Sirah Nabawiyah

Non-Muslim yang Berkontribusi dalam Perjuangan Dakwah Islam

Sel, 15 Maret 2022 | 12:45 WIB

Non-Muslim yang Berkontribusi dalam Perjuangan Dakwah Islam

Non-Muslim yang Berkontribusi dalam Perjuangan Dakwah Islam

Dalam rekam sejarah perjalanan dakwah Rasulullah ﷺ, tidak pernah beliau mempertentangkan antara Muslim dan non-Muslim dalam interaksi sosial. Selama bisa hidup berdampingan, tidak mengancam mengganggu atau bahkan mengancam keselamatan umat Muslim, Nabi tetap menghormati non-Muslim sebagai sesama manusia yang memiliki hak untuk dihargai. Allah swt dalam Al-Qur’an berfiman,

 

وَلَقَدۡ كَرَّمۡنَا بَنِيٓ ءَادَمَ وَحَمَلۡنَٰهُمۡ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ وَرَزَقۡنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَفَضَّلۡنَٰهُمۡ عَلَىٰ كَثِيرٖ مِّمَّنۡ خَلَقۡنَا تَفۡضِيلٗا 

 

Artinya, “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. Al-Isra [17]: 70)

 

Ayat di atas menegaskan bahwa agama Islam memuliakan semua manusia, tanpa memandang latar belakang agamanya, baik Muslim ataupun non-Muslim.

 

Dalam catatan sejarah Islam, tidak sedikit pula non-Muslim yang memiliki kontribusi besar dalam membantu Rasulullah saw menyukseskan dakwah. Kita bisa mendapati mereka seperti Abu Thalib, Waraqah bin Naufal, Abdullah bin Uraiqith, dan lain sebagainya.

 

Abu Thalib

Kisah pembelaan Abu Thalib terhadap  Rasulullah sudah tidak asing lagi di telinga semua orang. Sejak Abdul Muthalib (kakek Nabi) wafat, Abu Thalib menggantikannya sebagai pengasuh Nabi Muhammad. Kasih sayang yang diberikan untuk sang keponakan melebihi yang ia berikan kepada anak-anak kandungnya sendiri. Hal ini bahkan berlangsung lama sampai 40 tahun atau hingga akhir hayatnya.

 

Pembelaannya kepada Nabi begitu besar sampai ia berani mempertaruhkan nyawanya. Pernah sekali waktu Abu Thalib diteror oleh kaum Qurasiy yang tidak suka dengan dakwah Nabi, bahkan ia sampai diancam akan dibunuh jika tidak mau menghentikan aktivitas dakwah keponakannya. Tak disangka, Abu Thalib tetap dalam pendiriannya. Ia siap menjadi pembela “berani mati” untuk melindungi Nabi Muhammad dari ancaman para musuh (Safyurrahman al-Mubarakfuri, Raḫîqul Makhtûm, t.t: 85)

 

Terkait pembelaannya terhadap Nabi, Abu Thalib pernah menggubah syair di antaranya,

 

وَاللّهِ لَنْ يَصِلُوْا اِلَيْكَ بِجَمْعِهِمْ * حَتَّى أُوَسِّدَ فِي التُّرَابِ دَفِيْنًا فَامْضِ 
لاَمْرِكَ مَا عَلَيْكَ غَضَاضَةٌ * أَبْشِرْ وَقِرْ بِذَاكَ مِنْكَ عُيُوْنًا

 

Artinya, “Demi Allah, mereka dan komplotannya. Takkan bisa menyentuhmu (Muhamamd) sampai aku terbujur kaku terkubur di tanah. Lanjutkan perjuanganmu, engkau tak melakukan sesuatu yang hina. Berbahagialah dan tenteramkanlah hatimu.”

 

Sampai tutup usia Abu Thalib belum menyatakan masuk Islam, meski ada sejumlah ulama yang berpendapat dia sempat mengucapkan dua kalimat syahadat saat detik-detik kewafatannya.

 

Waraqah bin Naufal

Waraqah bin Naufal merupakan penganut agama Nansrani yang taat. Ajaran yang dipegangnya masih murni dari syariat Nabi Ibrahim. Artinya, ia tidak mau menyembah berhala sebagaimana sudah menjadi sesembahan mayoritas kaum Quraisy saat itu. (Syekh Abdussalam Muhammad Harun, Nawâdirul Mahthûthât, 1973: juz I, h. 327)

 

Waraqah termasuk salah satu non-Muslim yang juga memiliki jasa terhadap perjalanan dakwah Nabi Muhammad, terutama pada masa-masa awal Nabi menerima wahyu.

