uqiyah (1 uqiyah setara dengan 119 gram perak, jadi 40 uqiyah sama dengan 4,76 kg perak), sebagai harga yang harus dibayar untuk kemerdekaannya. Dan sang majikan menyetujui itu.
 
Nabi Muhammad lantas memerintahkan para sahabatnya untuk membantu Salman al-Farisi mengumpulkan 300 benih pohon kurma. Setelah terkumpul, Nabi meminta Salman untuk membuat lubang-lubang di tanah untuk menanam ratusan benih pohon kurma tersebut. Nabi Muhammad, Salman, dan para sahabat lantas mulai menanam benih pohon kurma tersebut satu per satu ke dalam lubang yang sudah dipersiapkan.  
 
Satu persyaratan telah terpenuhi, namun Salman al-Farisi masih memiliki satu tugas lagi; menyetor 40 uqiyah kepada majikannya. Beberapa saat setelah itu, Nabi Muhammad mendatangi Salman al-Farisi dengan membawa emas sebesar telur ayam. Salman menerimanya dan kemudian membayarkannya kepada sang majikan. Maka sejak itu, Salman al-Farisi menjadi manusia yang merdeka, tidak lagi menyandang status budak.

“Dan budak-budak yang kamu miliki yang menginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat perjanjian dengan mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu,” kata Nabi Muhammad. Kampanye Islam tentang penghormatan dan pembebasan budak menjadi rintisan dari pada penghapusan perbudakan. Waallahu ‘Alam.

Penulis: Muchlishon Rochmat
Editor: Fathoni Ahmad