Syariah

Keutamaan Menjadi Guru dalam Islam

Rab, 29 November 2023 | 21:00 WIB

Keutamaan Menjadi Guru dalam Islam

Guru. (Foto ilustrasi: NU Online/Freepik)

Saban tahun, tepat pada tanggal 25 November, di Indonesia diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Peringatan ini tentu sebagai bentuk penghargaan dan apresiasi atas jasa-jasa mulia para guru dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. 


Para bapak-ibu guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang telah mengabdikan diri untuk mendidik dan membentuk generasi penerus bangsa yang unggul dan berkarakter. Guru juga, lokomotif penggerak generasi Indonesia yang maju. 


Lebih lanjut, guru merupakan sosok sentral dalam dunia pendidikan, yang memegang peran penting dalam mentransfer ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral kepada para anak didiknya. Lebih lanjut, guru adalah mentor dan inspirator yang membuka cakrawala berpikir dan menempa karakter para generasi muda.


Lebih jauh lagi, peringatan Hari Guru Nasional ditanggal 25 November tidak hanya sekedar seremoni, melainkan juga sebagai momen refleksi bagi kita semua untuk mengenang jasa-jasa para guru dan meningkatkan komitmen terhadap kemajuan pendidikan di Indonesia. Guru yang berkualitas, serta memiliki dedikasi merupakan pilar utama dalam mewujudkan cita-cita bangsa untuk menjadi negara maju dan sejahtera.


Dalam Islam, profesi guru merupakan sosok yang sangat mulia. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Mubarak dalam kitab dalam Tahzibil al Kamal, jilid XVI, halaman 20 yang menyebut bahwa setelah derajat kenabian, tidak ada derajat yang lebih tinggi daripada menyebarkan ilmu. Hal ini karena ilmu adalah sumber kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Ilmu juga merupakan sarana untuk menegakkan kebenaran dan keadilan, serta untuk membimbing umat manusia menuju jalan yang diridhoi Allah SWT.


لاَ أَعْلَمُ بَعْدَ النُّبُوَّةِ دَرَجَةً أَفْضَلَ مِنْ بَثِّ الْعِلْمِ


Artinya; "Aku tidak mengetahui setelah kenabian ada derajat yang lebih utama dari menyebarkan ilmu."


Sementara itu dalam kitab Siyar A'lam An-Nubala, jilid VIII, halaman 387 diceritakan bahwa Abdullah bin Mubarak membagi-bagikan harta di berbagai negeri untuk membantu para ulama dan orang-orang yang belajar hadits. 


Melihat aksinya, Ibnu Mubarak pun ditegur oleh beberapa orang karena khawatir harta tersebut akan habis. Namun, tetap mengacuhkannya, dan menjawab bahwa ia tidak menyesal membantu para ulama hadits. 


Menurutnya, para penuntut ilmu memiliki keutamaan dan kejujuran. Para ahli ilmu telah menuntut ilmu hadits dengan baik, dan masyarakat luas membutuhkan ilmu mereka. Jika para ulama hadits tidak dibantu, maka ilmu mereka akan hilang. Sebaliknya, jika para ulama hadits dibantu, maka mereka akan menyebarkan ilmu kepada masyarakat luas.


Pada sisi lain, dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda bahwa beliau senantiasa duduk bersama orang-orang yang sedang belajar karena beliau diutus sebagai pengajar. Hal ini menunjukkan bahwa Rasulullah saw sangat memperhatikan pentingnya pendidikan dan pengajaran.


Lebih lanjut, sebagai utusan Allah pada umatnya, salah satu tugas utama Rasulullah adalah mengajar dan mendidik umatnya. Rasulullah mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan, baik ilmu agama maupun ilmu duniawi. Simak hadits Nabi riwayat Ibnu Majah berikut;


كُلٌّ عَلَى خَيْرٍ هَؤُلَاءِ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ وَيَدْعُونَ اللَّهَ فَإِنْ شَاءَ أَعْطَاهُمْ وَإِنْ شَاءَ مَنَعَهُمْ وَهَؤُلَاءِ يَتَعَلَّمُونَ وَإِنَّمَا بُعِثْتُ مُعَلِّمًا فَجَلَسَ مَعَهُمْ


Artinya; "Semuanya berada di jalan kebaikan. orang-orang yang membaca Al-Qur'an dan berdoa kepada Allah, maka jika Allah menghendaki, Allah akan mengabulkan doa mereka, dan jika Allah menghendaki, Allah akan menolak doa mereka. Pun orang-orang yang belajar [dalam kebaikan], dan sesungguhnya aku hanya diutus sebagai pengajar, maka aku duduk bersama mereka."


Dalam hadits tersebut jelas dikatakan bahwa Rasulullah duduk bersama orang-orang yang sedang belajar untuk menunjukkan dukungan dan semangatnya terhadap pendidikan dan pengajaran. Nabi ingin memberikan motivasi kepada umatnya untuk terus belajar dan menuntut ilmu. Sikap Rasulullah ini sangat patut kita teladani. Sebagai umat Islam, kita harus menyadari pentingnya pendidikan dan pengajaran.


Pentingnya ilmu pengetahuan dijelaskan Allah dalam Q.S al-Mujadalah [58] ayat 11;


يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ


Artinya; "Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan."


Abu Muzaffar as Sam'ani, di dalam kitab Tafsir as Sam'ani Jilid V, halaman 389 menjelaskan bahwa Rasulullah sangat menghormati orang-orang yang memiliki ilmu. Bahkan saking cintanya Nabi kepada para ahli ilmu, ia menyuruh mereka duduk di dekat beliau, sehingga mereka dapat lebih mudah untuk belajar dan mengambil ilmu. 


إِشَارَة إِلَى مَا كَانَ يرفعهم النَّبِي ويقعدهم بِالْقربِ. يَعْنِي: أَنهم أَصَابُوا مَا أَصَابُوا من الرّفْعَة والرتبة بِالْإِيمَان وَالْعلم


Artinya; "Adalah isyarat kepada apa yang dilakukan Rasulullah dalam meninggikan mereka [orang berilmu dan beriman] dengan mendudukkan mereka  di dekat Nabi."


Terakhir, dalam Islam sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Islam mendorong umatnya untuk belajar dan mengajarkan ilmu kepada orang lain. Dengan belajar dan mengajarkan ilmu, seseorang telah melakukan amalan yang mulia dan mendapatkan pahala yang besar dari Allah . Sebagaimana disabdakan Rasulullah berikut;


أَفْضَلُ الصَّدَقَةِ أَنْ يَتَعَلَّمَ الْمُسْلِمُ عِلْمًا، ثُمَّ يُعَلِّمَهُ أَخَاهُ الْمُسْلِمُ


Artinya; "Sebaik-baik sedekah adalah seseorang muslim belajar ilmu, kemudian mengajarkannya kepada saudaranya sesama muslim."


Dengan demikian, guru memiliki peran yang sangat penting dalam membangun generasi bangsa. Pun dalam Islam, guru adalah profesi yang sangat mulia, dan mendapatkan tempat istimewa di hadapan Rasulullah saw.


Zainuddin Lubis, Pegiat kajian Keislaman, tinggal di Ciputat