 

Dikisahkan, sekali waktu Nabi baru saja berjumpa Malaikat Jibril untuk menerima wahyu. Perjumpaan pertamanya dengan Jibril membuatnya sangat ketakutan. Sayyidah Khadijah sang istri pun membawanya menemui Waraqah. Karena menguasai kitab-kitab suci terdahulu, Waraqah pun tahu bahwa orang yang dibawa Khadijah itu adalah sosok Nabi akhir  zaman. Waraqah kemudian berhasil meneguhkan Nabi di awal karir dakwahnya.

 

Menyadari hal itu, Waraqah segera menyatakan iman kepada Nabi, bahkan ia bertekad jika masih diberi usia panjang akan turut membelanya dalam berdakwah menyebarkan agama Islam. “Andai aku masih bertemu masa itu, sungguh, aku akan berjihad bersamamu,” kata Waraqah. Imam Abu Bakr al-Baihaqi dalam Dalailun Nubuwwah mencatat ungkapan yang disampaikan Waraqah berikut,

 

أَبْشِرْ، ثُمَّ أَبْشِرْ، فَأَنَا أَشْهَدُ أَنَّكَ الَّذِي بَشَّرَ بِهِ ابْنُ مَرْيَمَ، وَأَنَّكَ عَلَى مِثْلِ نَامُوسِ مُوسَى، وَأَنَّكَ نَبِيٌّ مُرْسَلٌ، وَأَنَّكَ سَوْفَ تُؤْمَرُ بِالْجِهَادِ بَعْدَ يَوْمِكَ هَذَا، وَلَئِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ لَأُجَاهِدَنَّ مَعَكَ

 

Artinya, “Berbahagialah, kemudian berbahagialah. Aku bersaksi bahwa kau adalah orang yang (dijanjikan) membawa kabar gembira oleh (Isa) putra Maryam. Sesungguhnya kau (didatangi malaikat) seperti Namus (Jibril) untuk Musa. Sesungguhnya kau adalah nabi yang diutus. Sesungguhnya kau akan diperintahkan untuk berjihad setelah harimu (diangkat menjadi nabi) ini, dan andai aku masih bertemu masa itu, sungguh, aku akan berjihad bersamamu.” (Imam Abu Bakr al-Baihaqi, Dalâ’ilun Nubuwwah, 1988: juz II, h. 158-159)

 

Abdullah bin Uraiqith

Abdullah bin Uraiqith juga merupakan salah satu sosok non-Muslim yang berjasa besar dalam perjalanan dakwah Nabi. Dikisahkan, Nabi Muhammad dengan ditemani Abu Bakar sedang melakukan hijrah menuju Madinah. Keduanya sedang menjadi incaran kafir Quraisy dan menjanjikan siapa saja yang berhasil menemukannya akan diberi imbalan 100 ekor unta.

 

Tidak ada yang mengetahui keberadaan Nabi dan Abu Bakar kecuali beberapa orang di antaranya Abdullah bin Uraiqith. Karena Abdullah tahu jalan rahasia ke Madinah, Abu Bakar pun menyewa jasanya dengan syarat jangan sampai perjalanannya bocor karena menyangkut keselamatan nyawa keduanya. Berkat jasa Abdullah, Nabi dan Abu Bakar berhasil hijrah ke Madinah dengan selamat. (Safyurrahman al-Mubarakfuri, Raḫîqul Makhtûm, t.t: 151)

 

Terkait hal ini dijelaskan dalam satu hadits,

 

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالصِّدِّيقَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ اسْتَأْجَرَا رَجُلًا مِنْ بَنِي الدِّيلِ يُقَالُ لَهُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْأُرَيْقِطِ 

 

Artinya, “Sesungguhnya baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan Abu Bakar Shiddiq ra pernah menyewa seorang lelaki dari Bani ad-Diil yang bernama Abdullah ibn al-Uraiqith.” (HR. Bukhari)

 

Demikianlah beberapa kisah non-Muslim yang memiliki kontribusi dalam dakwah Nabi Muhammad ﷺ. Dari kisah-kisah di atas kita bisa mengambil pelajaran bahwa Islam tetap menghormati non-Muslim sebagai sesama manusia. Belum lagi mereka juga turut berperan dalam menyukseskan dakwah Islam. Wallahu a’lam.

 

Muhamad Abror, penulis keislaman NU Online; alumnus Pondok Pesantren KHAS Kempek-Cirebon dan Ma’had Aly Sa’idusshiddiqiyah Jakarta


Artikel ini merupakan hasil kerja sama antara NU Online dan UNDP