Sirah Nabawiyah

Rasulullah Rajin Berkunjung kepada Sahabat dan Orang Shalih

Rab, 9 Maret 2022 | 02:30 WIB

Rasulullah Rajin Berkunjung kepada Sahabat dan Orang Shalih

Ilustrasi Nabi Muhammad Rasulullah saw. (Foto: NU Online)

Berkunjung, sowan, atau silaturrahim secara syariat merupakan amalan utama karena mampu menyambungkan apa-apa yang tadinya putus dalam relasi hablum minannas. Belum lagi keutamaan dari amalan ini yang di antaranya dapat memperpanjang umur serta melapangkan rezeki.


Terkait substansi silaturrahim ini, Muhammad Quraish Shihab dalam buku karyanya Membumikan Al-Qur’an: Peran dan Fungsi Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (Mizan, 1999: 317) mengungkapkan Sabda Nabi Muhammad.


Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: Laysa al-muwwashil bil mukafi’ wa lakin al-muwwashil'an tashil man qatha’ak (Bukanlah bersilaturahim orang membalas kunjungan atau pemberian, tetapi yang bersilaturahim adalah yang menyambung apa yang putus). (HR Bukhari)


Dari Sabda Nabi Muhammad tersebut, jelas termaktub bahwa silaturrahim menyambung apa yang telah putus dalam hubungan hablum minannas. Manusia tidak terlepas dari dosa maupun kesalahan sehingga menyebabkan putusnya hubungan. Di titik inilah silaturrahim mempunyai peran penting dalam menyambung kembali apa-apa yang telah putus tersebut.


Selain berkunjung untuk menyambung yang putus, Rasulullah saw sering menganjurkan para sahabatnya agar rajin berkunjung dan bergaul dengan orang-orang yang shalih, dengan para pemimpin dan sahabat yang senantiasa membela kebenaran dan keadilan.


Dijelaskan oleh Dr KH Zakky Mubarak (2022) bahwa Nabi Muhammad saw sering berkunjung ke rumah sahabatnya, baik sahabat yang tergolong besar dan para pemimpin atau sahabat yang terdiri dari kaum lemah dan miskin, bahkan para pembantu rumah tangga. Rasul misalnya rutin mengunjungi rumah Ummu Aiman, seorang pendamping keluarga Nabi sejak beliau masih kanak-kanak.


Nabi Muhammad juga selalu berkunjung ke Masjid Quba setiap hari Sabtu, baik berjalan kaki, atau berkendaraan, dan beliau melaksanakan shalat dua rakaat di sana. Kebiasaan yang dilakukan Rasul saw dalam berkunjung ke rumah-rumah orang shalih dan tempat-tempat yang bersejarah, diikuti juga oleh para sahabat, termasuk Abu Bakar al-Shiddiq, Umar bin Khattab dan sebagainya. 


Berkunjung kepada orang shalih juga dilakukan oleh Nabi Musa. Nabi Musa sering mengadakan perjalanan jauh, bahkan selama bertahun-tahun untuk mencari seorang alim yang shalih, yang memiliki ilmu yang dalam dan hikmah. Dari orang shalih itu Musa bermaksud akan menimba ilmu pengetahuan dan kebenaran. Dalam Al-Qur’an dijelaskan:


“Dan (Ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun". Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu. Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya: "Bawalah kemari makanan kita, sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini". Muridnya menjawab: "Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali". Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. Musa berkata kepadanya (Khidhr): "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" (QS Al-Kahfi [18]: 60-66). (Fathoni)