Sirah Nabawiyah

Umar bin Khattab, Pejabat Publik Ideal dalam Sejarah Umat Islam

Jum, 30 Juli 2021 | 17:15 WIB

Michael H Hart memasukkan Umar bin Khattab (586-644 M) ke dalam deretan nama 100 tokoh berpengaruh dunia. Hart menempatkan nama Umar bin Khattab pada urutan ke-51 di mana penaklukan nasionalistis besar-besaran (dibanding perang suci) oleh Arab di bawah kepemimpinan Umar yang brilian. (Michael H Hart, 100 Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, [Jakarta, Pustaka Jaya: 2003 M], halaman 266).


Umar bin Khattab ra merupakan prototipe pejabat publik ideal. Umar yang berkuasa (634-644 M/13-23 H) setelah sahabat Abu Bakar ra (632-634 M/11-13 H) merupakan pemimpin negara yang memiliki tanggung jawab publik yang begitu tinggi.


"Seandainya seekor unta/anak kambing mati sia-sia akibat kebijakanku maka saya takut kelak Allah akan meminta pertanggungjawabanku tentang kematiannya." (Ibnu Asakir, Tarikhu Madinati Dimasyq, [Beirut, Darul Fikr: 1995], juz XLV, halaman 356) dan (Yusuf Al-Mubarrad, Mahdlus Shawab fi Fadla`ili Amiril Mukminin Umar bin Al-Khattab, halaman 621).


Umar ra sangat perhatian terhadap kebutuhan pangan warganya. Ia bahkan memikul sendiri karung berisi tepung untuk janda dan anak-anak yatim. Ketika seorang warga menawarkan bantuan, Umar ra menolak. "Siapa yang siap memikul beban dosaku kelak di hari kiamat?" (Lihat Syekh Abdul Wahhab As-Sya’rani, At-Thabaqatul Kubra, [Beirut, Darul Fikr: tanpa catatan tahun], juz I, halaman 19).


Menurut Rasulullah SAW, "Sebaik-baik orang adalah Umar, ia mencari janda dan anak yatim dan membawakan mereka makanan. Sementara mereka dalam keadaan tidur." (Syekh M Nawawi Banten, Syarah Nuruz Zhalam ala Aqidatil Awam, [Semarang, Maktabah Thaha Putra: tanpa catatan tahun], halaman 32-33).


Sayyidina Umar ra dikenal sebagai kepala negara yang sangat peduli kepada warganya. Bila malam tiba, ia blusukan di tengah masyarakat dan mengumumkan, "Siapa saja yang berkepentingan, jangan segan datangi kami." (As-Sya’rani: I/18).


Dalam mengangkat menteri atau gubernur, Umar ra juga menerapkan kedisiplinan dan menuntut dedikasi yang tinggi. Umar ra akan mensyaratkan mereka untuk tidak menggunakan kendaraan, makanan, dan pakaian mewah. Mereka juga harus selalu on call. Layanan tidak boleh tutup pintu. Kalau melanggar, mereka kena sanksi dari Umar ra. (As-Suyuthi, Tarikhul Khulafa, [Kairo, Darul Ghaddil Jadid: 2007 M/1328 H], halaman 136).


Umar ra sendiri termasuk pejabat publik yang kurang tidur. Ia mendedikasikan waktu siangnya untuk layanan publik. Sedangkan malamnya digunakan untuk beribadah. "Tidak ada waktu untuk tidur bagiku. Andai tidur siang, aku menelantarkan masyarakat. Andai tidur malam (tanpa ibadah sunnah), aku menyia-nyiakan diriku sendiri.'" (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439-1440 H], 2018 M: I/440).


Salah satu doa Umar ra sebagai pejabat publik adalah "Allahumma lā taj’al halāka ummati Muhammadin shallallāhu ‘alayhi wa sallama ‘alā yadī," atau "Ya Allah, jangan jadikan kesengsaraan umat Muhammad SAW pada tangan(kebijakan)ku," (As-Sya’rani: I/18).


Umar ra juga pejabat publik yang berpihak pada keadilan. Ia pernah memenangkan seorang Yahudi yang berhadapan dengan gubernurnya sendiri di Mesir, Amr bin Ash dalam kasus sengketa lahan. Putusan itu didasarkan pada pertimbangan keadilan, bukan sebaliknya memenangkan gubernur atas nama kepentingan negara.


Umar ra terkenal makan dengan satu jenis lauk dan pakaian penuh tambalan. Suatu hari ia mendapati putranya, Ashim, sedang memakan daging. Ia bertanya, "Apa maksudnya ini?"


"“Kami sedang menginginkannya Ayah," jawab Ashim.


"Apakah setiap yang kauinginkan mesti kau makan? Seseorang cukup dianggap sebagai berlebihan ketika memakan apa yang diinginkan," kata Umar ra. (As-Suyuthi, 2007 M/1328 H: 137).


Umar ra bukan tipe pemimpin yang mudah tersinggung. Ia pejabat publik yang lapang dada dan berjiwa besar. Umar ra sangat senang mendengarkan kritik dan masukan dari warganya. "Orang yang paling kusukai adalah orang yang menunjukkan kekuranganku." (As-Suyuthi, 2007 M/1328 H: 138). (Alhafiz Kurniawan)