Syariah

Kenapa Tobat Ekologis Penting?

Sel, 23 Januari 2024 | 21:00 WIB

Kenapa Tobat Ekologis Penting?

Ilustrasi: lingkungan - bumi - alam (freepik 3)

Saat ini, tobat ekologis menjadi sangat penting karena merupakan langkah awal untuk mengatasi krisis lingkungan yang sedang dihadapi dunia. Tobat berarti mengakui bahwa kita telah melakukan dosa ekologis, yaitu pola pikir dan tindakan manusia selama ini telah melawan dan menghancurkan lingkungan hidup.

 

Dosa ekologis ini telah menyebabkan berbagai masalah lingkungan, seperti perubahan iklim, pencemaran, kepunahan spesies, dan kerusakan ekosistem. Masalah-masalah ini tidak hanya mengancam kelangsungan hidup lingkungan, tetapi juga mengancam kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

 

Laporan Panel Lintas Pemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) tahun 2022 menunjukkan bahwa Indonesia dan dunia sedang menghadapi tantangan triple planetary crisis, yaitu perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati. Ancaman ini dapat mengancam eksistensi masa depan bumi dan umat manusia.

 

Perubahan iklim berpotensi berdampak buruk bagi kehidupan manusia. Laporan IPCC memperkirakan bahwa 50-75 persen penduduk dunia berpotensi terdampak kondisi iklim yang mengancam jiwa. Perubahan iklim juga dapat menyebabkan polusi udara yang kotor, yang dapat menimbulkan korban jiwa. Berdasarkan data UNFCCC, polusi udara menyebabkan penyakit dan kematian dini bagi 4,2 juta penduduk dunia setiap tahunnya.

 

Perubahan iklim juga dapat menyebabkan pergeseran suhu dan pola curah hujan di seluruh dunia. Hal ini berdampak langsung pada habitat alami hewan dan tumbuhan. Organisme yang tidak dapat beradaptasi dengan perubahan ini menghadapi risiko pengurangan habitat yang signifikan. Misalnya, naiknya suhu laut dapat menghancurkan terumbu karang, yang merupakan rumah bagi berbagai spesies ikan dan invertebrata laut.

 

Akibatnya, sekitar 1 juta spesies tumbuhan dan hewan terancam punah disebabkan perubahan iklim. Hal ini dapat berdampak buruk bagi kelangsungan hidup manusia, karena manusia bergantung pada keanekaragaman hayati untuk memenuhi kebutuhannya.

 

Selanjutnya Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) dalam Catatan Tinjauan Lingkungan Hidup 2023; Terdepan di Luar Lintasan menyebut bahwa Indonesia saat ini sedang mengalami krisis ekologis. Hal ini ditandai dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas bencana ekologis, seperti banjir, longsor, kebakaran hutan, dan kekeringan. Bencana-bencana tersebut tidak hanya menimbulkan kerugian material dan korban jiwa, tetapi juga berdampak negatif terhadap lingkungan dan perekonomian.

 

Menurut data dari Walhi, bencana yang melanda Indonesia sebanya 90% didominasi bencana ekologis. Infografis yang dikeluarkan oleh BNPB dengan jelas menunjukkan jumlah tahun 2022 mencapai 3.531 kejadian, dengan korban jiwa sebanyak 897 orang dan kerugian material sebesar Rp36,7 triliun. Dari jumlah tersebut, bencana banjir dan longsor menjadi yang paling banyak terjadi, yaitu masing-masing 1.210 dan 1.064 kejadian.

 

Oleh karena itu, pertobatan ekologis penting untuk dilakukan oleh setiap orang, baik individu, komunitas, maupun organisasi. Tobat ekologis akan membuka jalan bagi kita untuk mengubah pola pikir dan tindakan kita terhadap lingkungan, sehingga kita dapat hidup lebih harmonis dengan alam.

 

Semua manusia pernah tersandung dan berbuat salah, namun yang terpenting adalah kemampuan mereka untuk bangkit dan memperbaiki diri dengan bertobat. Tobat adalah proses menyadari kesalahan, menyesalinya dengan tulus, dan bertekad untuk tidak mengulangi lagi. Ia bagaikan pembersihan jiwa yang memurnikan hati dan membuka kembali jalan untuk kembali kepada Allah.

 

Dalam Hadits, Rasulullah saw bersabda bahwa "Semua manusia melakukan kesalahan, dan sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah orang yang bertobat." Ini menegaskan bahwa tobat bukan hanya sekedar penyesalan, namun tindakan nyata untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik.

 

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ اَلْخَطَّائِينَ اَلتَّوَّابُونَ

 

Artinya, “Semua manusia melakukan kesalahan, dan sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah orang yang bertobat” (HR At-Tirmidzi).

 

Lebih jauh lagi, Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dari dosa-dosa mereka dan berusaha membersihkan diri dari kekurangan dan kelemahan. Allah menyukai ketekunan dan upaya seseorang dalam mencari pengampunan-Nya dan meningkatkan kualitas spiritual serta moral mereka."

 

Abu Al-Muzhaffar As-Sam'ani dalam Tafsir As-Sam'ani menyebutkan bahwa Allah menyukai orang-orang yang menyadari kesalahan mereka dan berusaha memperbaiki diri. Allah juga menyukai orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam mencari pengampunan-Nya dan meningkatkan kualitas diri. Ia berkata:

 قيل: مَعْنَاهُ: التوابين من الذُّنُوب. والمتطهرين من الْعُيُوب. وَالْقَوْل الثَّانِي: معنى التوابين الرجاعين إِلَى الله بِالتَّوْبَةِ وَالِاسْتِغْفَار، وَمعنى المتطهرين: المتبرئين من حول أنفسهم وقوتهم 

 

Artinya: "(Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri). Ada dua pendapat tentang makna ayat ini: Pendapat pertama mengartikan “at-tawwabīn” sebagai orang-orang yang bertobat dari dosa-dosa mereka, dan “al-mutaṭahhirīn” sebagai orang-orang yang menyucikan diri dari kekurangan dan kelemahan." (Abu Al-Muzhaffar As-Sam'ani, Tafsir As-Sam'ani, [Riyadh, Darul Wathan: 1997], jilid 1, halaman 225).

 

:

Terkakhir, tobat ekologis urgen karena krisis ekologis yang kita hadapi saat ini mengancam masa depan umat manusia. Jika kita tidak mengambil tindakan untuk mengatasi krisis ini, maka kita akan menghadapi konsekuensi yang sangat serius.

 

Ustadz Zainuddin Lubis, Pegiat Kajian Keislaman Ciputat Jakarta