Syariah

Ancaman Pejabat Publik, Aparat Hukum, dan ASN yang Melanggar Disiplin dan Tidak Berintegritas

Rab, 31 Agustus 2022 | 16:00 WIB

Ancaman Pejabat Publik, Aparat Hukum, dan ASN yang Melanggar Disiplin dan Tidak Berintegritas

Ini bahaya menyalahgunakan jabatan dan wewenang bagi aparat/pegawai pemerintah atau pejabat publik

Imam Zakiyuddin Abdul Azhim Al-Mundziri falam Kitab At-Targhib wat Tarhib mengutip sejumlah hadits perihal konsekuensi bagi pejabat publik, aparat hukum, dan pegawai pemerintah atau ASN yang tidak memiliki kejujuran, integritas, melanggar disiplin, dan menyalahgunakan wewenang.


Sejumlah hadits ini menunjukkan betapa tingginya tingkat urgensi kejujuran, tanggung jawab, profesionalitas, dan integritas dalam budaya kerja bagi pejabat publik, aparat hukum, dan pegawai pemerintah atau ASN di tengah masyarakat.


1. Dijauhi di hari kiamat


عَنْ أَبي سَعِيدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ عَادِلٌ، وَأَبْغَضُ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ وَأَبْعَدُهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ جَائِرٌ رواه الترمذي والطبراني إلا أنه قال وَأَشَدُّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ القِيَامَةِ إِمَامٌ جَائِرٌ


Artinya, “Dari Abu Said Al-Khudri ra, Rasulullah saw bersabda, ‘Orang yang paling dicintai oleh Allah pada hari kiamat dan paling dekat ‘posisi’ duduknya dengan-Nya adalah pemerintah yang adil. Sebaliknya, orang yang paling dibenci oleh Allah pada hari kiamat dan paling jauh ‘posisi’ duduknya dengan-Nya adalah pemerintah yang zalim,’ lain riwayat menyebutkan, ‘dan orang yang paling keras mendapat siksa pada hari kiamat adalah pemerintah yang zalim,’” (HR At-Tirmidzi dan At-Thabarani).


2. Kedudukan yang Buruk di Akhirat


عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ الله عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم أَفْضَلُ عِبَادِ الله عِنْدَ الله مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِمَامٌ عَادِلٌ رَفِيقٌ، وَإِنَّ شَرَّ عِبَادَ الله عِنْدَ الله مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِمَامٌ جَائِرٌ خَرِقٌ


Artinya, “Dari Sahabat Umar bin Khattab ra, dari Nabi Muhammad saw, ia bersabda, ‘Hamba yang paling utama kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat kelak adalah pemerintah yang adil dan ramah. Sebaliknya, Hamba yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat kelak adalah pemerintah yang zalim dan dungu (tidak mengindahkan norma hukum),’” (HR At-Thabarani).


3. Siksa yang paling keras


عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إنَّ أَشَدَّ أَهْل ِالنَّارِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَتَلَ نَبِيًّا أَوْ قَتَلَهُ نَبِيٌّ وَإِمَامٌ جَائِرٌ


Artinya, “Dari sahabat Abdullah bin Mas’ud ra, Rasulullah saw bersabda, ‘Sungguh penduduk neraka yang paling keras siksanya pada hari kiamat adalah orang yang membunuh nabi atau orang yang dibunuh oleh nabi; dan pemerintah yang zalim,’” (HR At-Thabarani dan Al-Bazar)


4. Kebencian Allah


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ الله صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم أربعةٌ يُبْغِضُهُمُ اللهُ يَوْمَ القِيَامَةِ الْبَيَّاعُ الْحَلاَّفُ والفَتَى الْمُخْتَالُ والشَيْخُ الزَانِى والإِمَامُ الجَائِرُ


Artinya, “Dari sahabat Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda, ‘’Ada empat orang yang dibenci Allah pada hari kiamat kelak: penjual yang suka bersumpah, pemuda yang angkuh, orang tua yang berzina, dan pemerintah yang zalim,” (HR An-Nasai dan Ibnu Hibban).


5. Tidak diterima ibadah shalatnya.


عَنْ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللهِ رضي الله عنه قال سَمِعْتُ رَسُولَ الله صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم يقول أَلَا أَيُّهَا النَّاسُ لَا يَقبَلُ اللهُ صَلَاةَ إمَامٍ جَائِرٍ


Artinya, “Dari sahabat Thalhah bin Ubaidillah ra, ia mendengar Rasulullah bersabda, ‘Wahai manusia, ketahuilah, Allah tidak menerima shalat pemimpin yang zalim,’” (HR Al-Hakim).


Demikian sejumlah hadits yang dikutip dari Al-Mundziri (Imam Abdul Azhim Al-Mundziri, At-Targhib wat Tarhib minal Haditsits Syarif, [Beirut, Darul Fikr: 1998 M/1418 H], juz III, halaman 124-125) perihal bahaya menyalahgunakan jabatan dan wewenang bagi aparat/pegawai pemerintah atau pejabat publik . Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)